0
Episode 9 : Siapa yang bersalah? Texas Hit (mengacu pada kegagalan memukul bola yang berubah menjadi pukulan yang menguntungkan). Tentunya, ini kejadian yang tidak menguntungkan pihak pertahanan.
“Aku tak tahu kapan hal ini mulai terjadi. tapi aku menyukaimu. Jika takdir itu ada. Takdirku adalah kau”. Muyeol tidak berkomentar apapun mendengar pengakuan Eun Jae.
Jonghee datang membawa kado untuk Muyeol. Melihat ekspresi Eunjae, Jonghee merasa dia mengganggu mereka berdua. Eunjae tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. Dia menyuruh mereka mendekat sementara Eunjae menelpon Dongah. “Dongah, aku kalah. Aku ketawa sampai kaki tanganku lemas. Kau boleh ambil uangnya.” Dongah yang sedang tidur bingung apa yang Eunjae bicarakan.
Muyeol juga bingung dengan kelakuan Eunjae. Eunjae bilang dia sedang taruhan dengan Dongah, taruhan menyatakan cinta pada seseorang. Seseorang itu adalah Park Muyeol. Jonghee bertanya apa jawaban Muyeol? Muyeol menjawab, “Kau gila ya, jawaban seperti itu.” Jonghee bertanya mengapa dia melakukan taruhan seperti itu, bukankah itu agak tidak sopan. “Apa yang terjadi kalau Park Muyeol bilang iya?”tanyanya. “Oh, Jonghee mungkin tidak tahu, tapi hubungan kami adalah hubungan ‘Aku ingin kau mati’.”jawab Eunjae. Muyeol ogah-ogahan menjawabnya.
Muyeol juga bingung dengan kelakuan Eunjae. Eunjae bilang dia sedang taruhan dengan Dongah, taruhan menyatakan cinta pada seseorang. Seseorang itu adalah Park Muyeol. Jonghee bertanya apa jawaban Muyeol? Muyeol menjawab, “Kau gila ya, jawaban seperti itu.” Jonghee bertanya mengapa dia melakukan taruhan seperti itu, bukankah itu agak tidak sopan. “Apa yang terjadi kalau Park Muyeol bilang iya?”tanyanya. “Oh, Jonghee mungkin tidak tahu, tapi hubungan kami adalah hubungan ‘Aku ingin kau mati’.”jawab Eunjae. Muyeol ogah-ogahan menjawabnya.
Eunjae mengalihkan pembicaraan dengan menyuruh Muyeol membuka kado yang diberikan Jonghee. Kadonya berupa kotak musik. Muyeol memutarnya dan Jonghee menari-nari mengikuti irama musik. Muyeol mengamati Jonghee sambil tersenyum. Eunjae melihatnya dengan sedih.
Muyeol juga memberikan hadiah pada Jonghee, hadiahnya parfum. Eunjae juga menuntut hadiah pada Muyeol. Muyeol berkata hadiahnya sudah dikirimkan lewat pengiriman ekspres. Eunjae bingung kado macam apa itu.
Muyeol juga memberikan hadiah pada Jonghee, hadiahnya parfum. Eunjae juga menuntut hadiah pada Muyeol. Muyeol berkata hadiahnya sudah dikirimkan lewat pengiriman ekspres. Eunjae bingung kado macam apa itu.
Changho sedang membuka bungkusan berisi daging sapi Korea.
Muyeol beralasan, karena kemarin Eunjae sakit, maka ia membelikannya daging sapi Korea. For information, di Korea daging sapi local tuh jauh lebih mahal dan lebih enak daripada daging sapi import. Eunjae sepertinya ingin dibelikan barang-barang seperti yang dibelikan Muyeol ke Jonghee. Muyeol berkata, kalau tidak mau kembalikan saja.
Muyeol mengabarkan ke Jonghee kalau Sooyung akan mengajar di akademi. Sooyung berkata itu pas karena ketika dia masih kuliah, dia belajar lebih banyak dari dia dibandingkan dari professor.
Muyeol beralasan, karena kemarin Eunjae sakit, maka ia membelikannya daging sapi Korea. For information, di Korea daging sapi local tuh jauh lebih mahal dan lebih enak daripada daging sapi import. Eunjae sepertinya ingin dibelikan barang-barang seperti yang dibelikan Muyeol ke Jonghee. Muyeol berkata, kalau tidak mau kembalikan saja.
Muyeol mengabarkan ke Jonghee kalau Sooyung akan mengajar di akademi. Sooyung berkata itu pas karena ketika dia masih kuliah, dia belajar lebih banyak dari dia dibandingkan dari professor.
Setelah Jonghee pergi, tinggal Muyeol dan Eunjae berdua. Eunjae mengeluh kenapa yang dilihat hanya Jonghee, dia tidak dilihat sama sekali. Muyeol bertanya, “Kau mabuk?”. “Apa ini kau sebut mabuk?”jawab Eunjae. “Kau ini mengajak berantem saja..” Muyeol ingin mengacak-acak rambut Eunjae seperti biasa, tapi dia teringat akan pengakuan Eunjae tadi, akhirnya dia mengurungkan niatnya.
Eunjae menunggu taksi ditemani Muyeol. Muyeol terus memandang Eunjae. Kemudian berkata, “Hei idiot, tadi kau benar-benar serius, ya kan.”
Eunjae tidak menjawab karena taksinya sudah datang. Muyeol membuka pintu untuknya dan mengantarnya pulang. Muyeol terdiam melihat Eunjae pulang. Ada apa ini? Sudah mulai tumbuh benih benih cinta kah di hati Muyeol?
Eunjae menunggu taksi ditemani Muyeol. Muyeol terus memandang Eunjae. Kemudian berkata, “Hei idiot, tadi kau benar-benar serius, ya kan.”
Eunjae tidak menjawab karena taksinya sudah datang. Muyeol membuka pintu untuknya dan mengantarnya pulang. Muyeol terdiam melihat Eunjae pulang. Ada apa ini? Sudah mulai tumbuh benih benih cinta kah di hati Muyeol?
Di taksi Eunjae marah-marah tanpa suara. Dia membenturkan kepalanya ke kursi mobil. Sampai-sampai pak sopir akan menepikan mobilnya mengira Eunjae kenapa-kenapa.
Eunjae pulang dengan lesu. Ayah dan adiknya sudah menunggu. Eunjae ingin langsung pergi ke kamarnya, tapi ayahnya menahan. Ayahnya berkata ada kiriman dari si bajingan Park Muyeol. Eunjae mengabaikan ayahnya dan pergi ke kamar.
Ayah Eunjae terheran-heran kenapa Muyeol mengirim daging sapi itu. Awalnya ayah Eunjae ingin menolaknya. Tapi Changho berkata kalau daging ini kualitas premium. “Kalau ini cuma babi atau daging lainnya, sudah pasti aku buang langsung.”kata ayah. “Ayah, meskipun Park Muyeol bersalah, tapi daging ini tidak.”kata Changho. Akhirnya mereka mengambilnya.
Masih dengan lesu, Eunjae keluar kamar. Dia bertanya kepada Changho tentang ayahnya yang akan mengatakan cinta. Melihat tingkah lakunya yang sangat girang sepertinya semuanya lancer-lancar saja. “Dalam satu keluarga, setidaknya harus ada satu yang beruntung.”kata Eunjae. Changho melihat kakaknya seperti orang yang baru saja ditolak.
Ayah Eunjae terheran-heran kenapa Muyeol mengirim daging sapi itu. Awalnya ayah Eunjae ingin menolaknya. Tapi Changho berkata kalau daging ini kualitas premium. “Kalau ini cuma babi atau daging lainnya, sudah pasti aku buang langsung.”kata ayah. “Ayah, meskipun Park Muyeol bersalah, tapi daging ini tidak.”kata Changho. Akhirnya mereka mengambilnya.
Masih dengan lesu, Eunjae keluar kamar. Dia bertanya kepada Changho tentang ayahnya yang akan mengatakan cinta. Melihat tingkah lakunya yang sangat girang sepertinya semuanya lancer-lancar saja. “Dalam satu keluarga, setidaknya harus ada satu yang beruntung.”kata Eunjae. Changho melihat kakaknya seperti orang yang baru saja ditolak.
Muyeol tidak bisa tidur karena memikirkan kata-kata pengakuan Eunjae tadi. “Apa aku sudah gila, kenapa seperti ini?”katanya.
Eunjae datang ke rumah Muyeol disambut oleh bibi. Eunjae melihat syal yang dipakai bibi, karena tidak biasa bibi memakai syal di rumah. Bibi berkata itu hadiah natal dari Muyeol. Muyeol keluar kamar, melihat Eunjae tanpa berkata apa-apa.
Muyeol berlatih di lapangan, tapi dia tidak konsentrasi. Pukulannya banyak yang meleset. Eunjae melihatnya dari jauh. Dongsu datang mengingatkan janji mereka sore nanti.
Muyeol berlatih di lapangan, tapi dia tidak konsentrasi. Pukulannya banyak yang meleset. Eunjae melihatnya dari jauh. Dongsu datang mengingatkan janji mereka sore nanti.
Ternyata bukan hanya Dongsu dan Muyeol, tapi juga ada Sooyung dan Jonghee. Mereka pergi nonton. Eunjae juga ikut nonton. Di bioskop Jonghee sering bisik-bisik ke Muyeol, itu bikin Eunjae kesal. Alhasil dia makan popcorn dengan berisik, sampai orang di sebelahnya terganggu.
Setelah itu mereka main game. Eunjae benar-benar gak dipedulikan oleh mereka. Dua pasangan itu asik main, sementara Eunjae hanya melihat dari jauh atau dari belakang mereka. Setelah puas bermain, mereka pergi ke tempat makan. Eunjae mengawasi Muyeol yang sedang memberikan tanda tangan untuk anak-anak.
Jonghee bertanya pada Dongsu apa dia tidak cemburu pada Muyeol yang sekarang sudah jadi public figure? Dongsu diam saja. Jonghee bercerita dengan semangat ketika anak-anak itu mengejar Dongsu untuk meminta tanda tangan, Muyeol akan mencoba untuk merampasnya. Dongsu dan Sooyung tertawa mendengarnya. Tapi ekspresi Sooyung menyiratkan hal lain, sedih.
Dongsu pergi mengambil pesanan mereka. Eunjae menghampirinya. “Jonghee kan jauh lebih muda, tapi mengapa dia memanggilmu hanya dengan nama saja?” Dongsu menjawab Jonghee memanggil orang-orang yang dia sukai dan dekat dengannya dengan nama saja, terlepas dari umur mereka. Di sisi lain, dia sangat sopan pada orang yang tidak begitu disukainya.
Dongsu pergi mengambil pesanan mereka. Eunjae menghampirinya. “Jonghee kan jauh lebih muda, tapi mengapa dia memanggilmu hanya dengan nama saja?” Dongsu menjawab Jonghee memanggil orang-orang yang dia sukai dan dekat dengannya dengan nama saja, terlepas dari umur mereka. Di sisi lain, dia sangat sopan pada orang yang tidak begitu disukainya.
Jonghee membagikan makanan. Dia memanggil Dongsu, Sooyung dan Muyeol dengan nama. Tapi memanggil Eunjae dengan nona. Hihihi..
Sooyung bertanya kapan Jonghee kembali ke Inggris. Jonghee berkata tidak tahu, karena kemungkinan dia tidak akan kembali ke sana. Jonghee berkata kalau dia berhenti melukis. Tidak benar-benar berhenti, lebih seperti tidak punya inspirasi. Mungkin kreativitasku sudah hilang. Sooyung kaget mendengarnya.
Sooyung bertanya kapan Jonghee kembali ke Inggris. Jonghee berkata tidak tahu, karena kemungkinan dia tidak akan kembali ke sana. Jonghee berkata kalau dia berhenti melukis. Tidak benar-benar berhenti, lebih seperti tidak punya inspirasi. Mungkin kreativitasku sudah hilang. Sooyung kaget mendengarnya.
Di mobil, Sooyung masih memikirkan kata-kata Jonghee yang bilang berhenti melukis. Sooyung berkata bahwa dia berhenti melukis karena Jonghee. ”Boleh dibilang karena ibuku, tapi secara bersamaan karena Jonghee juga. Jonghee mampir ke sekolah ku saat dia kelas 9. Agak sedikit terlambat baginya untuk mulai melukis pada umur itu. Aku mulai belajar melukis sejak TK dari ibuku. Perasaanku saat melihat lukisan Jonghee pada saat itu aneh. Aku tahu dari dulu bahwa dia tidak akan berhasil. Masih mending kalau hanya aku saja yang merasa begitu, ibu juga melihat lukisannya, dan memiliki perasaan yang sama. Itu sebabnya aku merasa sedih sekarang.”. Dongsu ingin mencoba menghibur istrinya, “Awalnya kukira kau berhenti gara-gara aku. Aku merasa bersalah.”kata Dongsu bercanda.
Dongah terus mengawasi Yeonyuk di café. Ada seorang wanita yang memberikan secari kertas pada Yeonyuk. Dongah langsung melihatnya ingin tahu apa isi kertas itu. Yeonyuk membuang kertas itu ke tempat sampah. Dongah memungutnya. Ternyata isi kertas itu adalah nomor telepon si wanita. Dongah ngomel-ngomel ke Manager Kim di mobil ketika pulang kerja. Manager Kim hanya memandangi Dongah.
Sebelum turun Dongah memberikan kartu ucapan selamat tahun baru ke manager Kim. Dia bilang itu buatannya sendiri. Dongah berpesan, “Ada fotoku memakai bikini. Boleh kau pajang di mejamu”.
Manager Kim bengong, dengan perlahan membuka kartu nya. Di kartu itu ada perempuan berambut panjang mengenakan bikini. Perempuan itu adalah Dongah kecil, ahahaha. Kartu itu bertuliskan ‘Entah itu tahun baru atau bukan, bergembira lah setiap hari. Dongah mu.’. manager Kim senang menerima kartu itu. Ekspresinya senang, tapi aku kecewa, manager Kim senyumnya tipiis banget. Buset dah ni orang, gak inget cara nya senyum kali ya.
Manager Kim bengong, dengan perlahan membuka kartu nya. Di kartu itu ada perempuan berambut panjang mengenakan bikini. Perempuan itu adalah Dongah kecil, ahahaha. Kartu itu bertuliskan ‘Entah itu tahun baru atau bukan, bergembira lah setiap hari. Dongah mu.’. manager Kim senang menerima kartu itu. Ekspresinya senang, tapi aku kecewa, manager Kim senyumnya tipiis banget. Buset dah ni orang, gak inget cara nya senyum kali ya.
Eunjae bersiap untuk tidur, Dongah masuk memberikannya kartu tahun baru. Dongah bercerita memberikan Manager Kim foto bikininya. “Tahun baru perlu gebrakan baru.”kata Dongah. Eunjae menanyakan perkembangan kasus Seo Yunyeok. Dongah bercerita, anak itu sungguh beruntung dalam hal wanita, dia jago mengupas apel, dan jari-jarinya sangat panjang. “Kau naksir dia?”tanya Eunjae. “Sedikit, tapi hatiku hanya milik manager Kim seorang. Kau sendiri? Bagaimana dengan wartawan Koh?”. Eunjae gak nyambung awalnya, tapi kemudian wajah Eunjae menyiratkan kalau semua kacau balau (dengan Muyeol, bukan dengan wartawan Koh). Dongah memberinya nasihat agar lebih agresif. Eunjae hanya menganggap perkataan Dongah itu angin lalu. “Kau ini bukan wanita cantik. Bagaimana kau hanya menunggu cinta datang mengetuk pintu mu? Bahkan jika kau yang pertama melakukan pendekate, masih belum tentu berhasil.” Dongah to the point banget. “Orang yang kucintai membalas cintaku, bagaimana rasanya ya?”tanya Eunjae. Dongah menjawab rasanya seperti keajaiban, menurut buku.
Dongsu mengawasi orang-orang mengangkati kardus-kardus berisi peralatan bisbol. Muyeol berbincang dengan pelatih. Pelatih melihat Dongsu yang membawa kardus juga. Muyeol dan Dongsu pergi ke lapangan untuk melihat junior-juniornya berlatih, sambil bernostalgia masa lalu mereka. Dongsu bertanya tentang Jonghee, sepertinya Muyeol tidak bisa melupakan Jonghee meskipun mereka sudah putus.
Dongsu berkata kalau depresi Jonghee sembuh mereka berdua tidak akan memiliki masalah sama sekali. Eunjae mendengar pembicaraan mereka dari belakang. “Menurutku, jauh lebih baik sekarang daripada dulu. Kau juga bukan Park Muyeol yang dulu.”kata Dongsu lagi. Muyeol melihat Eunjae di belakangnya, kemudian mengambil salah satu kopi yang dia pegang. Dongsu juga akan mengambil kopi yang dibawakan Eunjae, tapi karena kesal Eunjae meminum kopi itu. Hahaha..
Dongsu berkata kalau depresi Jonghee sembuh mereka berdua tidak akan memiliki masalah sama sekali. Eunjae mendengar pembicaraan mereka dari belakang. “Menurutku, jauh lebih baik sekarang daripada dulu. Kau juga bukan Park Muyeol yang dulu.”kata Dongsu lagi. Muyeol melihat Eunjae di belakangnya, kemudian mengambil salah satu kopi yang dia pegang. Dongsu juga akan mengambil kopi yang dibawakan Eunjae, tapi karena kesal Eunjae meminum kopi itu. Hahaha..
Jonghee ada di rumah Sooyung memperhatikan cara dia memasak. Jonghee berkomentar, dulu Sooyung sama sekali tidak bisa memasak. “Kalau aku sudah menikah apa aku harus melakukan hal-hal seperti ini?”tanyanya. Sooyung bertanya apa Jonghee benar-benar akan berhenti melukis. Jonghee berkata bukannya dia tidak mau, tapi dia tidak bisa. “Kau begitu gampang meneyerah.”kata Sooyung. “Gampang? Aku orang yang penuh pertimbangan.”kata Jonghee sambil makan. Lalu apa yang akan Jonghee lakukan. “Ada dua hal yang ingin aku lakukan. Pertama adalah melukis. Yang kedua adalah menjadi istri Park Muyeol”.
Di café, Dongah mencoba mencari tahu isi tas Yeonyuk. Yeonyuk mulai curiga ketika Dongah yang sedang mencuci piring tidak mematikan keran air. Yeonyuk akan masuk ke tempat penyimpanan tas di mana Dongah sedang membuka tas Yeonyuk. Tapi untung Dongah diselamatkan oleh pemilik café yang memanggilnya, ada tamu untuknya.
Wartawan Koh datang menemui Yeonyuk. Mereka berdua berbasa-basi sebentar. Dongah masih memperhatikan. Wartawan Koh kemudian mengeluarkan sebuah foto. Dengan sengaja menjatuhkan foto itu. Ternyata itu adalah foto Muyeol yang matanya dirusak. Dongah kaget melihat itu. Dia ingin bertanya kepada kedua orang itu, tapi pemilik café menyuruh Dongah menyapu halaman depan. Dongah melakukannya dengan kesal.
Wartawan Koh datang menemui Yeonyuk. Mereka berdua berbasa-basi sebentar. Dongah masih memperhatikan. Wartawan Koh kemudian mengeluarkan sebuah foto. Dengan sengaja menjatuhkan foto itu. Ternyata itu adalah foto Muyeol yang matanya dirusak. Dongah kaget melihat itu. Dia ingin bertanya kepada kedua orang itu, tapi pemilik café menyuruh Dongah menyapu halaman depan. Dongah melakukannya dengan kesal.
Wartawan Koh masih berada di café melihat Yeonyuk bekerja. Sambil bekerja Yeonyuk berbincang dengannya,. Apa itu kerjaan wartawan Koh? Aku penasaran siapa yang memberikan foto itu. “Kenapa kau memberikannya padaku? Atau mungkin kau memberikan itu pada beberapa orang lainnya”. Yeonyuk mendapatkan foto seperti itu juga tanpa tahu siapa yang mengirimkan. Wartawan Koh bertanya apa yang tertulis dibalik foto. Yeonyuk tidak mau memberi tahu. Wartawan Koh pergi dari café itu dan berpapasan dengan Dongah yang penasaran terhadap foto itu.
Dongah melapor kepada manager Kim yang sudah menunggunya di coffee shop. “Aku menemukan sesuatu.”katanya. Dia bercerita tentang seorang pria yang berbincang cukup lama dengan Yeonyuk (wartawan Koh) yang juga mempunyai foto Muyeol dengan mata bolong. Dongah mencoba menggambar sketsa wajah wartawan Koh diatas kertas tisu. Gambar wajahnya aneh.
Wartawan Koh memasuki coffee shop itu. Dongah ketakutan, dia kira orang itu mengikutinya. dia meminta manager Kim untuk berpura-pura sedang bermesraan dengannya. Wartawan Koh datang langsung ke tempat manager Kim dan Dongah. “Manager Kim?”sapa wartawan Koh. Manager Kim mengenalkan Dongah kepada wartawan Koh. Begitu huga sebaliknya. “Aku barusan melihatmu di café, benarkan?”tanya wartawan Koh. Dongah bingung. Manager Kim menjelaskan bahwa wartawan Koh juga berpartisipasi dalam penyelidikan Seo Yeonyuk.
Dongah sedikit marah karena manager Kim tidak memberitahunya ada orang lain di tim mereka. Manager Kim beralasan kalau semua itu dadakan.
Wartawan Koh melihat gambar itu, dan bertanya gambar apa ini? Gambar orang? Kau gambar orang? Dongah mengambil gambar itu dengan paksa. Kesel. Manager Kim bertanya kepada wartawan Koh tentang pertemuannya denga Yeonyuk. Wartawan Koh melapor kalau dugaan mereka benar. Yeonyuk menerima foto yang sama. “Kau yakin dia tidak tahu siapa pengirimnya?”tanya manager Kim. “Awalnya dia mengira akulah yang mengirimnya. Sepertinya pelaku mengenal Yeonyuk. Bukankah kau sudah mengamatinya?”tanya wartawan Koh.
Kesal, Dongah menaruh gelas minumannya dengan sedikit bertenaga (baca: dibanting). Manager Kim dan wartawan Koh hanya melihatnya tanpa komentar. “Jujur, cerdas..”kata manager Kim. Wartawan Koh membenarkan. “Seorang mahasiswa dari universitas favorit. Sebelum aku mendengar rekaman itu, tak pernah terpikirkan olehku Yeonyuk bisa bicara seperti itu. Tapi, tersangka mengenalnya dengan sangat baik. Bagaimana dia bisa tahu?”. Manager Kim sependapat, tersangka pasti sudah mengamatinya cukup lama. “Betul. Berarti orang itu ada didekatnya.”tambah wartawan Koh.
Manager Kim bertanya apa rencana wartawan Koh selanjutnya. “Pertama, aku harus memastikan apa orang itu si penipu atau bukan.”seru wartawan Koh. Dongah tiba-tiba memotong pembicaraan wartawan Koh, karena teringat sesuatu, “Wartawan Koh? Wartawan Koh yang itu?” wartawan Koh bingung apa yang diomongin Dongah. Dongah mengulanginya lagi, “Wartawan Koh nya Eunjae?” Eunjae sedang menunggu Muyeol latihan sampai terkantuk-kantuk. Dua junior Muyeol datang melewati Eunjae dan memberi salam padanya. Tingkah kedua orang itu aneh tapi Eunjae tidak menyadarinya.
Di ruang loker, salah satu dari dua orang tadi bertanya kepada Muyeol, apa Eunjae sudah punya pacar?. “Idiot? Mana mungkin..”kata Muyeol. Ternyata Hyeonwoo naksir dengan Eunjae. Muyeol heran, kok bisa? Hyeonwoo berkata karena Eunjae imut. “Imut? Apanya?”. “Saat dia tertawa”kata Hyeonwoo lagi. “Seperti ini?” Muyeol memperagakan tawa babi Eunjae. Teman Hyeonwoo menambahkan, setiap kali ia tertawa seperti itu, jantungnya hampir copot. Hyeonwoo meminta Muyeol membantunya menjadi makcomblang. Hahaha… Muyeol pergi mencari Eunjae. Dibalik kaca dia melihat Eunjae yang sedang berlatih menjadi perempuan. Latihan cara ketawa seperti perempuan, ralat, latihan biar mirip Jonghee. Muyeol tersenyum melihatnya. Mereka berhenti ketika Hyeonwoo dan temannya berjalan mendekati mereka. Manager Kim, wartawan Koh dan Dongah masih membahas Yeonyuk. Sekarang Dongah memandang wartawan Koh dengan mata berbinar-binar. Kemudian Dongah ngacung, dia punya pertanyaan. Pertanyaannya adalah, “Wartawan Koh, tipemu sperti apa? Maksudku, bagaimana tipe wanita yang kau sukai?”. Wartawan Koh bingung, dia melirik ke arah manager Kim. “Hah? Kenapa kau tanya?”. Dongah berkilah, kalau mereka satu tim, seharusnya saling mengenal secara lebih mendalam. Dongah mau bantuin Eunjae, tapi kok ya salah sasaran..
Wartawan Koh cengar-cengir gak bisa jawab. Muka manager Kim sudah kaya mau makan orang, matanya melihat dengan tajam (oke, itu asumsi ku aja. Bener-bener susah menerangkan ekspresi manager Kim. Ekspresinya sedatar triplek.). “Gadis seksi? Gadis imut? Gadis polos? Atau gadis manja?”. Dongah menyebutkan semua tipe. Dia menyimak dengan seksama jawaban wartawan Koh, “Tentang itu..aku agak kolot..karena itu.. seorang gadis yang bisa bergantung kepadaku.” Dongah bertanya contohnya? “Saat aku melakukan kesalahan, atau sedang marah, dia bisa tahan denganku.” Dongah menghela nafas tanda mengerti. Manager Kim mulai curiga, soalnya Dongah bersikap seolah-olah dia yang naksir wartawan Koh. “Seorang gadis yang tahan denganmu? Sepertinya agak susah.” Dongah bicara sendiri. Tiba-tiba manager Kim menjawab, “Aku suka gadis yang jujur. Kalau marah, ya marah…”kata-kata manager Kim dipotong oleh Dongah, “Oke, oke, apa saja..”. teeng..bener kan manager Kim mengeluarkan aura-aura jeleous nya.
“Wartawan Koh, apa pendapatmu tentang gadis tomboy?”. Dongah tetep cari informasi. Wartawan Koh, tidak menjawab. Kamera berfokus ke manager Kim yang sepertinya udah pengen kabur aja dari coffee shop itu. Eunjae berpamitan dengan Muyeol, tapi sebelum pergi Muyeol bertanya pada Eunjae apa pendapatnya tentang Jo Hyeonwoo? Eunjae menjawab, dia atlet yang lumayan, lumayan keren. seandainya dia bisa memukul dengan lebih baik. Muyeol berkata bukan tentang itu. Muyeol nyerah, dan menyuruh Eunjae pergi.
Saat Eunjae pergi, datanglah Jonghee membawa anggur. Jonghee ingin minum anggur itu dengan Muyeol. Pergi lah Eunjae dengan muka kesal. Di luar, dia ngomel-ngomel, “Apa-apaan ini? Minum anggur tengah malam? Apa kau ingin bermesraan? Perilaku semacam itu sangat tidak bisa diterima.”kata Eunjae yang kemudian menempelkan telinganya di pintu Muyeol, berharap mendengar sesuatu.
Muyeol sedang membuka botol ketika terganggu short, kucing Jonghee, yang sedang ngeang-ngeong di depan pintu depan. Si kucing tahu kalau masih ada orang di luar. Muyeol menyalakan kamera depan rumahnya, melihat Eunjae masih berdiri di situ. Eunjae kaget tiba-tiba kameranya menyala. “Hei idiot, sedang apa kau?”tanya Muyeol. Eunjae lebih kaget lagi mendengar suara Muyeol. Eunjae beralasan kalau kamera rumahnya sedikit kotor. Dan kemudian dia pergi. Di bis, Eunjae melanjutkan marah-marahnya. “Apa yang sebenarnya mereka lakukan?” di depannya ada pasangan yang sedang mesra-mesraan langsung duduk tegak begitu mendengar teriakan Eunjae. Dikiranya Eunjae neriakin mereka berdua kali ya. Eunjae benar-benar gelisah. Muyeol ngobrol santai dengan Jonghee. Jonghee melihat kalung Muyeol yang ada bandul cincinnya. Jonghee bertanya mengapa dia menyimpan cincinnya juga? Jonghee berkata punyanya sudah hilang, tapi Muyeol berkata tidak, dia menemukannya di kotak suratnya. Jonghee kemudian memakai cincinnya kembali. Jonghee bertanya, apa pernah Muyeol merasa ingin berhenti main bisbol? “Pernah, sekali, saat kau bilang ingin putus denganku.”jawab Muyeol. “Aku merasa seperti ingin mati.”. Jonghee turut bersedih untuk saat berat Muyeol waktu itu.
“Kenapa kau melakukannya?”tanya Muyeol. “Bagaimana perasaanmu?” Jonghee balas bertanya. Muyeol diam, hanya memandangi Jonghee. Mereka berdua saling pandang. Dan kemudian mereka kissu.. Eunjae yang stress melampiaskannya dengan sit-up di kamarnya. Dongah datang, melaporkan kalau wartawan Koh juga melakukan penyelidikan. Dia juga memberitahu Eunjae kalau wartawan Koh suka gadis yang tenang dan jujur, kau harus berubah!!. “Saat pertama aku jatuh cinta padanya, aku ingin berubah. Pada saat yang sama aku bertanya tidak bisakah dia menyukaiku apa adanya?”kata Eunjae. Dongah memberi saran untuk melupakan wartawan Koh dan menunggu seseorang muncul, kalau begitu. Bibi melihat dua gelas bekas anggur milik Muyeol dan Jonghee.
Muyeol masuk lift bersama Eunjae, terganggu melihat wajah Eunjae yang lesu dan tidak semangat. Eunjae berkata tidak apa-apa.
Seharusnya mereka turun di lantai bawah, karena mobil di parkir di sana. Tetapi Muyeol ingin ke lobi terlebih dahulu. Ternyata Muyeol menunggu Jonghee.
Mereka bertiga masuk lift bersama. Jonghee yang menekan tombol liftnya, dan terlihat cincin di jari Jonghee oleh Eunjae. Eunjae kaget, dan sedih. Benar-benar sedih. Mereka bertiga pergi ke sebuah tempat di mana hampir semua dindingnya dicoret-coret oleh lukisan.
Muyeol dan Jonghee mendekati sebuah dinding, dimana mereka pernah melukis di sana. Lukisan itu masih ada meskipun dindingnya sudah terkelupas dan kotor. Di dinding bawah terdapat cap dua tangan. Yang satu tangan Jonghee dan yang satu tangan Muyeol. Flashback, beberapa tahun yang lalu, malam-malam Muyeol dan Jonghee mendatangi tempat itu. Muyeol mengeluarkan cat dan kuas. Jonghee mulai melukis, Muyeol menyinarinya dengan senter. Mereka berdua tertawa bersama, dan membuat dua cap tangan itu. Muyeol juga menuliskan sesuatu di sana. ‘Aku bertemu denganmu untuk jatuh cinta padamu’. Tiba-tiba ada petugas datang mau menggerebek mereka, mereka pun lari. Wajah Eunjae benar-benar patah hati. Bisa membayangkan gimana perasaan Eunjae saat itu. Di depan matanya sendiri, cintanya harus tercabik-cabik.
Muyeol bertanya kenapa kelakuan Eunjae seperti itu, kau agak menyeramkan saat diam seperti ini. “Karena aku terluka.”jawab Eunjae dengan lirih. Muyeol bertanya mana yang sakit?. “Menyakitkan saat melihat sesuatu.”jawab Eunjae. Muyeol mengira Eunjae kena flu. “Rasanya ingin mati saja.”tambahnya. “Lalu kenapa kau datang?”tanya Muyeol lagi. “Karena aku ingin.”jawab Eunjae.
Jonghee melewati toko yang menjual alat lukis. Dia berhenti di depannya dan memandanginya sebentar. Sooyung juga sedang termenung di depan kanvas nya. Dia memikirkan Jonghee. Woyoung datang bersama ibu Sooyung. Ibu Sooyung bertanya tentang kedatangan Jonghee. “Kenapa kau tidak memberitahuku?” Jonghee ingin kedatangannya dirahasiakan. Ibu Sooyung meminta Jonghee untuk menelponnya. Sooyung memberitahu ibunya kalau Jonghee berhenti melukis. “Kalau tidak melukis, mau jadi apa dia?”tanya ibu Sooyung lagi. “Siapa yang tahu. Mungkin bagi ibu melukis adalah duniamu. Bagi Jonghee, ada banyak hal lain disamping lukisan.” Eunjae diam-diam memperhatikan Muyeol yang sedang berlatih fisik. Dongsu datang memberitahukan Eunjae jadwal kerja sosial Muyeol. “Sunbaenim, apa kau percaya takdir?”tanya Eunjae, “saling bertemu lagi setelah bertahun-tahun, dan bersatu kembali adalah takdir.” Dongsu mengerti Eunjae membicarakan Muyeol dan Jonghee. Dongsu menyebut mereka berdua makhluk yang unik.
Direktur Jang sedang melihat-lihat tempat baru untuk kantornya, saat Eunjae menelponnya ingin bicara. Ternyata biaya sewa kantor baru itu sangat mahal, jadi direktur Jang gak jadi nyewa. Saat akan memasuki mobil, Eunjae membuka pintu mobil untuk Muyeol. Agak aneh buat Muyeol karena Eunjae gak pernah melakukan itu. Di mobil Eunjae juga diam saja. Eunjae ingat masa-masa dia bersama Muyeol. And it’s soundtrack time. Masa-masa sebal saat awal ketemu, masa bahagia, sampai masa gelap Eunjae yang melihat Muyeol bersama Jonghee. Melihat wajah Eunjae yang pucat Muyeol memerintahkannya untuk mengenakan pakaian yang lebih tebal keesokan harinya.
Sebelum pulang Eunjae ingin mengatakan sesuatu, “Jaga dirimu baik-baik.”katanya. “Ada apa? Kelakuanmu seolah-olah kita tidak akan bertemu lagi.” Eunjae tidak mengatakan apa-apa lagi dan langsung keluar. Di luar dia menangis sedih.
Wartawan Koh memasuki coffee shop itu. Dongah ketakutan, dia kira orang itu mengikutinya. dia meminta manager Kim untuk berpura-pura sedang bermesraan dengannya. Wartawan Koh datang langsung ke tempat manager Kim dan Dongah. “Manager Kim?”sapa wartawan Koh. Manager Kim mengenalkan Dongah kepada wartawan Koh. Begitu huga sebaliknya. “Aku barusan melihatmu di café, benarkan?”tanya wartawan Koh. Dongah bingung. Manager Kim menjelaskan bahwa wartawan Koh juga berpartisipasi dalam penyelidikan Seo Yeonyuk.
Dongah sedikit marah karena manager Kim tidak memberitahunya ada orang lain di tim mereka. Manager Kim beralasan kalau semua itu dadakan.
Wartawan Koh melihat gambar itu, dan bertanya gambar apa ini? Gambar orang? Kau gambar orang? Dongah mengambil gambar itu dengan paksa. Kesel. Manager Kim bertanya kepada wartawan Koh tentang pertemuannya denga Yeonyuk. Wartawan Koh melapor kalau dugaan mereka benar. Yeonyuk menerima foto yang sama. “Kau yakin dia tidak tahu siapa pengirimnya?”tanya manager Kim. “Awalnya dia mengira akulah yang mengirimnya. Sepertinya pelaku mengenal Yeonyuk. Bukankah kau sudah mengamatinya?”tanya wartawan Koh.
Kesal, Dongah menaruh gelas minumannya dengan sedikit bertenaga (baca: dibanting). Manager Kim dan wartawan Koh hanya melihatnya tanpa komentar. “Jujur, cerdas..”kata manager Kim. Wartawan Koh membenarkan. “Seorang mahasiswa dari universitas favorit. Sebelum aku mendengar rekaman itu, tak pernah terpikirkan olehku Yeonyuk bisa bicara seperti itu. Tapi, tersangka mengenalnya dengan sangat baik. Bagaimana dia bisa tahu?”. Manager Kim sependapat, tersangka pasti sudah mengamatinya cukup lama. “Betul. Berarti orang itu ada didekatnya.”tambah wartawan Koh.
Manager Kim bertanya apa rencana wartawan Koh selanjutnya. “Pertama, aku harus memastikan apa orang itu si penipu atau bukan.”seru wartawan Koh. Dongah tiba-tiba memotong pembicaraan wartawan Koh, karena teringat sesuatu, “Wartawan Koh? Wartawan Koh yang itu?” wartawan Koh bingung apa yang diomongin Dongah. Dongah mengulanginya lagi, “Wartawan Koh nya Eunjae?” Eunjae sedang menunggu Muyeol latihan sampai terkantuk-kantuk. Dua junior Muyeol datang melewati Eunjae dan memberi salam padanya. Tingkah kedua orang itu aneh tapi Eunjae tidak menyadarinya.
Di ruang loker, salah satu dari dua orang tadi bertanya kepada Muyeol, apa Eunjae sudah punya pacar?. “Idiot? Mana mungkin..”kata Muyeol. Ternyata Hyeonwoo naksir dengan Eunjae. Muyeol heran, kok bisa? Hyeonwoo berkata karena Eunjae imut. “Imut? Apanya?”. “Saat dia tertawa”kata Hyeonwoo lagi. “Seperti ini?” Muyeol memperagakan tawa babi Eunjae. Teman Hyeonwoo menambahkan, setiap kali ia tertawa seperti itu, jantungnya hampir copot. Hyeonwoo meminta Muyeol membantunya menjadi makcomblang. Hahaha… Muyeol pergi mencari Eunjae. Dibalik kaca dia melihat Eunjae yang sedang berlatih menjadi perempuan. Latihan cara ketawa seperti perempuan, ralat, latihan biar mirip Jonghee. Muyeol tersenyum melihatnya. Mereka berhenti ketika Hyeonwoo dan temannya berjalan mendekati mereka. Manager Kim, wartawan Koh dan Dongah masih membahas Yeonyuk. Sekarang Dongah memandang wartawan Koh dengan mata berbinar-binar. Kemudian Dongah ngacung, dia punya pertanyaan. Pertanyaannya adalah, “Wartawan Koh, tipemu sperti apa? Maksudku, bagaimana tipe wanita yang kau sukai?”. Wartawan Koh bingung, dia melirik ke arah manager Kim. “Hah? Kenapa kau tanya?”. Dongah berkilah, kalau mereka satu tim, seharusnya saling mengenal secara lebih mendalam. Dongah mau bantuin Eunjae, tapi kok ya salah sasaran..
Wartawan Koh cengar-cengir gak bisa jawab. Muka manager Kim sudah kaya mau makan orang, matanya melihat dengan tajam (oke, itu asumsi ku aja. Bener-bener susah menerangkan ekspresi manager Kim. Ekspresinya sedatar triplek.). “Gadis seksi? Gadis imut? Gadis polos? Atau gadis manja?”. Dongah menyebutkan semua tipe. Dia menyimak dengan seksama jawaban wartawan Koh, “Tentang itu..aku agak kolot..karena itu.. seorang gadis yang bisa bergantung kepadaku.” Dongah bertanya contohnya? “Saat aku melakukan kesalahan, atau sedang marah, dia bisa tahan denganku.” Dongah menghela nafas tanda mengerti. Manager Kim mulai curiga, soalnya Dongah bersikap seolah-olah dia yang naksir wartawan Koh. “Seorang gadis yang tahan denganmu? Sepertinya agak susah.” Dongah bicara sendiri. Tiba-tiba manager Kim menjawab, “Aku suka gadis yang jujur. Kalau marah, ya marah…”kata-kata manager Kim dipotong oleh Dongah, “Oke, oke, apa saja..”. teeng..bener kan manager Kim mengeluarkan aura-aura jeleous nya.
“Wartawan Koh, apa pendapatmu tentang gadis tomboy?”. Dongah tetep cari informasi. Wartawan Koh, tidak menjawab. Kamera berfokus ke manager Kim yang sepertinya udah pengen kabur aja dari coffee shop itu. Eunjae berpamitan dengan Muyeol, tapi sebelum pergi Muyeol bertanya pada Eunjae apa pendapatnya tentang Jo Hyeonwoo? Eunjae menjawab, dia atlet yang lumayan, lumayan keren. seandainya dia bisa memukul dengan lebih baik. Muyeol berkata bukan tentang itu. Muyeol nyerah, dan menyuruh Eunjae pergi.
Saat Eunjae pergi, datanglah Jonghee membawa anggur. Jonghee ingin minum anggur itu dengan Muyeol. Pergi lah Eunjae dengan muka kesal. Di luar, dia ngomel-ngomel, “Apa-apaan ini? Minum anggur tengah malam? Apa kau ingin bermesraan? Perilaku semacam itu sangat tidak bisa diterima.”kata Eunjae yang kemudian menempelkan telinganya di pintu Muyeol, berharap mendengar sesuatu.
Muyeol sedang membuka botol ketika terganggu short, kucing Jonghee, yang sedang ngeang-ngeong di depan pintu depan. Si kucing tahu kalau masih ada orang di luar. Muyeol menyalakan kamera depan rumahnya, melihat Eunjae masih berdiri di situ. Eunjae kaget tiba-tiba kameranya menyala. “Hei idiot, sedang apa kau?”tanya Muyeol. Eunjae lebih kaget lagi mendengar suara Muyeol. Eunjae beralasan kalau kamera rumahnya sedikit kotor. Dan kemudian dia pergi. Di bis, Eunjae melanjutkan marah-marahnya. “Apa yang sebenarnya mereka lakukan?” di depannya ada pasangan yang sedang mesra-mesraan langsung duduk tegak begitu mendengar teriakan Eunjae. Dikiranya Eunjae neriakin mereka berdua kali ya. Eunjae benar-benar gelisah. Muyeol ngobrol santai dengan Jonghee. Jonghee melihat kalung Muyeol yang ada bandul cincinnya. Jonghee bertanya mengapa dia menyimpan cincinnya juga? Jonghee berkata punyanya sudah hilang, tapi Muyeol berkata tidak, dia menemukannya di kotak suratnya. Jonghee kemudian memakai cincinnya kembali. Jonghee bertanya, apa pernah Muyeol merasa ingin berhenti main bisbol? “Pernah, sekali, saat kau bilang ingin putus denganku.”jawab Muyeol. “Aku merasa seperti ingin mati.”. Jonghee turut bersedih untuk saat berat Muyeol waktu itu.
“Kenapa kau melakukannya?”tanya Muyeol. “Bagaimana perasaanmu?” Jonghee balas bertanya. Muyeol diam, hanya memandangi Jonghee. Mereka berdua saling pandang. Dan kemudian mereka kissu.. Eunjae yang stress melampiaskannya dengan sit-up di kamarnya. Dongah datang, melaporkan kalau wartawan Koh juga melakukan penyelidikan. Dia juga memberitahu Eunjae kalau wartawan Koh suka gadis yang tenang dan jujur, kau harus berubah!!. “Saat pertama aku jatuh cinta padanya, aku ingin berubah. Pada saat yang sama aku bertanya tidak bisakah dia menyukaiku apa adanya?”kata Eunjae. Dongah memberi saran untuk melupakan wartawan Koh dan menunggu seseorang muncul, kalau begitu. Bibi melihat dua gelas bekas anggur milik Muyeol dan Jonghee.
Muyeol masuk lift bersama Eunjae, terganggu melihat wajah Eunjae yang lesu dan tidak semangat. Eunjae berkata tidak apa-apa.
Seharusnya mereka turun di lantai bawah, karena mobil di parkir di sana. Tetapi Muyeol ingin ke lobi terlebih dahulu. Ternyata Muyeol menunggu Jonghee.
Mereka bertiga masuk lift bersama. Jonghee yang menekan tombol liftnya, dan terlihat cincin di jari Jonghee oleh Eunjae. Eunjae kaget, dan sedih. Benar-benar sedih. Mereka bertiga pergi ke sebuah tempat di mana hampir semua dindingnya dicoret-coret oleh lukisan.
Muyeol dan Jonghee mendekati sebuah dinding, dimana mereka pernah melukis di sana. Lukisan itu masih ada meskipun dindingnya sudah terkelupas dan kotor. Di dinding bawah terdapat cap dua tangan. Yang satu tangan Jonghee dan yang satu tangan Muyeol. Flashback, beberapa tahun yang lalu, malam-malam Muyeol dan Jonghee mendatangi tempat itu. Muyeol mengeluarkan cat dan kuas. Jonghee mulai melukis, Muyeol menyinarinya dengan senter. Mereka berdua tertawa bersama, dan membuat dua cap tangan itu. Muyeol juga menuliskan sesuatu di sana. ‘Aku bertemu denganmu untuk jatuh cinta padamu’. Tiba-tiba ada petugas datang mau menggerebek mereka, mereka pun lari. Wajah Eunjae benar-benar patah hati. Bisa membayangkan gimana perasaan Eunjae saat itu. Di depan matanya sendiri, cintanya harus tercabik-cabik.
Muyeol bertanya kenapa kelakuan Eunjae seperti itu, kau agak menyeramkan saat diam seperti ini. “Karena aku terluka.”jawab Eunjae dengan lirih. Muyeol bertanya mana yang sakit?. “Menyakitkan saat melihat sesuatu.”jawab Eunjae. Muyeol mengira Eunjae kena flu. “Rasanya ingin mati saja.”tambahnya. “Lalu kenapa kau datang?”tanya Muyeol lagi. “Karena aku ingin.”jawab Eunjae.
Jonghee melewati toko yang menjual alat lukis. Dia berhenti di depannya dan memandanginya sebentar. Sooyung juga sedang termenung di depan kanvas nya. Dia memikirkan Jonghee. Woyoung datang bersama ibu Sooyung. Ibu Sooyung bertanya tentang kedatangan Jonghee. “Kenapa kau tidak memberitahuku?” Jonghee ingin kedatangannya dirahasiakan. Ibu Sooyung meminta Jonghee untuk menelponnya. Sooyung memberitahu ibunya kalau Jonghee berhenti melukis. “Kalau tidak melukis, mau jadi apa dia?”tanya ibu Sooyung lagi. “Siapa yang tahu. Mungkin bagi ibu melukis adalah duniamu. Bagi Jonghee, ada banyak hal lain disamping lukisan.” Eunjae diam-diam memperhatikan Muyeol yang sedang berlatih fisik. Dongsu datang memberitahukan Eunjae jadwal kerja sosial Muyeol. “Sunbaenim, apa kau percaya takdir?”tanya Eunjae, “saling bertemu lagi setelah bertahun-tahun, dan bersatu kembali adalah takdir.” Dongsu mengerti Eunjae membicarakan Muyeol dan Jonghee. Dongsu menyebut mereka berdua makhluk yang unik.
Direktur Jang sedang melihat-lihat tempat baru untuk kantornya, saat Eunjae menelponnya ingin bicara. Ternyata biaya sewa kantor baru itu sangat mahal, jadi direktur Jang gak jadi nyewa. Saat akan memasuki mobil, Eunjae membuka pintu mobil untuk Muyeol. Agak aneh buat Muyeol karena Eunjae gak pernah melakukan itu. Di mobil Eunjae juga diam saja. Eunjae ingat masa-masa dia bersama Muyeol. And it’s soundtrack time. Masa-masa sebal saat awal ketemu, masa bahagia, sampai masa gelap Eunjae yang melihat Muyeol bersama Jonghee. Melihat wajah Eunjae yang pucat Muyeol memerintahkannya untuk mengenakan pakaian yang lebih tebal keesokan harinya.
Sebelum pulang Eunjae ingin mengatakan sesuatu, “Jaga dirimu baik-baik.”katanya. “Ada apa? Kelakuanmu seolah-olah kita tidak akan bertemu lagi.” Eunjae tidak mengatakan apa-apa lagi dan langsung keluar. Di luar dia menangis sedih.
source : pelangidrama