Sinopsis Wild Romance Episode 2

Posted: Senin, 13 Februari 2012 by khyunkhyun in Label:
0

Melihat sekilas episode sebelumnya, Eunjae dan Muyeol perang komentar di Internet. Eunjae menjelek-jelekkan Muyeol di hadapan seorang yang dikiranya fans Muyeol. Dengan ekspresif, seolah setiap komentar benar-benar dikirimnya dengan dorongan, pukulan, tendangan, tiupan, hembusan..
Eunjae : “Tuhan menciptakan dia menjadi seorang pemalas.”
Muyeol : “Siapa yang peduli, dia pemain Bisbol yang hebat.”
Eunjae : “Sebentar lagi timnya akan terpuruk.”
Muyeol : “Kudengar dia bis amenjaga dirinya sendiri.”
Eunjae : “Kau pasti fansnya. Sana menyingkir sebelum celaka!”
Muyeol : “Kau hanya menuliskan sembarangan, kau tidak melihat kenyataan dia hebat.”
Eunjae : “Aku lebih mengenal dia dari pada kau. Jauh lebih mengenalnya. Aku sangat mengenalnya dibanding kau!”
Muyeol : “Kau, siapa?”
Eunjae : “Aku AYAHMU.”
Muyeol : “Akan kucekik kau.”
Eunjae : “Jangan ngamuk dong, tolol.”
Muyeol menangkap sebutan ‘tolol’ (I Nyangban) dengan tangannya.
Muyeol : “Kau si brengsek, kan?” (Brengsek, ‘Kikochong’). Hey Brengsek, ini kau kan!”

Eunjae terdiam, name id keluar. Muyeol merasa amat sangat kesal.
Eunjae : “Apa ini? Apa dia si preman itu? Kenapa dia bisa ada disitu?”
Dia terdiam, menutup laptopnya, kaku berjalan ke arah kasur, berbaring, dan menarik selimut. Ngga berapa lama, dia tersengal-sengal seperti seorang asma, sesak nafas. Dia terlihat sangat kuatir.
“Kombinasi keystone terburuk. Kombinasi keystone adalah dasar pertahanan dalam bisbol, tempat pemberhentian basement kedua. Secara umum berarti suatu hubungan yang membutuhkan kerjasama.”
Paginya, Eunjae dan Muyeol, di lift, Muyeol menyinggung perseteruannya di internet semalam, Eunjae masih bersikap seolah tidak mengerti apa yang dikatakan Muyeol. Muyeol terus mendesak Eunjae, dia menekankan bahwa seorang dokter harus menyimpan rahasia pasiennya, begitu pula profesi bodyguard. Mereka kembali bertengkar, Muyeol menggebrak lantai lift dengan kakinya, lift pun berhenti.
Eunjae menyalahkan Muyeol, Muyeol pun ngga mau kalah, lalu terdengar suara operator lift yang tidak memperbolehkan sesseorang meloncat di dalam lift, dan menyarankan mereka bersikap tenang hingga lift berjalan dengan sendirinya.
Muyeol mengumpat dengan bisikan, “Apa yang membuatku sial, terkurung bersama dengannya di lift. Dia bisa merubah surga menjadi neraka.”
Eunjae menutup telinganya, “Ya Tuhan, lebih baik aku disambar petir.” Muyeol mengejek, mengaminkan.
Dengan rasa kesal yang mendalam Eunjae mencorat-coret poster dinding bergambar Muyeol, sembari tersenyum senang dia menggambarkan kumis, jenggot, gigi berlubang, goresan di pipi, menuliskan ‘Preman Bisbol’. Dia kemudian menambahlan coretan beberapa gigi hitam, dan coretan pada gambar hidung dan mata Muyeol, “Dosa apa yang telah kuperbuat sampai harus bertemu denganmu. Aku benar-benar membenci merah sehingga tidak makan semangka.”
Lalu, datang seorang yang mengenalnya sebagai bodyguard Muyeol, memberikan hadiah dari para penggemar Muyeol untuk dititipkan melalui Eunjae. Eunjae masih menutupi poster Muyeol yang telah dicoretnya hingga staf Red Dreamers itu berlalu.
Muyeol datang menenteng kamera dan melihat ke arah banyak hadiah, Eunjae mengatakan itu dari fans Muyeol, tersirat senyum puas dari Eunjae, dia berusaha menahannya. Muyeol melihat-lihat hadiah yang diberikan penggemarnya, ada bantal dengan gambar wajahnya, dia mulai curiga dengan senyuman Eunjae, “Apa? Kenapa kau tertawa.” Eunjae menjawab, “Oh, aku hanya panik, aku takut ada yang isinya bom.”
Muyeol lanjut membuka kotak demi kotak, sembari bertanya, apa Eunjae juga sering memberi Son Dongyul (atlet tim Bisbol Blue Seagull, idola Eunjae) hadiah. Eunjae mengatakan itu bukan urusan Muyeol. Muyeol mengangguk dan membuka sebuah kotak berisikan daleman hitam, “Kau juga menghadiahkan ini? Argh, apa yang mereka fantasikan tentangku?” Dia kemudian menawarkan itu untuk Eunjae, namun langsung menahannya, “Tidak, ini kebesaran.”
Eunjae melihat apa yang dimaksud Muyeol, dia kesal, lalu balas melihat ke arah bawah Muyeol.
Muyeol bertanya, “Hei, apa yang kau lihat?
Eunjae : “Kau melihatku lebih dulu.”
Hahaha, Muyeol bersikap seolah menutupinya.
Scene berganti suasana dengan gemerlap diskotik, beberapa wanita masuk ke ruangan yang sudah ada Muyeol dengan beberapa temannya, Eunjae yang berjaga di luar pintu mengumpat, “Haruskah kufoto dan posting di Internet?”
Di dalam ruangan, seorang wanita ada yang bertanya, “Siapa wanita yang berdiri di depan pintu? Apa pekerjaan kalian?” Sekilas dijawab, “Bodyguard’, dan saat minuman sudah dituangkan di gelas tersusun itu, Muyeol dan semuanya berteriak, “Pesta dimulai!”
Saat seorang wanita tadi keluar ke kamar kecil, dia melewati Eunjae dan menanyakan pekerjaan pria-pria di dalam ruangan, namun Eunjae tidak menjawabnya, setelah berlalu, di ujung lorong, wanita itu mengatakan, “Mereka sudah mengatakan siapa kamu.” Eunjae menjadi kesal setelah mendengarnya.
Mereka pulang, berpasang-pasangan, dan kemudian, Muyeol mengusir Eunjae dan meminta wanita yang dikencaninya menunggu sementara dia mengambil mobil.
Eunjae tidak melewatkan kesempatan itu, dia memperingati si wanita sebaiknya melihat dalam mobil, ada kamera, senjata (alat pukul), dan pakaian dalam wanita.
Mobil Muyeol pun datang, Eunjae segera berlalu, Muyeol meminta si wanita masuk mobil. Si wanita melihat jok belakang mobil, dan benar sebagaimana yang dikatakan Eunjae, memang ada kamera (memang dibawa Muyeol), alat pukul (tongkap bisbol Muyeol, padahal biasanya disarung), dan bra (kado dari fansnya tadi, tidak tertutup kotak).
Si wanita membayangkan Muyeol dengan kejam memaksanya memakai pakaian dalam tersebut dan merekam adegan itu dengan kameranya. Spontan si wanita ketakutan dan berlari menyetop taksi yang lewat, dia semakin ketakutan dengan Muyeol yang heran dan mengejarnya hingga ke taksi. Hahaha, kasian melihat tampangnya Muyeol.
Muyeol curiga dan langsung menelpon Eunjae yang sudah berada di dalam Bus, dengan santai Eunjae mengatakan, “Aku mengatakan kebenaran.” Dia menegaskan, “Seagulls akan menang tahun ini.” Tanpa mengindahkan Muyeol, dia menutup telponnya.
Muyeol benar-benar kesal dibuatnya, “Kita lihat saja, siapa yang akan tertawa pada akhirnya.”
Di sebuah resto, Dongsu bertemu seseorang yang mengurus tim mereka. Pria itu mengatakan terus terang bahwa kemampuan Dongsu sudah menurun drastis, meski Dongsu meyakinkan bahwa dia tidak dalam kondisi sakit dan masih cukup muda, pria itu mengatakan bahwa mereka sudah memberi kesempatan Dongsu tetap bertahan dalam tim namun masih belum melihat perubahan berarti. Pria itu menyarankan Dongsu untuk mencari alternatif pekerjaan lain karena kontraknya akan selesai.
Sementara dengan suasana berbeda, Muyeol ditemani Manajer Kim makan malam dengan pemilik klub Red Dreamers.
Di kantornya, Direktur Jang mencetak pemberitaan tentang keberhasilannya menangkap perusuh saat temu penggemar tim bisbol Red Dreamers beberapa saat lalu. Dia menandai tulisan nama dan kantornya dan bangga akan pemberitaan tersebut.
Lalu, datang Eunjae yang meminta dicarikan penggantinya sebagai bodyguard Muyeol. Eunjae mengatakan banyak hal sial sudah dilaluinya meski baru 3 hari dengan Muyeol, dari nyaris mati beku di gunung, hampir mati 4 jam marathon, dan kemarin mereka terjebak di dalam lift, Dengan berbagai alasan, Direktur Jang mengiyakan, dia mengatakan kejadian di lift mungkin bukan tidak sengaja, dia meminta Eunjae lebih waspada, bila Eunjae dan kliennya terluka hingga harus dirawat di rumah sakit, dia akan mencarikan pengganti Eunjae.
Eunjae berpikir dan menemui Muyeol di tempat latihan sedang berbincang dengan Dongsu mengenai Muyeol yang baru saja bertemu pemilik klub karena takut Muyeol bergabung dengan tim lain. Muyeol lalu menanyakan pengajuan kenaikan gaji Dongsu. Muyeol tidak tahu, Dongsu justru sedang berpikir bagaimana bila kontraknya diputus.
Eunjae datang, dan dengan kesal Muyeol berbisik, “Bila suatu waktu kau menemukan aku sudah tiada. Cari dan tangkap dia!” Hahaha, masa sih segitunya. :)
Eunjae mengajak Muyeol ke tempat lain karena ada yang harus mereka bicarakan. Meski kesal, “Dia sudah mulai mengaturku.” Muyeol tetap mengikuti Eunjae. Di suatu sudut, Muyeol berdiri diam memperhatikan sementara Eunjae menjelaskan dan memperagakan banyak hal.
Sepeninggal Muyeol, wartawan Koh datang menghampiri Dongsu dan menanyakan Muyeol. Dongsu memintanya untuk tidak mengusik Muyeol. Wartawan Koh berkilah, dia melanjutkan cerita mengenai kejadian waktu ditempat karaoke, ngga mungkin Muyeol datang sendiri, dia mengkaitkan dengan hubungan Muyeol dan seorang artis wanita, Shin Songhee yang sempat terdengar dekat. Dongsu berkilah dan melanjutkan latihannya.
Dengan mengendarai mobilnya sendiri Muyeol tiba di sebuah pedesaan, terlihat ilalang dan tambak tergenang air. Dia masuk ke dalam gudang dan melihat sekeliling, bila diperhatikan ini persis penggambaran lokasi dimana Muyeol dan Eunjae bertarung di awal episode satu. Lokasi yang menyeramkan. Kemudian, datang seseorang berdiri di belakang Muyeol, Muyeol merunduk memungut koran di lantai, sebuah tangan hendak mengayunkan tongkat, dan kemudian.
Muyeol berbalik dan menghentikannya, “Tunggu sebentar.”
Ternyata orang itu Eunjae, “Hei, kenapa berhenti. Ada apa lagi?”
Muyeol menanyakan apa dia memang harus benar-benar dipukul, Eunjae mengatakan mereka membutuhkan bukti yang kuat sebagai alasan. Rupanya mereka sedang menjalankan ide Eunjae agar terlihat ada seorang yang memukul Muyeol hingga harus dirawat di RS, sedangkan luka Eunjae dapat dilakukan nanti karena setelah Judo tulang bahunya lebih mudah lepas dan hal itu membutuhkan perawatan di rumah sakit setidaknya empat minggu, sehingga setelahnya akan dicarikan pengganti Eunjae sebagai bodyguard. Mereka berdua pun akan senang. Mau tak mau Muyeol pun berbalik siap dipukul, mereka pun saling mendukung, agar ide tersebut berjalan lancar.
Malang bagi mereka, seorang pria pemilik lahan datang dan menutup pintu gudang, tanpa tahu di dalamnya masih ada orang.
Sesaat setelah Eunjae memukul Muyeol dengan tongkat bisbol, mereka mendengar pintu gudang ditutup seseorang dari luar, mereka pun berteriak histeris. Sementara si pemilik gudang sudah berlalu dengan motor butut yang suaranya sangat kencang menutupi teriakan keduanya.
Di apartemen Muyeol, ahjumma nya memasak makan malam untuk Muyeol sementara Muyeol belum tentu akan pulang malam ini. (Kalau melihat ini ahjumma, aku ngerasa ada kesan yang aneh dari perannya, kayak ada aura hitam gitu. hee, mungkin hanya feeling :)
HP Muyeol ketinggalan. Ada telpon masuk ke HP Muyeol, dan ahjumma itu melihatnya, telpon itu dari seorang wanita yang pernah ditemui Muyeol di tempat karaoke dan villa di gunung.
Eunjae mencoba mendobraknya, namun tidak bisa. Eunjae lalu mengeluarkan HP nya, Muyeol menanyakan bukankah saran Eunjae HP harus ditinggal. Eunjae mengatakan bahwa HP Muyeol ada GPS nya, dia kuatir rencana itu gagal, Muyeol kesal menyalahkan dirinya sendiri yang telah mengikuti saran Eunjae yang ngga tahu bahwa GPS nya bisa di nonaktifkan. Sementara Eunjae mengeluhkan, ternyata di sana ngga ada sinyal. Keduanya saling melihat, bingung dan takut, lantas harus bagaimana.
Suara Dongah mengatakan, “Antara dua insan yang mengalami ketakutan mendalam yang sama akan terjalin ikatan emosional yang sama.” Dia ternyata sedang membaca sebuah buku, lanjutnya, “Semakin kuat rasa takut itu, semakin kuat ikatan yang terjadi. Inilah alasan mengapa dua insan menjadi semakin intim setelah mengalami bencana. Bagian dari otak manusia akan merancukan antara rasa ‘takut’ dan ‘cinta’”.
“Tutup mulutmu.”teriak Park Muyeol.
Muyeol dan Eunjae masih saling menyalahkan mengapa mereka bisa terjebak di gudang dan lokasi yang ngga ada sinyal, sementara Eunjae masih berusaha mengarahkan HP nya mencari-cari sinyal. Saat sinyal mulai terlihat dia menghubungi manajer Kim. Suara mereka terputus-putus, dan karena Muyeol juga berebut ingin berbicara dengan manajer Kim, sinyalnya hilang lagi. Eunjae menyalahkan Muyeol.
Manajer Kim mencoba menghubungi kembali namun tidak tersambung, dia lalu menghubungi Dongsu yang mengatakan tidak mengetahui keberadaan mereka.
Di gudang, Eunjae lalu memiliki ide untuk mendapatkan sinyal lebih baik. Hahaha.
Mau tidak mau, Muyeol memanggul Eunjae ke jendela di atas agar mendapat sinyal lebih baik.
Mereka pun terhubung dengan manajer Kim, dengan sebisanya Eunjae mengarahkan keberadaan mereka di Bo Ryung, sebuah gudang dekat pantai. Namun dengan angin yang kencang, suara Eunjae pun terputus-putus. Mungkin karena dorongan angin, dinding yang terbuat dari kayu terdorong dan menjatuhkan beberapa kardus, karena kaget Muyeol yang masih memanggul Eunjae di bahunya, terjatuh. Keduanya terjatuh dan saling menyalahkan, ditambah kepanikan Eunjae karena HP yang dipegangnya sedari tadi terlepas dan jatuh di luar gudang. Hahaha, sial banget.
Manajer Kim mencoba menghubungi kembali namun nomor yang dihubungi tidak aktif. Dia pun datang ke rumah Yoo Eunjae dan bertemu Dongah yang membukakan pintu. Dongah terpana melihat seorang pria tampan datang mencari Eunjae, begitu pula ayah dan adik Eunjae yang mengetahui ada seorang pria datang mencari Eunjae. Ayahnya melihat manajer Kim dari atas hingga bawah, dengan senang dia mempersilahkan manajer Kim masuk, bahkan berniat menghidangkan kopi untuknya. Namun setelah manajer Kim memperkenalkan diri dan memberikan mereka kartu namanya, keduanya langsung berbalik mengusir manajer Kim setelah mendengar kata ‘Red Dreamers’. :D
Manajer Kim pun menyadari, “Ohh, Blue Seagulls.”
Ayah dan adik Eunjae menyuruh manajer Kim segera keluar dari rumah mereka. Mereka tidak mengindahkan pertanyaan manajer Kim tentang lokasi daerah asal mereka dari daerah Bo Ryung dan tidak mau mendengar kemungkinan Eunjae sedang dalam masalah. Dongah lalu menengahi dan memperjelas bahwa ayah Eunjae tidak berhak mengusir tamu, karena rumah itu pada dasarnya adalah rumah Dongah, sedangkan keluarga Eunjae hanya penyewa di sini. Dia lalu menawarkan diri untuk mengantar manajer Kim ke lokasi tersebut. sementara ayah Eunjae masih terpaku dengan kata-kata ‘penyewa’.
Muyeol dan Eunjae kedinginan dan mulai mengantuk, Muyeol terjatuh, lalu Muyeol berdiri, meregangkan ototnya dan bertanya, “Kau dulu tinggal di sini, kapan kau pindah ke Seoul?”
Eunjae : “Kenapa kau bertanya?”
Muyeol menekankan bahwa dia melakukannya bukan karena ingin tahu, dia hanya mengusulkan untuk mulai mengobrol agar tidak terjatuh karena rasa kantuknya.
Eunjae balas bertanya, “Musim dingin yang lalu kenapa kau memukul wartawan?”
Muyeol : “Dia yang memukulku lebih dulu dengan kameranya.”
Eunjae : “Artis yang bersamamu adalah Shin Songhee?”
Muyeol : “Bagaimana kau tahu?’ (Hmm, memang, seseorang yang memiliki rasa suka atau bahkan benci teramat sangat dengan suatu sosok, dia akan menjadi seorang yang paling mengerti tentang sosok itu. Makanya jangan terlalu suka maupun benci seseorang karena batas benci dan suka itu, tipis.
Eunjae : “Sudah putus? Kau diputuskan olehnya? Kau diputuskan olehnya.” Meski Muyeol mengelak dan membantah, Eunjae tetap mengatakan demikian, Muyeol pun terpancing dan dengan nada tinggi dia menyatakan, “Dia berselingkuh, dan karena aku pun tidak memiliki rasa, mengerti?”
Dengan mengangguk-angguk Eunjae menyimpulkan keheranannya, “Dia berselingkuh namun masih bisa bersikap baik?”
Muyeol : “Kau pikir siapa? Itu bukan urusanmu.”
Seekor burung hantu datang dan bertengger di jendela yang tadi tempat Eunjae mencari sinyal dan kehilangan HP nya. Mereka berdua terkaget, Muyeol mengejek Eunjae dengan mengatakan gerakan Eunjae sigap juga, Eunjae balas mengatakan Muyeol lebih terlihat sedang ketakutan.
Dalam perjalanan mereka, Dongah memuji ketampanan manajer Kim, dengan dingin manajer Kim mengatakan sebenarnya peta saja sudah cukup, namun terimakasih karena Dongah sudah ikut. Dongah mengatakan dengan yakin bahwa hidup ini mudah bagi orang tampan namun akan lebih mudah bila bersamaku.
Saat di persimpangan, dengan yakin Dongah menyarankan manajer Kim membelokkan mobilnya ke arah kanan, namun Manajer Kim justru membelokkan mobilnya ke arah kiri, Dongah berteriak mempertanyakannya.
Manajer Kim : “Kau melihat petanya terbalik.”
Setelah melihat petanya yang terbalik, Dongah diam.
Manajer Kim kembali mengatakan, “Peta saja sudah cukup.” Hahaha.
Burung hantu itu lalu terbang pergi.
Muyeol memperhatikan jendela dan mulai berpikir dengan idenya, dia menyarankan Eunjae keluar gudang melewati jendela itu, dia mengatakan hal itu karena kepala Eunjae lebih kecil daripada kepalanya. Eunjae tersenyum dengan menganggap itu sebagai pujian. Namun Muyeol melanjutkan, “Karena tidak ada isinya.”
Dengan kesal, Eunjae menerima ide Muyeol dan naik ke pundak Muyeol, sembari mengatakan, “Kepalamu besar karena penuh dengan kotoran.” (Mereka saling tidak mau kalah.)
Eunjae dipanggul hingga dapat meraih jendela tersebut. jendela yang begitu kecil, Eunjae pun kesulitan untuk mengeluarkan badannya. Awalnya hanya tangan kanan dan kepalanya, kemudian dengan berbagai upaya tangan kirinya pun dapat keluar, namun tidak dengan pinggulnya, hingga Eunjae hanya berhenti di tengah itu, dia menyerah, dia kesakitan dan meminta Muyeol menariknya kembali.
Dengan kecewa Muyeol menariknya, namun dasar Muyeol ngga punya perasaan, dia langsung menarik kaki Eunjae begitu saja, otomatis Eunjae teriak menangis kesakitan dan menendang Muyeol hingga terjatuh.
Sementara di rumahnya, ayahnya menangisi Eunjae dan Changwoo karena pernyataan Dongah tentang dia yang hanya penyewa di rumah itu.
Di gudang, Eunjae masih tetap tertahan sebagian badan sudah keluar sebagian masih di dalam gudang dan karena tekanan yang mendalam dia tertawa menghadapi masalah yang dialaminya. Muyeol yang bingung mau bagaimana lalu mendobrak pintu dengan menendangnya. Eunjae yang heran karena gudang bergetar bertanya ada apa, dia pun berteriak kesakitan karena dobrakan Muyeol juga menyebabkan guncangan di jendela dimana dia masih tertahan. Muyeol pun menghentikan usahanya. (Muyeol ini nyebelin banget, dia melakukan sesuatu tanpa berpikir dulu dampak buruk yang mungkin terjadi. Kasian Eunjae.)
Lalu, Eunjae berseru kegirangan melihat ada sinar sorotan mobil ke arah mereka, “Ada orang di sini, ohh, orang..orang!” Terutama begitu orang yang keluar dari mobil dikenalnya, dia merasa sangat senang. Dongah keluar dari mobil dan melihat Eunjae nangkring di atas jendela mencoba menahan tawanya. Manajer Kim yang keluar berikutnya menanyakan keberadaan Muyeol dan dari dalam gudang Muyeol berteriak, “Manajer Kim, aku di sini!”
Manajer Kim membuka kaitan di pintu gudang dan Muyeol pun keluar lega dia memeluk manajer Kim. Manajer Kim bertanya, “Apa yang terjadi? Mengapa kalian di sini? Mengapa kamu terkurung dan Eunjae tersangkut di atas jendela?” Muyeol hanya melangkah berlalu tanpa menjawabnya.
Dongah tidak mampu bertahan lama dan terbahak melihat Eunjae dalam posisi itu, Eunjae kesal dan memarahinya. Dongah berkilah tak ada seorang pun yang tidak tertawa melihat Eunjae saat ini. (Hee, termasuk aku.)
Eunjae mengatakan, “Manajer Kim tidak tertawa!” Mendengar itu, Dongah mendekati manajer Kim dan meletakkan jari telunjuknya di pipi manajer Kim, “Aku bertanya-tanya kau ini robot atau bukan.” Mungkin dia heran kenapa manajer Kim tidak tertawa. (Kurasa, manajer Kim memang seorang yang sulit mengekspresikan sesuatu. Entah kapan dia bisa berekspresi.)
Manajer Kim tetap diam tanpa ekspresi dan suara ditelpon yang dihubungi menanyakan keperluan dia menghubungi 911 dan lokasi mereka.
Akhirnya bala bantuan datang, keterangan manajer Kim menyatakan Eunjae sendiri ke gudang itu dan seterusnya. (Ya tentu saja, ngga boleh sampai ada yang tahu di sana tadi juga ada Muyeol.)
Eunjae kedinginan, diberi selimut dan minuman hangat. Namun dasar Dongah, dia mulai memperkirakan kemungkinan-kemungkinan dari bahan bacaanya sebelumnya, “Dalam keadaan seperti itu, pria dan wanita akan saling jatuh cinta setelah bertengkar hebat! Itu sudah umum terjadi.” Hahaha, langsung saja Eunjae terpancing emosinya, dia berteriak histeris kesal dengan ucapan Dongah. Dongah berusaha menghindari pengejaran Eunjae yang masih menahan rasa dinginnya. Petugas yang mencatat pun menyimpulkan itu reaksi dari stress yang baru saja dialaminya dan menyarankan bila kondisi memburuk mereka harus menghubungi RS.
Setibanya di apartemen (Aku suka melihat apartemen Muyeol, putih hitam, paduan yang menarik.), Muyeol berjalan lunglai dan mendapati amplop di depan pintu yang berisikan foto dirinya dengan kata-kata ancaman dan goresan lubang dibagian mata, dengan cuek dia melemparkannya ke dalam kardus sampah.
Keesokan paginya, ayah Eunjae sedang memberi makan Tummy, anjing Dongah, suasana hatinya berubah ketika ditegur Dongah, dia kembali menyebut kata ‘penyewa’ yang diucapkan Dongah semalam. Dia menyebutkan umurnya dan kekecewaannya belum bisa membeli rumah. Sepertinya dia dongkol banget. (Ini rumah yang ditinggali Dongah dan keluarga Eunjae.)
Di mobil, Muyeol kesal dan mengatakan dia semalam hanya bisa tidur selama 4 jam. Eunjae balas mengatakan sedangkan dia hanya bisa tidur 3 jam.
Muyeol : “Memangnya kau yang akan diwawancara? Apakah wajahmu dan aku sama?”
Mungkin karena kelelahan, Eunjae hanya diam ngga membalas ocehan Muyeol.
Saat wawancara dilakukan, Muyeol terlihat sangat mengantuk dan beberapa kali diinstruksi manajer Kim dari jauh untuk tetap terjaga.
Di sisi lapangan, beberapa teman Muyeol berdiri melihat wawancara Muyeol, beberapa dari mereka merasa iri dengan Muyeol dan dua temannya yang sedang diwawancara. Di sana juga ada Dongsu yang melihat dari kejauhan, entah apa yang dipikirkannya, aku merasa kasihan dan ada kemungkinan dia memiliki rasa iri melebihi siapapun di sana. Eunjae duduk melihat Muyeol sembari menahan kantuk, sempat tertidur sesaat sebelum dihampiri wartawan Koh yang berusaha mencaritahu informasi mengenai kedekatan Muyeol dengan seorang wanita, terutama saat berada di tempat karaoke, “Shin Songhee orangnya, benar kan?” Eunjae ngga menjawab. Dan sesaat kemudian, Muyeol memanggilnya dan Eunjae pun pergi meninggalkan wartawan Koh. (Kalau melihat wartawan Koh ini, dia sosok yang menyebalkan, ngga disukai siapapun. Orang yang bisa buat kita emosi tingkat tinggi.)
Salah seorang teman Muyeol di tim Red Dreamers, Choi Hyeonwoo datang dengan yang lain, mereka masih membahas soal wawancara tadi, setelah di ruangan dia melihat botol minuman Muyeol dan diam-diam meminumnya.
Di perjalanan keluar lapangan, Muyeol menanyakan apa yang Eunjae bicarakan dengan guru Koh, itu julukan Muyeol untuk wartawan Koh. Sebenarnya Eunjae masih belum mengerti sebutan ‘guru’ yang dikatakan Muyeol untuk wartawan Koh.
Eunjae mengatakan, “Dia menanyakan dengan siapa Muyeol datang ke tempat karaoke? Dia mengatakan dia tahu semuanya.” Eunjae meyakinkan Muyeol bahwa dia seorang bodyguard yang mampu menjaga rahasia kliennya. Muyeol meragukan dan mengatakan bahwa mulut Eunjae lebih cepat dari pikirannya. Eunjae balas mengatakan, “Oh, dan pukulanmu lebih cepat dari pikiranmu.” Ngga semangat atau apa, Muyeol ngga meladeni ledekan Eunjae, “Kau orangnya tidak mau kalah.” Dia menyarankan Eunjae untuk berhati-hati karena sepertinya guru Koh kini mengawasi Eunjae.
Obrolan ringan masih dilakukan beberapa rekan tim dengan wartawan dan manajer Kim. Hyeonwoo terlihat sedang tidak enak badan dan merasa sakit pada bagian dadanya. Sesaat kemudian dia berlari keluar ruangan menuju kamar mandi dan muntah. Muyeol dan Eunjae melihatnya sekilas. Salah satu manajer membantunya di wastafel, dia memuntahkan semuanya dan jatuh pingsan.
Sementara di ruangan, manajer Kim melihat ke arah botol minuman Muyeol, mengambilnya dan mencium aromanya. Dengan sigap, wartawan Koh hendak mengambil gambar namun segera disembunyikan manajer Kim. Muyeol datang dan mengatakan bahwa botol itu miliknya. Manajer Kim menanyakan apa isinya, dan Muyeol mengatakan, “Itu hanya ramuan herbal. Kenapa?” Manajer Kim mengatakan pada semuanya, “Hyeonwoo alergi Hwangi.” Mungkin sejenis tanaman obat. Semua pun lega, namun tidak dengan tatapan manajer Kim, meskipun Muyeol sempat bergurau.
Hyeonwoo harus diinfus dan dia masih saja terus berusaha menahan muntah.
Di sebuah ruangan, manajer Kim meminta Muyeol dan Eunjae untuk lebih waspada. Muyeol menanyakan kenapa alergi harus ditangani serius begini. Manajer Kim mengatakan bahwa Hyeonwoo tidak memiliki alergi apapun, dia mengatakan demikian karena tadi ada wartawan, dia tidak ingin berita ini tersebar dan menimbulkan kepanikan tersendiri. Muyeol bertanya, “Lalu, apa yang sebenarnya diminumnya?” Manajer Kim mengatakan, “Sudah kukirim ke laboratorium untuk diteliti.”
Muyeol menanyakan bagaimana kondisi Hyeonwoo bersamaan dengan Eunjae yang menyarankan untuk menghubungi polisi. Manajer Kim menjawab, “Dia meminum tidak banyak dan sudah dimuntahkan sehingga tidak ada yang serius dan besok dia sudah boleh pulang. Dan, ini terjadi di dalam tim, sampai kita tahu siapa pelakunya, kita harus tutup mulut terlebih dahulu.”
Dia melanjutkan, “Ini bukan lagi hanya surat kaleng atau corat-coretan gambarmu. Seseorang kini ingin mencelakakan anda, Park Muyeol. Kita benar-benar membutuhkan seorang bodyguard.”
Suasana menjadi lebih mengerikan, dengan backsound yang tepat, suasana menegangkan terasa pada scene ini dan beberapa scene berikutnya.
Scene kembali memperlihatkan sebuah ruangan yang dipenuhi foto Muyeol dengan berbagai pose, gelap hanya dengan satu sorotan sinar
Keesokan paginya, Eunjae berlatih ditemani direktur Jang, memperkuat daya tahan tubuh dan meningkatkan kemampuannya bertarung.
Eunjae menjadi lebih protektif dan mendalami perannya sebagai bodyguard Park Muyeol. Ada adegan di mana terdengar suara barang berjatuhan, dan keduanya yang baru turun dari mobil, merunduk. Ternyata itu hanya tumpukan galon kosong yang berjatuhan karena belum terkait kuat. Eunjae bersikap seolah menenangkan Muyeol, dia menepuk-nepuk pundak Muyeol dan mengatakan, “Jangan khawatir. Sekarang, aku serius.” Dia membawakan barang-barang Muyeol tanpa disuruh dan berjalan di depan seolah mewaspadai bila ada bahaya yang mungkin datang menyerang Muyeol.
Dia menekankan bahwa ini bukan keinginannya. Dia melakukannya karena memang tugasnya sebagai seorang bodyguard. “Bila pelakunya sudah tertangkap, kau dan aku dapat berpisah. Jadi kau tenang saja.” Muyeol mengangguk-angguk mengiyakan, “Aku sangat lega sekarang. Lewat sini.” Hahaha, ternyata Eunjae ngga ingat di mana arah ruang latihan Muyeol.
Setibanya di ruang ganti, Muyeol mengatakan, “Kau tidak perlu melakukan apa-apa, kalau ada apa-apa kau tidak perlu ikut campur.”
Eunjae menegaskan, “Hei, kau tidak tahu, aku pejudo, tingkat 5!”
Muyeol membalas, “Aku pemain bisbol profesional, tingkat 9!”
Eunjae menyatakan bahwa bisbol ngga berguna dalam perkelahian. Muyeol balas bertanya, “Kau pernah bermain bisbol? Kau tahu berapa kecepatannya? 90 mph! Aku bisa memukul pukulan sebegitu cepatnya.” Dia bahkan memperagakan kecepatan dengan tinjunya.
Beberapa teman tim yang baru saja mandi (hanya mengenakan handuk) ngga jadi masuk karena ada Eunjae di sana.
Eunjae menegaskan, “Bola dan pukulan yang sebenarnya ngga sama!”
Muyeol merasa tertantang, “Hanya bola? Kau tidak akan sanggup.”
Eunjae pun merasa ini kesempatannya, “Kalau aku sanggup?”
Muyeol : “Akan kupanggil kau, Noona.” (Noona = kakak perempuan)
Dengan senyum rasa senang, Eunjae mengiyakan, “Home Run. Kalau begitu aku coba.” Dia pun mulai melakukan pemanasan otot tangannya.
Muyeol tertawa mengejek melihatnya.
Eunjae mulai bersiap dengan pemukulnya, Muyeol bersiap dengan bola dan berlatih melempar dengan rekannya. Ngga lama kemudian, Dongsu datang, dia menanyakan apa yang sedang mereka lakukan. Eunjae mengatakan mereka sedang bertaruh, bila Eunjae menang Muyeol akan mengenakan pakaian perempuan. Muyeol pun menjawab, bila Eunjae yang kalah, Eunjae akan mengenakan pakaian wanita. Dia menegaskan dengan senyum mengejek, “Pakaian yang akan kupilih sendiri dan pergi ke tempat yang kupilih.”
“Aku takkan kalah!”teriak Eunjae, Muyeol hanya tersenyum.
Dongsu menanyakan aturan permainanya, Eunjae menjawab, “Seperti biasa, bila tiga kali pukulan strike maka aku kalah, 4 pukulan bertahan maka aku menang.” Dongsu mengatakan hal itu akan sangat sulit. Eunjae mengatakan bahwa setiap bola yang kena itu sudah termasuk hitungan (alias ngga harus Home Run). Dia juga menambahkan bahasa lagu Seagulls sudah lama menjadi lagu nina bobonya sedangkan dia pun belajar matematika dari strategis bisbol Seagulls.
Muyeol menanyakan Dongsu berada di pihak mana. Dengan santai Dongsu mengatakan bahwa dia ingin melihat Muyeol dengan pakaian wanita. Semua rekan tim yang menonton pun ikut bersorai setuju. Muyeol kesal.
Pertandingan akan dimulai, namun belum ada wasit. Dia ntara rekan tim dinilainya ngga akan sportif, dan begitu manajer Kim lewat, dia pun meminta manajer Kim menjadi wasit pertandingan itu. Hahaha, ada-ada saja.
Pertandingan dimulai, Muyeol melempar bola dengan kekuatan penuh, 80 mph, dan bola terlewat begitu saja tanpa mampu dipukul Eunjae. Manajer Kim menyerukan, “Strike!”
Eunjae berdiri terpaku, gemetaran, mungkin ini perasaan sebenarnya seolah akan menerima pukulan yang teramat sangat cepat. Dongsu pun meminta time out. Dia menenangkannya dan memberi Eunjae semangat. Entah berapa lama mereka habiskan untuk timeout, Muyeol berkata, “Aku boleh tidur sejenak kan?”
Setelah dinilai siap, Eunjae bersiap melanjutkan pertandingan dan mengingat kata-kata Dongsu.
Dengan kecepatan yang lebih rendah Muyeol memukul bola dan lagi, meski Eunjae meletakkan pemukul terlebih dahulu di arah bola, tetap saja bola belum dapat terpukul oleh tongkat pemukul Eunjae. Muyeol mengejek, “Kau tahu sebentar lagi, dengan strike sekali lagi kau akan kalah?”
Eunjae menarik nafas, dan berusaha meyakinkan diri bahwa dia bisa. Dongsu pun ikut menarik nafas khawatir. Muyeol memanas-manasi, “Kau bisa tenang. Aku tidak akan memintamu mengenakan bikini.”
Manajer Kim menyela, “Peringatan untuk pelempar!” (Maksudnya, Muyeol.)
Muyeol teriak kesal pada manajer Kim yang benar-benar mematuhi peraturan.
Pertandingan dilanjutkan, dengan kekuatan sangat penuh Muyeol melempar bola. Entah apa yang dipikirkan Eunjae, dia membalikkan badan dan menempatkan punggungnya pada arah lemparan bola. Bola pun tepat mengena pundaknya bagian belakang. Urgh, rasa sakit mendalam terlihat dari rautnya termasuk orang-orang yang melihatnya melakukan itu, tidak terkecuali Muyeol.
Kemudian, Eunjae berusaha bangkit dan tersenyum puas. Namun, manajer Kim berseru, “Tiga Strike. Selesai!”
Terang saja, Eunjae kecewa. Dongsu menyalahkan manajer Kim, namun manajer Kim menegaskan bahwa memang itu peraturannya, “Bola yang kena badan pemukul juga termasuk Strike.” Tampak Eunjae lemas antara kecewa, sedih dan rasa sakit menjadi satu. Berkebalikan dengan raut muka Muyeol. Sementara rekan yang lain mengkhawatirkan kondisi Eunjae.
View nya bagus, di Indonesia juga banyak ditemukan pemandangan kayak gini, seperti di Kaliurang, Yogyakarta. Ngga tahu masih sama atau sudah berubah.
Kembali ke cerita, sesuai taruhan Eunjae harus berpakaian sesuai apa yang diinginkan Muyeol dan pergi ke tempat yang diinginkan Muyeol.
Dengan senang Muyeol keluar dan meminta Eunjae keluar bersamanya. Eunjae enggan dan masih mengunci pintu mobil. Muyeol memintanya menurunkan kaca dan Muyeol mengancamnya dengan mendoakan kekalahan Seagulls tahun ini. Otomatis Eunjae langsung menurut membuka pintu mobil dan keluar. (Muyeol sepertinya sudah tahu bagaimana mengatasi Eunjae. Dia tahu kelemahan Eunjae dengan mengancam tim bisbol kesayangannya.)
Sebelum masuk ke resto, sekali lagi Eunjae memohon pada Muyeol. Namun Muyeol tidak bergeming dan dengan tersenyum dia memberikan gandengan tangan untuk Eunjae. (Bila dilihat, bajunya bagus banget, badan Eunjae juga oke, tapi ngga didukung dengan tatanan rambut dan makeup sehingga Eunjae kelihatan aneh dan kolokan.)
Akhirnya, Eunjae pun melangkah masuk tidak mengindahkan Muyeol dan pandangan beberapa pelayan hingga tamu undangan bahkan pemilik resto yang melihat aneh dengan pakaian yang dikenakan Eunjae.
Dengan olokan Muyeol mengatakan, “Dia memang tidak pandai berdandan.” Dia tersenyum puas mengejek.
Ditambah lagi, ada seorang anak kecil dengan pakaian bak putri seperti yang dikenakannya melihat aneh ke arahnya. Eunjae mengusirnya. Namun anak kecil itu baru bergerak setelah ditarik ibunya untuk pergi dari depan Eunjae.
Eunjae merasa tertekan, dia meyakinkan dalam dirinya, “Aku tidak terlihat. Tidak apa-apa, mereka tidak melihatku.” Dia mengulangnya beberapa kali. (Hahaha, sama sepertiku bila merasa tidak sedang berada di tempat dan waktu yang tepat. Ini solusi bagus untuk menetralisir suasana hati dan membangkitkan semangat diri. :)
Kemudian, Dongsu datang menghampirinya, “Eunjae-shi.”
Eunjae kaget dan menanyakan, “Kau bisa melihatku?” (Hahaha, ngga segitunya kalee.)
Dongsu merasa apa yang dikenakan Eunjae tidak buruk dan dia memujinya. Suasana sedikit mencair, Dongsu mengenalkan Eunjae pada seorang wanita, “Kenalkan, ini istriku.”
Dengan menunduk Eunjae berdiri, “Maaf, pakaianku terlihat sedikit aneh.”
Si wanita tersenyum, “Annyeonghaseo. aku, Oh Sooyoung.” (Tunggu sebentar. Ingat wajah itu?)
Terang saja, Eunjae terpaku dan mengingat kembali, itu wajah yang sama dengan orang yang berpapasan dengannya di tempat karaoke dan orang yang menolak mengantarnya saat dia berjalan kaki diusir Muyeol di villa di gunung. Orang yang bersama Park Muyeol? orang yang dikenalkan Dongsu sebagai istrinya? Wuahh.
Sooyoung tersenyum, dia dan Dongsu tersenyum seolah ngga terjadi apa-apa. Bagaimana dengan Muyeol? Dia juga tertawa bercanda dengan yang lain. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa Dongsu ngga tau apa yang dilakukan Muyeol dan istrinya di belakangnya? Oh my God.




Episode 1 2 3 4 5 6 7


Source pelangi drama.net

Related Posts by Categories

0 komentar: