Sinopsis Wild Romance Episode 6

Posted: Sabtu, 10 Maret 2012 by khyunkhyun in Label:
0

Wild Romance Episode 6 °\(^o^)/°

Muyeol tertidur setelah kenyang dan minum obat. Dia tertidur di sofa. Eunjae membawakan dia air minum namun Muyeol sudah tertidur, lalu dia mengambil selimut dan menyelimuti Muyeol dengan selimut yang diambilnya.
Eunjae teringat ciuman si wanita penjebak sebelumnya, dan saat itu matanya terfokus pada bibir Muyeol yang sedang tertidur. Perlahan dia seperti terhipnotis akan mencium Muyeol.
Oh my God, tiba-tiba saja mata Muyeol terbuka dan melihat wajah Eunjae yang bergerak mendekatinya. Eunjae pun diam terpaku.
Hhh, untung saja Muyeol kembali menutupkan mata dan memalingkan wajahnya.
Eunjae yang masih dilanda shock bergegas mengambil barang-barangnya dan keluar dari apartemen Muyeol.
Eunjae : “Kau bodoh Yoo Eunjae.” Eunjae terduduk lemas di dekat pintu lift.
Eunjae terlihat seakan menyesal akan apa yang tadi dilakukannya.
“Pergantian Pitcher. Dengan kata lain, mengeluarkan Pitcher dari lapangan, terlepas dia mau atau tidak.”
Sepeninggalan Eunjae, Muyeol terbangun sejenak dan menyangka apa yang baru saja dia lihat sebagai mimpi. Dia pun bangkit dan melangkah menuju kamar.
Pagi yang cerah, Changho memberikan makanan untuk anjingnya Dongah.
Sayang, pagi itu kegalauan sedang melanda Eunjae, dia sudah tiba di depan pintu apartemen Muyeol, dia masih ragu untuk menekan bel, beberapa kali dia harus melompat dan menarik nafas untuk membuat tubuhnya lebih rileks, hahaha.
Saat dia benar-benar sedang membulatkan tekad untuk membuka pintu, dia terantuk pintu yang dibuka Muyeol.
Muyeol menertawakannya. Saat Muyeol ingin melihat kepala Eunjae yang kesakitan, Eunjae menepisnya.
Benih-benih cinta mulai tumbuh.
Saat menuju lift, Eunjae menanyakan kondisi Muyeol akibat flu yang dideritanya kemarin, Muyeol mengatakan, “Sudah baikan. Kapan kau pulang semalam?”
Eunjae terkaget.
Muyeol : “Obat flunya kuat sekali, aku seperti habis disuntik anestesi.”
Eunjae : “Begitu..” Eunjae merasa lega.
Di lapangan bisbol, beberapa pemain menemui Dongsu sebagai manajer mereka. Mereka menanyakan bagaimana dengan permintaan mereka sebelumnya. Namun, Dongsu belum dapat memastikan. Dia meminta mereka bersabar, masih ada kemungkinan permintaan mereka akan dikabulkan manajemen. Pemain pun mengeluh karena menurut mereka permintaan mereka tidak banyak. Sepertinya mereka minta pertimbangan kenaikan gaji (honor).
Choi Yeonwoo dan temannya melewati lapangan dan berhenti sebentar menunduk memberi hormat pada Dongsu yang pernah menjadi seniornya. Sembari berlalu, Yeonwoo masih melihat ke arah Dongsu dan yuniornya yang masih berbicara.
Yeonwoo : “Aku merasa tidak nyaman sejak dia ada di sini.”
Temannya mengatakan hal yang sama, “Kalau Dongsu menjadi manajer kita, kita sulit meluangkan waktu bersantai seperti dulu. Kemarin dia senior kita. Hari ini dia manajer kita.”
Yeonwoo berpikir, “Apa mungkin perusahaan mencoba memperingatkan kita? ‘Ini jadinya kalau kalian macam-macam!’ seperti itu.”
Obrolan mereka didengar Muyeol. Dia pun menemui Dongsu yang sedang memasang pengumuman di papan. Dia menanyakan waktu Dongsu selesai dengan pekerjaannya, dia mengajak Dongsu ke café Marylin malam ini. Hal itu didengar wartawan Koh yang saat itu juga sedang berada tidak jauh dengan mereka.
Wartawan Koh datang ke sebuah café.
Oh, café Marylin yang disebutkan Muyeol barusan. Dia membawa sebuah kotak (tart) bersamanya. Saat itu café belum buka. Si Nyonya pemilik Café masih berdandan, pelayan café, sebut saja namanya Seo Yunyeok masih membersihkan lantai.
Wartawan Koh beralasan sebagai supir pengantar, dia ditugaskan membawakan memo berkualitas tinggi. Nyonya itu pun mengijinkan wartawan Koh melanjutkan tugasnya. Wartawan Koh memberikan satu memo di meja depan dan bergegas ke salah satu ruangan, sepertinya VIP yang sudah di reservasi oleh Muyeol. Dia manyiapkan sejenis alat penyadap/perekam di bawah meja dan menunggu di mobilnya. Di mobil dia mencoba tes mengaktifkan sensor penerima alat perekam itu dan terdengar suara Yunyeok yang menanyakan tentang pergantian bunga. Dia bersiap agar dia bisa mendengar langsung apa yang dibicarakan Muyeol dan Dongsu nantinya.
Dia melihat foto wanita penjebak saat jumpa fans Red Dreamers baru-baru ini. Dia yakin wanita itu memiliki hubungan khusus dengan Muyeol. Dia sangat berharap, apa yang akan didengarnya mampu dijadikan bukti hubungan Muyeol dengan si wanita penjebak.
Malam pun tiba, Muyeol datang lebih dulu ke café bersama Eunjae. Eunjae sempat melirik ke arah pemuda pelayan café, Yunyeok yang juga kunilai cukup keren.
Dalam ruangan Muyeol memperhatikan Eunjae yang bibirnya berdarah, dia menyindir Eunjae yang seharusnya lebih merawat diri karena bagaimanapun Eunjae tetap seoarng wanita. Eunjae bergumam kenapa tidak Muyeol yang membelikannya bila dia merasa terganggu. Muyeol tidak mendengar hal itu, dia mulai bosan menunggu kedatangan Dongsu.
Tidak berapa lama kemudian, Dongsu pun terlihat memasuki café, wartawan Koh menunduk agar tidak terlihat, dia segera menyiapkan alat perekam dan mendengarkan apa yang dibicarakan Muyeol dan Dongsu.
Dongsu tiba, dia meminta maaf karena keterlambatannya. Dia pun menanyakan mengenai penggunaan Excel, sepertinya posisi manajer tim membutuhkan kemampuan mengaplikasan data dengan Ms Excel.
Lalu, Muyeol meminta Eunjae meninggalkan mereka dan menunggu di luar ruangan, sepertinya mereka akan membicarakan sesuatu yang privasi.
Saat itu, wartawan Koh pun sudah tidak sabar menunggu pembicaraan mereka mengenai si wanita.
Setelah Eunjae keluar, Muyeol mulai membicarakan sesuatu yang serius.
Muyeol mengharapkan Dongsu mundur sebagai manajer. Karena belakangan ini dia merasa itu sulit untuk pemain lain dan sulit juga untuk Dongsu sendiri. Muyeol menawarkan sebuah pekerjaan dari sponsor sepatu yang sekarang membuka cabang baru. Dongsu menolaknya, lalu Muyeol menanyakan, “Apakah karena uang?”
Dongsu mengatakan dia mampu menangani masalah keuanganya. Namun hal ini dipilihnya karena dia menyukainya. Dia menyukai Bisbol sehingga meskipun tidak lagi menjadi pemain, dia sangat berharap tetap dekat dengan Bisbol sebagai manajer tim.
Sementara di luar, wartawan Koh kecewa dengan apa yang didengarnya. Hal itu tidak sesuai dengan prasangkanya. Dia melepaskan earphone yang menghubungkan hasil rekaman alat penyadap di dalam ruangan.
Dongsu merasa semua yang terjadi akan berlalu dengan baik-baik saja. Dia tetap bertahan akan keputusannya meskipun Muyeol masih menawarkan pekerjaan dari perusahaan itu. Dongsu pun pamit, dia beralasan masih ada pekerjaan yang harus dilakukannya. Tinggallah Muyeol sendiri masih minum di dalam ruangan.
Eunjae asik dengan HP nya, dia tidak melihat kepergian Dongsu.
Melihat Dongsu yang baru keluar dari café, Wartawan Koh menyapanya, “Hyung.” Namun Dongsu terlihat tidak ingin diganggu, dia hanya diam dan berlalu.
Yunyeok membawa nampan yang sepertinya berisi kertas bill tagihan, masuk ke dalam ruangan Muyeol. Sementara itu, Eunjae asik dengan kamera di HP nya, dia mencoba bergaya imut di depan kameranya.
Entah apa yang terjadi di dalam ruangan, terdengar gelas atau barang berbahan kaca pecah. Eunjae bergegas masuk ke dalam ruangan dan terlihat Muyeol dengan emosi tinggi memukul si pelayan, Yunyeok. Dia melerai keduanya dan menarik Muyeol menjauh dari Yunyeok. Ada beberapa orang yang melihat namun tidak berani ikut melerai.
Wartawan Koh bersiap akan menjalankan mobilnya, namun di depannya tiba-tiba berhenti sebuah mobil dan beberapa polisi berlari masuk ke dalam café. Tidak berapa lama terlihat Muyeol yang masih memberontak dibawa keluar sejumlah polisi. Tidak membuang waktu wartawan Koh mengambil gambar peristiwa itu.
Yunyeok yang terluka parah dibantu Nyonya pemilik café berjalan keluar dari dari café. Mereka akan membantu Yunyeok memeriksa lukanya di rumah sakit. Wartawan Koh menawarkan bantuan dengan mobilnya.
Muyeol ditahan di kantor polisi. Eunjae yang menunggunya, duduk bersebelahan dengan seorang pemabuk yang mengeluhkan tentang seorang wanita di masa lalunya. Eunjae berdiri merasa terganggu. Dia melihat ke arah Muyeol yang sedang diinterogasi.
Polisi bertanya, “Namamu?”
Muyeol tidak menjawabnya. Sepertinya dia masih kesal dengan kejadian tadi dan berusaha mengingat-ingat sesuatu. Pikirannya tidak sedang diinterogasi di kantor polisi.
Polisi itu menjawab sendiri dan mengetiknya, “Park Muyeol.” Dia melanjutkan pertanyaannya, “Pekerjaan.” Melihat Muyeol yang masih saja diam, dia menuliskan, “Pemain Bisbol Profesional.”
Polisi : “Kasus penyerangan pegawai café, pukul 20.14. Bagaimana dengan motifnya?” Dia menanyakan alasan pemukulan itu. Muyeol masih saja bungkam, polisi itu mengatakan, “Kau harus memberitahukannya kepada kami, kenapa kau memukulnya?”
Muyeol akhirnya bersuara, “Si brengsek itu, mengusikku lebih dulu.”
Di tempat lain, dalam perjalanannya mengantar Yunyeok ke rumah sakit, wartawan Koh menanyakan alasan Muyeol memukulnya. Yunyeok merasa dia tidak tahu apa-apa. Wartawan Koh pun kaget, “Tanpa alasan apapun?”
Yunyeok : “Iya. Saat itu aku sedang membersihkan meja. Lalu dia…” Yunyeok berbicara sambil menahan rasa sakit dari lukanya. Wartawan Koh merasa aneh dengan sikap Park Muyeol itu, namun dia terlihat senang mendengarnya.
Muyeol keluar dari kantor polisi. Eunjae menanyakan alasan tidak memberitahu manajer Kim mengenai permasalahan ini. Muyeol mengatakan, “Untuk apa? Kau ingin aku dipecat?”
Bersama Eunjae dia mendatangi café itu lagi.
Nyonya pemilik café itu menyesalkan apa yang telah dialaminya dan berapa kerugiannya akibat peristiwa itu. Muyeol datang dan mengatakan akan mengganti semua kerugiannya. Dia menanyakan keberadaan Yunyeok pada Nyonya. Nyonya itu menanyakan keperluan Muyeol menanyakan Yunyeok. Muyeol mengatakan, “Aku akan menanyakan kebutuhannya dan ada yang ingin kutanyakan padanya.”
Di rumah sakit, Yunyeok sedang diperiksa dan dirontgen. Sementara itu, wartawan Koh melihat hasil jepretannya yang menggambarkan Muyeol yang sedang dibawa paksa beberapa polisi. Terdengar dering HP, wartawan Koh mencarinya dan itu ternyata dering HP Yunyeok dari nyonya café, panggilan itu dimatikannya.
Nyonya café mengatakan pada Muyeol, kalau Yunyeok tidak mengangkat HP nya. Muyeol lantas berpesan agar Nyonya itu menghubunginya bila Yunyeok menghubungi.
Keesokan paginya, wartawan Koh menemui Yunyeok di kamar rawat inap rumah sakit menanyakan kabarnya. Yunyeok mengatakan tulang iganya patah, dia dirawat sekitar 4-5 minggu. Saat Yunyeok mengambil HP nya, Wartawan Koh mengambil HP nya. Dia memberitahu Yunyeok untuk tidak menghubungi siapa pun. Dia mengatakan bahwa dia bukan supir pengantar sebagaimana diberitahu sebelumnya, dia memberi kartu namanya dan mengenalkan diri sebagai seorang wartawan olahraga.
Wartawan Koh menanyakan berapa banyak yang diinginkan Yunyeok bila dia ditawarkan ganti rugi. Yunyeok tidak mengetahui mengenai hal itu, dia hanya menginginkan pembayaran uang rumah sakit dan permintaan maaf. Wartawan Koh menertawainya, dia berjanji akan membantunya menangani masalah ini.
Setibanya di apartemennya, Muyeol masih diam termenung. Eunjae menghampirinya dan menanyakan, “Apa kau menyesalinya?” Sepertinya Muyeol tidak mendengar apa yang dikatakan Eunjae, Eunjae melanjutkan, “Kenapa kau memukuli orang padahal kau bukan preman?”
Muyeol menyuruhnya pergi. Eunjae menyarankan agar Muyeol jangan hanya mengeluarkan otot, namun pertimbangan dari otaknya, “Bila tidak, otakmu akan berkerut.” Muyeol yang merasa letih, tidak ingin mendengarnya. Eunjae pun pamit pulang.
Wartawan Koh keluar dari rumah sakit, sembari berjalan dia menghubungi Editornya, “Editor. Belum turun cetak kan? Beri aku 30 menit! Ini sesuatu yang besar. Sebuah headline dengan gambar nyang bagus!” Sepertinya dia ingin segera menerbitkan tentang pemberitaan kasus pemukulan yang dilakukan Muyeol.
Sementara, Ayah Eunjae yang baru saja membaca koran, kegirangan mengetahui pemberitaan Muyeol di koran.
Manajer Kim menunjukkan koran yang meliput pemberitaan di koran, “Apa ini?”
Muyeol yang awalnya malas-malasan bangkit dan melihat fotonya yang digiring polisi terpampang besar di halaman depan koran. Dia melihat penulisnya, Koh Jaehyo.
Muyeol : “Si brengsek itu. Darimana dia tahu?”
Majaner Kim : “Aku tidak tahu. Tapi sekarang ceritakan dengan rinci.” Dia membuka buku catatannya.
Di luar apartemen, Eunjae baru datang dan sudah dikerumuni banyak wartawan ingin mencari berita. Eunjae diombang-ambing dorongan wartawan yang mendesak Eunjae menjawab pertanyaan mereka mengenai Muyeol. Dia pun berteriak. Dia mengecoh wartawan sebelum membuka pintu dan masuk. Kasihan Eunjae.
Eunjae masuk dengan ngos-ngosan, dia bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Muyeol mengatakan, “Bagaimana aku tahu.”
Manajer Kim : “Masalah terbesar adalah alasan pemukulan itu. Apa yang terjadi?”
Sementara di rumah sakit, wartawan Koh kembali menjenguk Yunyeok dan menanyakan kondisinya. Dia juga mengkonfirmasi catatan mengenai kejadian pemukulan itu sebelumnya. Muyeol menyerang Yunyeok tanpa alasan. Yunyeok mengiyakannya.
Sementara di tempat lain, Muyeol menjawab pertanyaan manajer Kim, “Kau pikir aku gila? Kenapa aku memukul sesorang tanpa alasan?
Yunyeok menjawab pertanyaan wartawan Koh, “Karena dia mabuk.”
Muyeol : “Aku tidak minum terlalu banyak. Hanya satu-dua gelas.”
Wartawan Koh : “Park Muyeol mengatakan dia memukulmu karena kau mengatakan sesuatu yang mengusiknya.”
Yunyeok : “Benarkah?”
Muyeol : “Dia menghinaku.”
Yunyeok bertanya apa yang dikatakan Muyeol tentang ucapannya.
Muyeol : “Dia memakiku.”
Yunyeok : “Mengapa aku memaki orang yang tidak kukenal?”
Muyeol : “Mungkin dia pernah mengenaliku.”
Manajer Kim menemui wartawan dan mengatakan bahwa tak mungkin penyerangan dilakukan Muyeol tanpa alasan. Dia mengatakan kadar alkohol dalam darah Muyeol hanya 0,05.
Wartawan bertanya keberadaan korban dan bagaimana mengenai ganti rugi korban. Manajer Kim mengatakan, “Kami belum dapat menghubungi korban. Ini aneh kan?”
Wartawan Koh, masih bersama Yunyeok, melihat pemberitaan di HP nya, “Kadar alkohol dalam darah sangat kecil. Terlalu sedikit untuk menyebabkannya mabuk memukul orang.”
Yunyeok tertawa, “Benarkah?”
Wartawan Koh menyukai pose Yunyeok dan dia memotretnya, dia mengatakan, “Kau sangat fotogenik. Kau seharusnya menjadi model.” Yunyeok tertawa.
Wartawan Koh menanyakan, “Siapa yang akan membiayai rumah sakit? Orang tuamu?” Yunyeok terdiam. Dia mengatakan, “Mereka sudah tiada.
Muyeol dan Eunjae melihat ke monitor dan terlihat banyak wartawan masih menunggu Muyeol di depan pintu.
Muyeol : “Argh. Apa mereka tidak ada kerjaan lain? Sampai kapan mereka akan berada di sana?” Eunjae mengangkat bahunya, dia menghela nafas, sepertinya wartawan akan bertahan seharian penuh bahkan lebih.
Lalu datang seorang pengantar makanan yang masih mengenakan helm, wartawan yang awalnya berniat mengerumuni, membiarkannya lewat masuk ke apartemen Muyeol.
Wartawan yang masih tidak diijinkan bertemu Muyeol kecewa, “Korban bersembunyi, penyerang tidak bisa ditemui.”
Seorang wartawan menduga ini keterlibatan wartawan Koh, “Korban pasti disembunyikan oleh si brengsek Koh.”
Temannya mengatakan, “Brengsek apanya? Aku dan kau akan melakukan yang sama bila ada di posisinya.”
Wartawan ini membantahnya, “Hey, sesama wartwaan harus saling toleransi. Berita itu harus dibagi, bukan disimpan sendiri.”
Mereka dikagetkan oleh seseorang yang keluar dari apartemen Muyeol. Orang itu si pengantar makanan, kali ini dia juga mengenakan kacamata hitam untuk bermotor. Beberapa wartawan curiga dan mengikutinya hingga ke depan lift.
Namun, samaran Muyeol sebagai pengantar makanan berhasil. Setiba di lantai dasar, parkiran, dia melepaskan jaket dan helm si pengantar makanan begitu saja. Dia mengendarai mobil dan berlalu tanpa disadari para wartawan.
Tak berapa lama kemudian, si pengantar makanan yang asli keluar dari apartemen Muyeol dengan mengenakan jaket merah Red Dreamers. Hahaha. wartawan yang telah dikibuli berusaha mengejar Muyeol yang sudah pergi.
Setelah suasana dirasa cukup tenang, Eunjae keluar dari apartemen Muyeol, dengan menutupi wajahnya dia mengendap-endap menuju mobil Muyeol.
Muyeol kesal, “Arr, Kenapa lama sekali? Aku hampir saja meninggalkanmu.”
Eunjae : “Manajer Kim menyuruh kita untuk tetap di dalam rumah.”
Muyeol tetap menjalankan mobilnya.
Mereka datang ke rumah Dongsu.
Dongsu : “Aku sudah baca artikelnya. Kenapa kau memukulinya? Mereka simpati padanya karena dia berkelakuan baik.”
Muyeol menanyakan apa Dongsu mengenal orang itu karena menurutnya meski Muyeol yakin tidak pernah mengenalnya, orang itu mengetahui masa lalu Muyeol.
Pembicaraan itu terputus, saat si kecil Wooyoung baru pulang dijemput ibunya dan berteriak memanggilnya, “Paman! Tante!”
Muyeol : “Ohh, Wooyoung sudah pulang?”
Eunjae yang dipanggil ‘ahjumma’ merasa tertegun dengan kata-kata itu, dia hanya menanggapinya dengan tersenyum.
Sooyoung menyampaikan, “Muyeol-shi. Kurasa di depan ada wartawan.”
Muyeol tertegun.
Benar saja, beberapa wartawan menanyakan alamat apartemen Jin Dongsu pada sekuriti di sana. Muyeol dan Eunjae mengendap-endap berlari keluar dari apartemen itu.
Sementara itu, wartawan Koh mengunjungi rumah Seo Yunyeok. Dia bertemu seorang wanita paruh baya yang mengaku sebagai neneknya. Awalnya nenek Yunyeok melarang wartawan Koh masuk ke rumah terutama kamar Yunyeok. Namun memang sikap dasar sebagai wartawan yang ngeyel dan keras kepala, dia tidak mengindahkannya dan masuk begitu saja. Dia mengaku cukup dekat dengan Yunyeok. Dia melihat isi kamar Yunyeok dan memotretnya.
Wartawan Koh bertanya mengenai orang tua Yunyeok. Dengan raut sedih neneknya mengatakan bahwa ayah Yunyeok sudah meninggal 10 tahun yang lalu, dia tidak menjawab saat wartawan Koh menanyakan mengenai ibu Yunyeok.
(Mianhe, gambar yang itu kurang artistik, tapi kurasa gambar itu cukup penting untuk ditampilin.)
Manajer Kim berjalan menuju kantornya, dia menanyakan perkembangan kasus Muyeol.
Salah satu staf mengatakan ada cukup fakta mengenai pengaruh tingkat alkohol yang cukup berperan dalam kasus pemukulan itu.
Salah satu staf wanita memanggilnya. Dia menunjukkan pemberitaan mengenai korban pemukulan Muyeol di internet. ‘Korban adalah seorang siswa sekolah elit yang sedang cuti untuk mengumpulkan uang sekolah.’
Seperti biasa, artikel itu ditulis si wartawan super duper nyebelin dan extra ngeselin, Koh Jaehyo.
Manajer Kim diam melihat artikel itu. entah apa yang ada dipikirannya.
Di suatu tempat, Eunjae baru saja keluar dan merasakan dinginnya udara malam. Dia menuju mobil yang masih dikendarai Muyeol.
Eunjae menyarankan mereka untuk segera pergi. Muyeol tidak tahu akan pergi kemana karena kemanapun mereka pergi (hotel atau penginapan) semua orang mengenalinya.
Muyeol mengeluhkan, “Kenapa ini terjadi padaku?”
Eunjae : “Ada gula ada semut.” Muyeol tidak mengerti peribahasa itu. Eunjae menyesali keterlibatannya, dia menyalahkan Muyeol, “Kau selalu mencaci maki, harusnya kau sudah terbiasa dengan itu.”
Muyeol mengangguk mengiyakan, “Kalau aku yang dimaki, aku tidak akan begitu.”
Lantas Eunjae bertanya siapa orang yang dijelek-jelekkan Yunyeok. Muyeol hanya diam.
Eunjae mengatakan “Siapapun itu, seharusnya kau lebih bisa mengontrol, tidak usah cepat naik darah begitu.”
Muyeol berpikir dan mengatakan, “Son Dongyul tolol.”
Eunjae langsung bereaksi, “APA!”
Muyeol tertawa sinis, “Kau juga?” Eunjae juga mudah terpancing emosi walau hanya dengan cacian. Eunjae pun terdiam. Hahaha, itu kan spontanitas, wajar saja bila demikian. Dia mengalihkan, “Bagaimana kalau nanti kau tidak bisa bermain Bisbol lagi hanya karena ini?” Eunjae menilai Muyeol tidak bisa apapun selain Bisbol, “Paling kau hanya akan menjadi preman.”
Muyeol tertawa mendengarnya, dia menyebutkan ungkapan Babe Ruth, “Katanya, ‘Kalau bukan karena Bibsol , aku mungkin sudah di penjara atau mati.’ Jadi posisiku sekarang sama seperti dia kan?”
Mereka bahkan sempat bercanda dengan plesetan nama si pebisbol yang disebutkan Muyeol.
Eunjae lantas bertanya, “Sampai kapan kita diam di sini?”. Keduanya terdiam.
Solusinya..
Eunjae dan Muyeol mengendap-endap di pintu sebuah rumah. Yup, itu rumah Eunjae.
Saat memasuki pintu gerbang Muyeol menggesekkan kakinya di tanah, ungkapan rasa kesalnya harus memasuki rumah Eunjae lagi. Eunjae memintanya diam dan segera menyeretnya ke dalam.
Di kantor Red Dreamers, manajer Kim berbicara dengan Dongsu, dia mengatakan bahwa bagaimanapun Muyeol akan bertemu dengan Komite. Saat Dongsu menanyakan kemungkinan hukuman yang akan diterima Muyeol, manajer Kim mengatakan, “Kalau bukan denda, kemungkinan melakukan pelayanan masyarakat.”
(Hukuman jenis ‘pelayanan masyarakat’ kurasa cukup bagus untuk memberikan efek jera dan malu pada pelaku kriminal. Kalau saja ada juga di Indonesia.)
Dongsu : “Kupikir dia akan melalui hari ini tanpa kesalahan.” Dia lalu bertanya mengenai Yunyeok si korban. Manajer Kim belum mengetahuinya, dia mengatakan kemungkinan besar wartawan Koh menahan segala sesuatu tentang Yunyeok.
Manajer Kim bertanya, “Apakah ada sesuatu antara wartawan Koh dan Park Muyeol sebelumnya?” Dia curiga ada perseteruan diantara keduanya. (Yup, aku juga menduga hal yang sama.)
Dongsu mengatakan kemungkinan permasalahan dari pertengkaran dua tahun yang lalu namun manajer menyangka hal yang jauh sebelum itu.
Muyeol dipinjami baju Changho untuk ganti. Muyeol melihat baju itu dengan aneh, baju bergambar kartun dan bertuliskan Blue Seagulls, dia mengatakan lebih memilih bugil daripada mengenakannya.
Dengan raut tidak bersalah, Dongah berparas polos membayangkan sesuatu dan mengatakan itu ide yang bagus. Terang saja, Muyeol tidak lagi membantah dan memilih mengenakannya. Dasar, saat seperti ini, sikap Dongah berguna juga meski dia jujur mengatakan demikian.
Tak lama kemudian datang manajer Kim ke sana. Dia juga melihat aneh dengan pakaian yang dikenakan Muyeol, membuat Muyeol semakin kesal.
Manajer Kim mengabarkan bahwa dia akan mencari keberadaan Yunyeok dengan menyisirnya di semua rumah sakit untuk membicarakan mengenai upaya perdamaian. Muyeol sempat mempertanyakan pengucapan kata ‘keberadaan’ (where about), kemungkinan kata itu merupakan istilah yang tidak lazim digunakan. Manajer Kim harus mengulang pengucapannya agar lebih dimengerti Muyeol. (Muyeol itu ahli di Bisbol namun minim di pelajaran lain.)
Muyeol mengangguk-angguk mengerti, dia merasa lapar dan memutuskan untuk memesan makanan. Dengan sigap Eunjae mengambil telpon dan menghubungi delivery makanan.
Malang bagi mereka, saat delivery datang, ayah dan Changho pulang, Eunjae kaget apalagi setelah ayahnya tahu mereka memesan chinese food dan yakin keduanya tidak akan mampu menghabiskannya.
Saat ayah dan Changho bersama si pengantar delivery mulau menaiki tangga ke lantai dua, dari bawah Eunjae memberi isyarat bahwa ayahnya akan ke atas. Dengan segera, Dongah melempar sepatu Muyeol dan manajer Kim dan meminta mereka bersembunyi, “Musuh datang.” Keduanya pun langsung mengerti dan bersembunyi di balik rak buku.
(Btw, rak bukunya unik. Tinggi menjangkau langit kamar, namun dapat digeser-geser, menata rapi sejumlah besar buku dan DVD film. :) aku pengen punya.)
Malang bagi Muyeol, saat Eunjae dan Dongah ternyata ngga punya uang untuk membayar makanannya, Eunjae meminta paksa dompet Muyeol.
Sementara ayah, Changho dan Dongah menikmati makanan yang tersaji, kedua orang di balik rak buku kelaparan dan diperparah dengan pilihan buku yang diambil manajer Kim untuk mengusir waktu. Buku resep makanan, hahaha.
Meski enggan, Eunjae juga ikut menyantap makanan.
Ayah dan Changho memulai obrolan mereka mengenai Muyeol yang lagi-lagi berkasus, mereka mencacinya. Muyeol yang ikut mendengarnya kesal karena mereka sedang menyantap makanan yang dibelinya namun mengisi pembicaraan dengan menjelekkan namanya. Eunjae berusaha untuk tidak memihak karena dia tahu Muyeol dan manajer Kim mendengar apa yang mereka bicarakan. Changho curiga, dia menuduh Eunjae telah memihak pada Red Dreamer setelah sekian waktu lebih sering bersama Muyeol. Dia pun meminta Eunjae untuk menjelek-jelekkan nama Muyeol. Ayahnya pun ikut memanas-manasi. Saat itu Muyeol juga memasang telinganya, penasaran akan apa yang akan dikatakan Eunjae. Untung saja Dongah menginterupsi pembicaraan itu. entah dia mengerti atau tidak, fokus pembicaraan mereka terputus dan hal ini sangat membantu Eunjae. Meski mereka bersulang merayakan sikap Muyeol yang semakin memperburuk citranya. Dengan enggan Eunjae ikut minum dan merayakan bersama ayah, Changho dan Dongah.
Di sebuah tempat fitnes, Dongsu datang menemui Dongyul. Dia yang pernah melihat keakraban antara Dongyul dan wartawan Koh mencaritahu segala sesuatu tentang wartawan Koh. Bila mereka pernah dalam tim yang sama dan memilikki kemampuan yang baik dalam Bisbol, alasan apa yang menyebabkan wartawan Koh tidak lagi berkecimpung dalam pertandingan Bisbol.
Dongyul mengatakan bahwa alasannya ialah karena adanya kecelakaan motor yang naas karena seorang anak kecil yang menyeberang sembarangan dan wartawan Koh yang saat itu tidak mampu mengendalikan motornya terluka parah dan mengharuskan luka sobekan besar di otot bahunya. Hal itu menyebabkan wartawan Koh tidak lagi mampu bermain bola, bahkan dia kesulitan dalam menggerakkan tangannya.
Sementara di rumah sakit, wartawan Koh sedang menjenguk Yunyeok. Wartawan dengan bangga mengatakan bahwa berkat dialah Yunyeok tidak diganggu ketenangannya oleh wartawan lain yang ingin meliput berita tentangnya.
Dongsu menghubungi wartawan Koh untuk mengajaknya minum bersama, meski wartawan Koh merasa aneh karena biasanya Dongsu sangat sulit bila ingin diajak minum bersama, namun dia memenuhi ajakan Dongsu.
Di sebuah tempat minum bir, mereka makan dan minum bersama. Fokus utama Dongsu adalah untuk mendekati wartawan Koh secara naluri. Dia menceritakan asal muasal Muyeol dan keterpurukan Muyeol di masa lalu yang pada akhirnya menganggap Bisbol adalah segalanya. Muyeol pernah memiliki gangguan mental karena perpisahaan kedua orang tuanya. Muyeol dipaksa ibunya untuk mengikuti banyak pelajaran, bahkan semasa kecil dia pernah disekolahkan di luar negeri untuk mempelajari bahasa Inggris lebih cepat. Dengan berbagai tekanan itu, Muyeol kecil menjadi seorang yang introvert, tidak bisa berkomunikasi dan sakit ingin menyakiti diri sendiri. Dengan saran dokter Muyeol diminta untuk lebih sering melakukan kegiatan di luar ruangan. Seperti Bisbol. Namun, saat Muyeol mulai sembuh dan mencintai Bisbol, ibunya meminta Muyeol memilih antara ibunya dan Bisbol. Dengan berat, Muyeol kecil lebih memilih Bisbol dan menjauh dari ibunya.
Sementara di rumah Eunjae, meski sudah tengah malam, Muyeol masih berlatih mengayuhkan pemukul Bisbolnya. Suara kayuhan itu terdengar oleh Eunjae yang terbangun ingin mengambil minum, dia kuatir dan berniat memarahi Muyeol bilamana suara itu dapat membangunkan ayahnya dan Changho. Namun Eunjae mengurungkan niatnya setelah melihat keseriusan Muyeol yang sedang berlatih. Dia berjongkok tidak jauh melihat Muyeol yang giat berlatih.
Kembali ke warung minum. Dengan menceritakan itu, Dongsu yakin wartawan Koh yang juga amat mencintai Bisbol mampu menempatkan diri sebagaimana Muyeol dan berhenti mencari pemberitaan buruk mengenai Muyeol. Namun perkiraannya meleset, boro-boro mengerti, wartawan Koh mengatakan bahwa ini sudah menjadi takdir yang harus dilalui Muyeol sebagaimana dia dipaksa mengakhiri kecintaannya pada Bisbol dengan adanya insiden ulah sembarangan anak kecil yang menyeberang jalan. Dia pun meninggalkan Dongsu lebih dulu.
Muyeol yang selesai berlatih kaget menyadari keberadaan Eunjae yang sedang jongkok melihatnya berlatih. Eunjae beralasan bahwa dia kuatir dengan tindakan Muyeol berlatih, bilamana ayahnya atau Changho terbangun. Muyeol mengatakan bahwa dia tidak bisa tidur bila belum melakukannya. (Hm, perhatikan, meski Muyeol benci banget dengan Seagulls, dia terpaksa meminjamnya untuk berlatih. Kecintaannya pada Bisbol menepis kebencian pada Seagulls.)
Eunjae memberikan handuk untuk Muyeol menyeka keringatnya. Muyeol melihat handuk berlogo Seagulls itu. Dia menanyakan asal muasal Eunjae dan keluarganya menjadi fans fanatik Blu Seagulls, padahal mereka berasal dari daerah lain yang juga memiliki tim Bisbol diunggulkan.
Eunjae pun bercerita bahwa suatu ketika di mana mereka sekeluarga memiliki masa keterpurukan, mereka menonton pertandingan Seagulls yang saat itu sudah kalah jauh. Dengan tekad mereka meyakini diri bahwa kehidupan mereka akan menjadi lebih baik bila Seagulls mampu memperbaiki keadaan. Hal itu terwujud, Seagulls menang dan mereka menjadi benar-benar terpacu akan semangat itu.
Eunjae merasa alasannya memang kekanak-kanakan, namun Muyeol membenarkan. Menurutnya, Bisbol memang dapat memberikan kehidupan bagi setiap mereka. Dia mengelus rambut Eunjae dan berlalu. Meski merasa aneh, Eunjae terlihat senang dan memegang bagian rambut yang baru saja disentuh Muyeol. :)
Malam itu, Wartawan Koh selesai mandi, dia masih merasakan sakit di bekas lukanya saat mengenakan pakaian. Dengan semangat dia melanjutkan mengetik menyusun bahan pemberitaan untuk Muyeol.
Keesokan paginya terjadi kehebohan. Dengan tergesa-gesa Changho menunjukkan pemberitaan di koran pada Eunjae. Setelah melihatnya Eunjae menemui Muyeol dann meminta Muyeol untuk merilekskan diri dan bersiap terlebih dahulu. Dia memberikan koran itu pada Muyeol dna spontan Muyeol berteriak kesal dengan hasil karya tulis wartawan Koh. Koran itu berjudulkan ‘Park Muyeol : Gangguan mental?’.
Dengan sigap Eunjae membungkam mulut Muyeol dan memintanya menahan amarah. Dia khawatir keberadaan Muyeol diketahui ayahnya yang belum berangkat kerja. Dia menahan mulut Muyeol hingga terbaring di lantai bersama Muyeol yang masih saja memberontak.
Dongah baru terbangun, lewat dan melihat mereka, namun tetap berlalu. Dengan santai dia mengatakan, “Tenang saja aku tidak akan salah paham, kalian sedang bertengkar.” Padahal kalau aku ada di posisi Dongah mungkin saja aku akan salah paham dengan pose Muyeol dan Eunjae saat itu.
Wartawan sudah banyak menunggu di depan pintu apartemen Muyeol. Ahjumma yang akan masuk ke apartemen pun tidak luput dari permintaan wartawan untuk diwawancara. Begitu pula Direktur Jang yang tidak henti-hentinya ditelpon menanyakan keberadaan Muyeol.
Di kantor, manajer Kim mendapat kabar terbaru mengenai lokasi RS tempat Yunyeok berada. Dia segera menemui Muyeol dan Eunjae. Dia menambahkan bahwa pemberitaan yang telah beredar pagi ini memperburuk keadaan dan kekuatiran akan semakin bertambahnya petisi massa yang memboikot Muyeol.
Muyeol ditemani manajer Kim dan Eunjae menemui Yunyeok yang sedang sendirian di rumah sakit. Meski kaget Yunyeok menerima kedatangan mereka. Namun Muyeol yang kelihatannya masih dikuasai dendam menatap tajam Yunyeok.
Manajer Kim langsung menerangkan maksud kedatangan mereka dan memberikan lembar untuk ditandatangani Yunyeok yang diselaraskan dengan sebuah cek dengan sejumlah angka tertera. Uang dalam jumlah besar yang sempat mengagetkan Yunyeok. Saat Yunyeok akan menerimanya, cek itu direbut Muyeol. Dia masih ingin menanyakan bagaimana Yunyeok dapat mengucapkan apa yang telah diucapkannya sebelumnya. Apakah dia sudah mengenal Muyeol sebelumnya.
Namun belum Yunyeok menjawab, segerombolan wartawan datang dan menyalahkan manajer Kim yang melakukannya secara diam-diam. Mereka ingin mengambil pose yang bagus dan meminta Muyeol mengulang permintaan maaf di hadapan mereka.
Manajer Kim memberikan minuman yang mereka bawa sebagai buah tangan kepada Muyeol. Muyeol yang masih dibayang-bayangi peristiwa malam itu. Yunyeok membisikkan sesuatu yang membuatnya naik darah. Dia meletakkan botol minuman itu begitu saja dan berlalu tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Baik manajer Kim maupun Eunjae menyalahkan perilaku Muyeol yang meninggalkan wartawan begitu saja. Menurut mereka, hal ini akan memperburuk keadaan. Muyeol bersikukuh dan marah karena menurutnya Yunyeok tidak pantas menerima permintaan maaf darinya. Dia pulang dengan suasana hati yang buruk. Dia menilai manajer Kim bahkan tidak pernah sekalipun menganggap ada alasan yang benar dari tindakannya. Manajer Kim tidak percaya padanya.
Setelah mengantar Muyeol ke apartemennya, sesaat sebelum Eunjae pulang Muyeol juga menanyakan hal yang sama, “Apa kau juga tidak pernah berpikir alasan aku melakukannya? Apakah aku hanya terbawa emosi dan memukulnya begitu saja? Apa aku tidak ada sedikit pun percaya padaku?” Meski terlihat Eunjae ingin mengucapkan kata-kata yang akan menenangkannya, Eunjae tidak sempat mengatakan apapun. Dengan lemah Muyeol menyimpulkan Eunjae beranggapan sama seperti kebanyakan orang beranggapan, dia meminta Eunjae segera pulang. Di depan pintu apartemen, sudah banyak wartawan yang menunggu dan mencoba menginterviewnya, Eunjae hanya diam terdorong-dorong. Di dalam lift, Eunjae menyenderkan kepala, terlihat ada yang ingin disampaikan namun tidak tersampaikan.
Keesokan harinya pemberitaan di koran semakin dahsyat saja. Muyeol semakin terpuruk. Liputan pun berkembang, banyak orang yang diwawancara dan menjelekkan nama Muyeol.
Dongsu datang ke apartemen Muyeol. Saat itu Muyeol sedang emosi dihubungi ibunya yang kemungkinan menerima pemberitaan mengenainya dan menyalahkannya. Kedatangan Dongsu untuk meminta maaf karena apa yang telah dibicarakannya malam itu bersama wartawan Koh menjadikan pemberitaan Muyeol berkembang memburuk.
Muyeol marah dengan apa yang telah dilakukan Dongsu. Dia kesal dengan tindakan Dongsu yang mempercayai wartawan Koh.
Dongsu meminta maaf dan mengatakan penyesalannya karena pada dasarnya dia hanya ingin menarik simpati wartawan Koh yang juga mencintai Bisbol.dia tidak menyangka akan berkembang seperti ini. Dia meyakinkan bahwa tindakannya tidak lain adalah untuk membantu Muyeol. Dia pun pergi meninggalkan Muyeol.
Dengan lemas Muyeol masih memantau perkembangan pemberitaannya di koran hingga internet. Fans semakin fanatik saja. Mobil Red Dreamers dicoret dengan tulisan yang menjelekkan nama Muyeol. Akhirnya manajerial perusahaan pun menghubungi manajer Kim dan meminta Muyeol untuk hadir pada rapat khusus.
Pada pertemuan itu, Muyeol dipojokkan karena tindakan pemukulan yang baru-baru ini dilakukannya. Muyeol tidak menceritakan alasan pemukulan yang dilakukannya. Sikap diamnya ini memperburuk keadaan.
Muyeol berlalu melewati manajer Kim dan Eunjae tanpa mengeluarkan sepatah kata pun setelah keluar dari persidangan itu.
Di luar, sudah banyak wartawan dan antifans yang menunggunya keluar dari gedung. Muyeol tetap berjalan dengan mata terpaku. Seolah dia tidak peduli apa yang akan terjadi di sekitarnya. Dia bahkan tetap berjalan meski dilempari balon berisi air hingga sampah ke arahnya. Eunjae berusaha melindunginya dan membimbingnya untuk segera masuk ke dalam mobil. Eunjae bahkan terluka di keningnya, dia berusaha menutupi darah dan luka agar tidak terlihat oleh Muyeol.
Setelah mengantar Muyeol dengan aman ke apartemennya dan Eunjae mengecek keseluruhan ruangan, Eunjae ditarik Muyeol untuk duduk di sofa. Muyeol sudah mengambil kotak P3K dan mengobati luka Eunjae. Bagaimana pun ternyata Muyeol seorang yang care pada lingkungannya. Meski Eunjae telah menutupinya, dia menyadari luka Eunjae.
Eunjae merasa tersentuh dan menangis. :( Musiknya sedih..

Bersambung..


Episode 1 2 3 4 5 6 7

Related Posts by Categories

0 komentar: