Sinopsis Wild Romance Episode 7

Posted: Sabtu, 10 Maret 2012 by khyunkhyun in Label:
0

Wild Romance Episode 7
Episode 7 : Back-up play (bergerak ke barisan belakang atau ke celah pertahanan untuk membantu pertahanan tim.
Eunjae mencoba melindungi Muyeol dari lemparan benda-benda sampai dahinya terluka. Muyeol merasa bersalah, dan kemudian mengobati dahi Eunjae. Eunjae diam saja saat Muyeol mengobatinya. Ada rasa berterima kasih juga di pandangan Muyeol ke Eunjae.
Eunjae pulang sambil memegangi dahinya.
Muyeol membuka lagi barang-barang lamanya, di situ dia menemukan catatanya.

Pagi-pagi sekali Muyeol datang ke rumah Dongsu. Dia hanya menunggu di depan rumah Dongsu. Muyeol berpesan ke Dongsu agar tidak membencinya. Meskipun orang lain tidak menyukaiku, membenciku atau bahkan ingin membunuhku, aku bisa menanggungnya. Tapi jika sampai kau mulai membenciku, aku merasa aku ini adalah sampah. Muyeol memang kasar, temperamental tapi dia tuh kesepian, dia cuman punya Dongsu sebagai teman, kakak dan seniornya. Jadi kalau Dongsu juga membencinya, bisa stress berat tu orang.
Awalnya Dongsu bingung kenapa Muyeol bertingkah aneh seperi itu, dia baru mengerti setelah membaca harian pagi. Mengejutkan! Park Muyeol dilarang bermain bisbol.

Eunjae datang ke rumah Muyeol, dia disambut oleh bibi. Bibi melaporkan Muyeol menghilang. Eunjae bergegas ke kamar Muyeol. Kamar itu sudah berantakan. Kotak berisi barang-barang lama Muyeol terbuka. Isinya bertebaran di mana-mana.

Flashback, Muyeol membaca catatan lamanya. Ternyata itu adalah diary Muyeol kecil. Muyeol kecil menuliskan dia sangat suka dengan bisbol. Diary itu juga berisi catatan latihan bisbolnya. Antara bisbol dan ibu, aku lebih memilih bisbol. Kalau aku tidak boleh bermain bisbol, lebih baik aku mati saja.flashback end.

Eunjae juga membaca catatan yang sama. Di sebelahnya Dongsu mencoba melacak keberadaan Muyeol dengan menelpon orang-orang yang dia kenal. Bibi berinisiatif untuk menelpon polisi. Tapi Dongsu melarangnya. Kalau berita tentang hilangnya Muyeol tersebar, para wartawan akan ikut campur. Kalau hal itu terjadi, Muyeol tidak akan bisa kembali.
Warawan Koh dan Seo Yunyeok juga membaca berita di koran tentang Muyeol. Direktur Jang, orang kantor Red Dreamers, manager Kim, semua pusing dengan adanya berita ini.
Tapi ada yang sedang pesta pora dengan berita Muyeol dilarang main bisbol, yaitu keluarga Eunjae. Ayah Eunjae, Changho, dan Dongah sedang pesta.

Eunjae berpikir cara mengatasi masalah ini. Dia teringat Muyeol yang bertanya apa Eunjae juga menganggap dia gila? Dengan lirih Eunjae menjawab tidak. Dongsu menyebutkan lagi kalau Muyeol akan mati kalau dia tidak bisa bermain bisbol, kalau begitu kita harus membawanya kembali untuk bermain.

Dongsu mencoba membujuk seniornya di kantor untuk membela Muyeol. Tapi seniornya itu menolaknya. Dongsu berkata mungkin berita itu tidak seluruhnya benar, mungkin yang sesungguhnya adalah yang dikatakan Muyeol. Itu masalahnya, Muyeol sama sekali tidak mengatakan apa-apa.
Eunjae juga sedang berusaha untuk membantu Muyeol. Caranya? Dengan mengundang para antifans Muyeol. *lho? Ada 3 orang yang ditemui Eunjae, dua diantaranya adalah pelempar telur di jumpa fans waku itu. Ketiga orang itu mengenal Eunjae sebagai nona bodyguard. Eunjae mengenalkan diri sebagai antifans Muyeol juga.
Setelah berbasa-basi yang panjang dan lebar, akhirnya Eunjae mengungkapkan mengapa mereka bertiga dipanggil “Siapa yang akan kita maki saat menonton bisbol kalau tidak ada Park Muyeol lagi? Ada dua alasan kenapa aku menonton bisbol, yang pertama adalah karena The Seagulls, dan yang lainnya adalah si bajingan Red Dreamers. Sangat menyenangkan memaki seseorang saat menonton bisbol, bukan begitu?” Salah satu dari mereka menyetujui pendapat Eunjae. yang lain tidak, dengan atau tanpa Park Muyeol tidak ada bedanya, akan muncul bajingan baru.

“itulah sebabnya, kenapa tidak kita bentuk gerakan untuk membawa Park Muyeol kembali?”tanya Eunjae. Mereka bertiga kaget. “Tanpa Park Muyeol, forum kita juga akan musnah. Tidak aka nada pengurus, anggota-anggotanya juga akan terpecah. Ah, bagaimana ini.”kata Eunjae lagi mendramatisir.
“Tapi apa bedanya yang kita lakukan di internet?”tanya salah satu antifans. “Mengejutkan! Antifans Park Muyeol memulai suatu gerakan demi mengaktifkannya kembali. Ini akan jadi opini publik. Harus kita yang menjatuhkan Park Muyeol.”kata Eunjae berapi-api. Ketiga orang itu cuman mengangguk-angguk. Akhirnya mereka merencanakan sesuatu.

Eunjae membawa kotak Muyeol ke hadapan Dongah. Eunjae meminta Dongah mencari petunjuk dari catatan yang ditulis Muyeol, terutama tempat-tempat yang mungkin dikunjungi Muyeol. Dongah bertanya mengapa Eunjae mencarinya. Eunjae berkata karena dia adalah pengawalnya. Dongah tidak percaya begitu saja, pasti ada alasan lain. “Yoo Eunjae..apakah Park Muyeol..tahu rahasia yang memalukan tenang dirimu?” *ding, tebakannya Dongah gak elit banget.
Dongsu juga sedang bekerja, Sooyung bertanya bagaimana perkembangannya. Dongsu berkata mereka akan mengajukan keberatan, tapi akan sedikit sulit, jadi kita harus meminta bantuan manager Kim.
Manager Kim yang lagi jalan tiba-tiba berhenti. Ngerasa ada yang ngomongin. Haha..

Eunjae juga punya pikiran yang sama dengan Dongsu. Dia bingung gimana cara membujuk manager Kim.
Dongah : “Membujuk manager Kim? Gampang. Robot dijalankan dengan baterai (maksudnya?)”
Eunjae yang mendengar temannya sudah ngaco, mau kabur. “Masih ada cara lain untuk menarik dia ke pihak kita.” Dongah menambahkan.

Mereka berempat (Dongsu, Eunjae, Dongah dan manager Kim) bertemu di suatu cafĂ©. Dongsu langsung ke inti pembicaraan. Dia bertanya kapan tim akan mengajukan keberatan. Manager Kim berkata bahwa itu akan sia-sia saja. “Bagaimana kau tahu kalau tak mencobanya?”tanya Dongsu. “Lebih dari 30 ribu orang mendukung pemecatan Park Muyeol, itu tertinggi saat ini.”jawab manager Kim. Eunjae nimbrung “Karena alasan tersebut jugalah seharusnya tim lebih melindungi anggotanya. Pada saat damai, dia adalah pemainmu. Pada saat perang, dia adalah musuhmu. Apa ini masuk akal?”. “Tim bisbol bukanlah sebuah sekolah. Ini bukan tempat di mana seorang pemain mendapat dukungan penuh.”kata manager Kim.
“Apa tidak bisa jadi seperti itu? Kalau itu Seagulls kami..”. manager Kim memotong perkataan Eunjae. “Itulah kenapa pemain Seagulls adalah pemain kelas dua.” Wah, nyiram api pake bensin nih manager Kim.
Manager Kim akan pergi, tapi Dongah berkata, “Biarkan kujelaskan dengan cara yang sederhana. Ini adalah sebuah investasi jika tim membantu Park Muyeol mengajukan keberatan. Profit yang didapatkan dari keberhasilan itu akan menjadi keuntungan bulat. Kegagalan adalah resikonya. Bandingkan keuntungan dan resikonya. Menurutku, resiko ini layak diambil.” Manager Kim mulai tertarik.

Manager Kim menyampaikan pendapatnya ke atasannya. Dia beralasan, jika usulan itu diterima mereka punya dua keuntungan. Pertama, pitcher hebat seperti Park Muyeol bermain di timnya. Kedua reputasi baik dimana tim berjuang untuk melindungi pemainnya. Dan ini akan meningkatkan loyalitas Park Muyeol dan juga semua anggota tim. Atasan manager Kim setuju.
Tapi juga ada 2 kerugian jika mereka gagal. Yaitu kerugian secara materi, dan citra buruk karena melindungi pemainnya. Apa yang mereka putuskan? Mereka memutuskan mengajukan keberatan atas pemecatan Park Muyeol.

Eunjae bertanya soal permintaannya pada Dongah untuk mencari tempat yang mungkin dikunjungi Muyeol. Dongah memberikannya. Dongah mengeluh, catatan Muyeol hanya berisi bisbol. Berapa kali dia memukul berapa kali dia melempar, target untuk besok.
Subuh-subuh Eunjae diam-diam pergi untuk mencari Muyeol.

Di kantor Dongsu mencoba mencari tanda tangan untuk membantu Muyeol. Pemain yang ditemuinya enggan untuk memberikan tanda tangan. Dongsu melakukan segala cara, sampai mengancamnya juga.
Di tengah jalan Dongsu bertemu dengan wartawan Koh. Wartawan Koh berkata siasia saja Dongsu membuat petisi untuk Muyeol, karena semuanya sudah berakhir. Dongsu menyebutnya brengsek. Wartawan Koh tahu dan mengerti bagaimana rasanya berhenti main bisbol ditengah jalan, tapi masih saja menulis artikel seperti itu. Wartawan Koh beralasan kalau dia hanya mengungkap kebenaran. “Kau yakin tidak punya dendam apapun terhadap Park Muyeol?”tanya Dongsu.
“Aku hanya menemukan alasan kenapa Park Muyeol berbohong.”jawab wartawan Koh. “Muyeol tidak akan berbohong.”kata Dongsu. “Memangnya aku tak kenal Park Muyeol?”tanya wartawan Koh.”Mengenai Park Muyeol, aku jauh lebih mengenalnya dari pada kau.”jawab Dongsu. “Seo Yunyeok juga bukan orang yang bisa melecehkan orang lain. Jika kau melihatnya…”kata-kata wartawan Koh dipotong oleh Dongsu. “Jadi, kau percaya dengan apa yang kau lihat? Aku percaya pada apa yang ku tahu.”

Eunjae mencari Muyeol dengan catatan yang dibuat oleh Dongah. Tempat pertama yang Eunjae kunjungi adalah SD Myeong Bong, sekolahnya Muyeol. Eunjae jalan mengendap-endap. Salah satu petugas sekolah datang menegurnya. Eunjae bertanya pada orang itu, apa dia pernah melihat orang asing. “Ya, pernah.”. “Kapan?”tanya Eunjae. “Kau.”kata penjaga itu sambil cekikikan. Eunjae menyebutkan ciri-ciri Muyeol. Tapi orang itu tidak pernah melihatnya.
Wartawan Koh kembali ke bar tempat Seo Yunyeok bekerja. Dia bertemu wanita pemilik bar. Dia bertanya ke wanita itu bagaimana sifat Seo Yunyeok. Wanita pemilik bar berkata kalau Yunyeok adalah anak yang ramah, pekerja keras dan cerdas. Dia bahkan tidak bisa menggunakan banmal (bahasa non-formal Korea). Wartawan Koh memastikan kalau Seo Yunyeok adalah anak baik-baik.
Wanita pemilik bar bercerita tentang orang-orang bertanya apa di situ ada CCTV atau tidak. Wartawan Koh baru ingat dia menempatkan penyadap di ruangan itu. Oalah wartawan Koh kalau sadar lebih awal ceritanya pasti nggak begini.

Wartawan Koh memutar kembali rekamannya, rekaman percakapan Muyeol dengan pelayan Seo Yunyeok. Wartwan Koh menyadari ada yang salah.
Dongsu juga pergi ke bar menanyakan Seo Yunyeok. Wanita pemilik bar berkata ada orang lain juga yang bertanya hal yang sama (wartawan Koh).

Eunjae masih mencari Muyeol, sekarang dia di daerah pegunungan. Dari kejauhan dia melihat seorang laki-laki memakai jaket kulit. Dari jauh laki-laki itu memang mirip Muyeol. Eunjae langsung mengarahkan tendangan ke arah orang iu. Tapi setelah orang itu berbalik, ternyata dia bukan Muyeol. Eunjae lari tunggang langgang karena sudah salah orang. Laki-laki yang jatuh itu kebingungan.
Orang kantor menyebarkan catatan Muyeol kecil. Anak-anak kecil pencinta bisbol terkagum-kagum membacanya. Guru sekolah Muyeol juga diwawancara, dia menceritakan Muyeol kecil yang sudah pandai di bidang olahraga, tapi nilai akademisnya juga bagus. Bibi juga iku diwawancarai.

Eunjae sekarang berada di Cheong Ryang Sa. Dia terus berjalan mencari Muyeol. Hari sudah semakin gelap.
Muyeol sepertinya berada di daerah yang sama sedang berlatih memukul.

Dongsu pulang ke rumah dengan kelelahan dan terkena flu. Sooyung tidak senang suaminya seperti itu, dia bertanya mengapa Dongsu sangat baik kepada Muyeol. Dongsu menjawab dengan bijak, “Kalau kau punya van Gogh disampingmu yang bisa melukis potret diri dan bunga matahari. Tapi mendadak dia tidak bisa melukis lagi, apa yang kau lakukan?”. Sooyung diam, setelah suaminya pergi dia bergumam, “Apa benar seperi itu?”
Muyeol berlatih memukul sampai malam, sampai dia kelelahan dan tangannya terluka.
Kemudian tidak sengaja dia bertemu Eunjae yang sedang duduk. Sepertinya dia tersesat. “Bagaimana kalau aku benar-benar tersesat? Ini bukan gunung Everest, ini hanya gunung kecil. Benar-benar menakutkan. Kenapa gelap sekali? Tapi di mana baterainya? Aku rasa sudah mengepaknya.” Eunjae duduk di bawah pohon sambil mencari baterai untuk ponselnya.
“Idiot?” Muyeol mengagetkan Eunjae. “Apa yang kau lakukan di sini?”

Eunjae yang kedinginan, ketakutan karena gelap dan stress mencari Muyeol. Dikagetkan seperti itu langsung bikin dia nangis. Muyeol kebingungan melihat Eunjae nangis. “Hei idiot, kenapa kau nangis?”. “Aku sudah hampir mati ketakutan masih juga kau kageti.”jawabnya masih dengan air mata bercucuran. Karena kasian melihatnya, Muyeol memeluk Eunjae untuk menenangkan. Beberapa saat kemudian, Eunjae berhenti menangis, sadar dia ada dipelukan Muyeol. “Sepertinya kau sudah selesai menangis, sudah boleh kau lepaskan aku?”tanya Muyeol. Eunjae begeser. “Kalau kau melakukannya lagi, aku benar-benar akan…” Eunjae tidak melanjutkan kata-katanya. “Seorang idiot sepertimu bisa ketakutan juga?”ledek Muyeol. Muyeol mengecek bajunya yang basah, “Hei apa ini basah-basah? Ini air matamu atau ingusmu?”. Masih sempet ya nanya kaya gitu..
Muyeol berdiri, dia akan pergi, tapi Eunjae menahan bajunya. “Bagaimana kalau aku tersesat lagi? Ini gelap.” Muyeol menarik tangannya sehingga pegangan Eunjae terlepas. Aku kira Muyeol akan meninggalkannya. Tapi kemudian dia menarik tangan Eunjae dan menggandengnya.

Wartawan Koh menemui Yeonyuk di rumah sakit. Yeonyuk sedang disuntik oleh suster. Yeonyuk senang akan kedatangan wartawan Koh. Tapi raut muka wartawan Koh tidak menunjukan hal yang sama.

Muyeol dan Eunjae berjalan ke tempat menginap Muyeol. Tempat itu biasa digunakan Biksu untuk beristirahat. Jadi dalam rumah kecil itu ditengah-tengah ada lubang untuk menyalakan api, sehingga penghuninya tidak kedinginan. Muyeol bertanya bagaimana Eunjae tahu dia di sini. Eunjae berkata kalau dia membaca buku harian Muyeol.
“Apa-apaan ini, kabur di usia setua ini?”ranya Eunjae. “Aku pergi karena aku sedang sedih.”jawab Muyeol. “Memangnya hanya kamu saja yang sedih?”tanya Eunjae lagi. “Lalu, siapa lagi yang akan merasa sedih selain aku?” Eunjae sepertinya ingin menjawab ‘aku! Aku yang sedih!’ tapi dia malah berkata, “Dongsu sunbae juga sedih. Begitu juga dengan bibi.”. “Kalau kau? Mungkin kau yang gembira.”tebak Muyeol “Keluargamu mengadakan pesta makan malam?”. Eunjae yang kesal menjawab “Ya, kami makan besar. Sampai mau muntah.”. gak tau aja si Muyeol ni..
“Apa yang kau lakukan di sini?”tanya Eunjae. “Aku merasa dunia ini fana, karena itu aku mau menjadi biksu.”jawab Muyeol. Eunjae meledek Muyeol yang pasti akan menjadi bencana kalau jadi biksu. Kau begitu memuja wanita, bagaimana bisa kau menjadi seorang biksu?
“Kau bilang kau hanya punya bisbol, dan kau akan mati tanpa bisbol. Kalau begitu kau harus berjuang. Berjuang sampai mati. Jangan pedulikan omongan orang itu. Berjuanglah dengan seluruh kemampuanmu!” Muyeol hanya diam mendengar kata-kata Eunjae itu.
Eunjae bertanya kenapa dia tidak bilang apa yang dikatakan orang itu. Muyeol berkata dia ingin mengatakannya, tapi dia tidak punya saksi dan bukti. Akan banyak terjadi kekacauan gara-gara ini. “Aku tidak bisa menyeret orang itu ke dalamnya.” Siapa orang itu ? Jonghee. Eunjae terdiam mendengarnya.

Di rumah sakit, wartawan Koh bertanya kepada Seo Yunyeok siapa Kang Jonghee? Yunyeok kaget mendengar pertanyaan itu. “Kau ini benar-benar hebat. Aktingmu layak mendapatkan academy award.” Yunyeok tidak mengerti yang dimaksud wartawan Koh. Wartawan Koh berkata dia sudah tahu semuanya. Yunyeok bertanya darimana dia tahu.
“Apa-apaan ini, kenapa kau melakukan hal ini kepada Park Muyeol? Bukankah kau bilang kalian tidak saling kenal.”tanya wartawan Koh. “Hal ini menjadi besar setelah kau melibatkan diri. Rencana awalku adalah mengambil uangnya lalu melanjutkan hidup. Dia mendapat 5 juta hanya dari bermain bisbol. Dia sangat bodoh di sekolah makanya dia mulai bermain bisbol. Saking bodohnya dia mungkin tidak bisa menghitung dari 1 sampai 10 dalam bahasa Inggris. Tapi, dia berpikir kalau dia adalah yang terbaik di dunia. Dia sangat arogan. Tapi 5 juta? Wah, itu terlalu berlebihan. Aku belajar mati-matian agar bisa diterima di fakultas hukum, kau tahu berapa gaji seorang jaksa? Hanya 3 atau 4 ribu. Apa itu masuk akal?”

Wartawana Koh berkata sinis, ‘hanya dengan main bisbol..’ tapi, pernahkah kau mengalami situasi di mana kau harus mempertaruhkan hidupmu. Bukan hanya hidupmu tapi juga orang lain, kelangsungan hidup seluruh tim adalah taruhannya, pernah? Pernahkah kau mengayunkan bat hingga kulit tanganmu melepuh? Rasanya sangat sakit sampai kau harus mencuci mukamu dengan punggung tangan? Pernahkah kau mengalami jutaan orang yang menangis dan tertawa karenamu? Jika kau pernah mengalami nya kau layak mendapatkan 5 juta itu.” Wartawan Koh akhirnya pergi.
Yunyeok melihat lagi gambar Muyeol yang dia dapatkan. Foto Muyeol dengan bagian mata dirusak dan dibelakangnya ada tulisan ‘Kalau kau berani macam-macam dengan Kang Jonghee, Park Muyeol pasti akan ngamuk’.

Muyeol bertanya lagi kenapa Eunjae mencarinya. Eunjae memberitahukan bahwa tim mengajukan keberatan. Dia berkata kalau Muyeol tidak berkata apa-apa, Muyeol tidak akan bisa bermain bisbol lagi. Muyeol berkata dia bisa bermain di mana saja. di Amerika atau di Jepang. Dia juga bisa mengganti namanya, “Bagaimana dengan ‘Central’? Central Park”. Kok gak sekalian sama Mal Taman Anggrek nya ya, hihihi.
Eunjae masih mencoba membujuk Muyeol untuk mengatakan semuanya, tapi Muyeol kekeuh tidak mau. Kemudian Muyeol menyuruhnya tidur. Eunjae tidak percaya, Muyeol segitu kekeuhnya tidak mau melibatkan Jonghee dalam masalah ini.


Keesokan harinya dengan wajah pucat Eunjae menyuruh Muyeol bersiap untuk pergi karena besoknya ada pertemuan yang harus dihadiri Muyeol. Muyeol memegang dahi Eunjae. Eunjae demam. Awalnya Eunjae berkata bisa menahannya, tapi dia memutuskan untuk beristirahat sebentar sebelum berangkat. Eunjae tertidur. Muyeol menyelimutinya dengan jaket.
Beberapa waktu kemudian Muyeol membangunkan Eunjae untuk makan dan minum obat. Eunjae marah karena Muyeol tidak membangunkannya lebih awal. Muyeol berkata mereka tidak bisa pergi dengan keadaan Eunjae seperti itu. Eunjae yang setengah menangis berkata mereka harus bisa. Itu alasannya dia datang jauh-jauh ke sana. Tapi bangun saja Eunjae tidak bisa. Muyeol juga tidak mau membantunya. “Aku bilang pada mereka kalau aku akan membawamu kembali.”kata Eunjae putus asa. Muyeol tersentuh atas kegigihan Eunjae ini.
Dia mengeluarkan catatan Eunjae. Melihat tempat-tempat yang sudah didatangi Eunjae untuk mencari Muyeol.

Dongsu mencoba menghubungi Eunjae, tapi ponsel Eunjae mati. Wartawan Koh berpapasan dengan Dongsu, tapi Dongsu langsung melengos tak memperdulikan Wartawan Koh.
Bibi sedang merapihkan kasur Muyeol. Dia berdoa dengan khusuk agar Muyeol kembali.

Eunjae masih demam, sepertinya demamnya tambah parah. “Sedikit, hanya sedikit sakit.”katanya. “Lalu kenapa kau menyusulku?” Muyeol kemudian memeluk Eunjae agar dia tidak merasa kedinginan. “Terima kasih, Idiot.”kata Muyeol.
Mereka akhirnya pergi dari gunung.

Semua wartawan sudah hadir dalam konferensi pers itu. Sekali lagi Dongsu mencoba menghubungi Eunjae tapi tidak bisa. Eunjae sedang dalam perjalanan dengan Muyeol juga mencoba menghidupkan ponselnya.
Dongsu mendapat telpon dari wanita pemilik bar yang mengabarkan kalau dia menemukan sesuatu. Wanita itu berkata dia menemukan penyadap dibawah mejanya. Dongsu teringat dia bertemu wartawan Koh sesaat setelah bertemu Muyeol di hari perkelahian itu. Dongsu mencari wartawan Koh diantara kerumunan wartawan tapi tak menemukannya. Dia menelpon wartawan Koh. Wartawan Koh memintanya datang.

Di perjalanan Eunjae gelisah dan selalu melihat jamnya. Muyeol kesal dengan tingkah Eunjae. Sebenarnya Muyeol juga gelisah, akhirnya Eunjae melontarkan guyonan yang gak lucu. Tapi dia berkata punya satu ekspresi lucu. Dia membalikkan badannya dan menampilkan muka seperti di atas.
Muyeol bukannya pengen ketawa, tapi mukanya malah pengen marah. Hahaha.

Dongsu menemui wartawan Koh di lapangan bisbol. “Kau kan yang memasang penyadap itu di bawah meja.” Dongsu langsung to the point . wartawan Koh menyangkalnya. Emosi Dongsu naik, karena ini berkaitan dengan bisa tidaknya Park Muyeol kembali main bisbol. “Kalau begitu beri aku satu alasan kenapa Park Muyeol harus bermain bisbol.”kata wartawan Koh. Dongsu emosi, langsung menarik kerah baju wartawan Koh. “Kalau begitu apa alasan Park Muyeol untuk berhenti bermain bisbol?” Dongsu bertanya balik. “Itu yang aku maksud, tidak ada alasan sama sekali.” Dongsu lebih marah lagi. Wartawan Koh bertanya kenapa Dongsu begitu melindungi Muyeol, seharusnya dia berpihak pada wartawan Koh. “Mata ini bisa mengenali bakat, bukan mata yang mengenal kecemburuan.”
Wartawan Koh bercerita dia bermimpi berdiri di lapangan bisbol. Bermain bisol dan memperoleh kemenangan. Wartawan Koh memperagakannya, sambil berkomentar seperti komentator, “Pitcher Koh Jaehyun akan melakukan lemparan. Atlit ini sangat meyakinkan. Mari kita lihat lemparan yang tinggi. Sang pitcher tidak mampu mengangkat lengannya. Apa yang terjadi?”
Dongsu tidak ingin bercanda lagi dengan wartawan Koh, dan beranjak pergi. Wartawan Koh menghentikannya, dan memberinya kaset rekaman.

Semua orang menunggu dimulainya konferensi pers. Termasuk manager Kim.
Dongsu menelpon manager Kim untuk mengulur waktu rapat petinggi sampai dia tiba di sana. Ini kaya rapat komite persatuan bisbol seluruh Korea gitu kali ya.

Manager Kim masuk ke ruang rapat. Dia berkata ingin mengucapkan beberapa kata atas nama Park Muyeol dan Red Dreamers. Mulailah dia bercerita tentang asal usul bisbol, dan perjalanan bisbol di Korea. Para petinggi itu mulai kesal, mereka menyuruh manager Kim langsung ke intinya saja.
Manager Kim sudah keringatan, dan mengambil botol air di depannya dan meminumnya. Manager Kim masih saja berputar-putar, sampai dia akan diusir oleh orang-orang itu. Akhirnya Dongsu datang juga. Dia membawa kaset rekaman Park Muyeol dengan Seo Yunyeok. Isi kaset itu adalah Yunyeok yang menjelekkan Jonghee, dan berkata bahwa Jonghee adalah pelacur.

Rapat selesai, komite berbicara dengan wartawan bahwa mereka mendapatkan bukti yang bertentangan dengan kabar kekerasan Park Muyeol.
Eunjae dan Muyeol tiba di Seoul. Di tempat lain, di bandara seseorang wanita cantik berambut panjang juga tiba di Seol. Sebelum pulang Eunjae makan dulu dan mencharge ponselnya.
Di tempat Sooyung, ada sesorang yang mencarinya, orang itu wanita yang di bandara tadi. Sooyung kaget melihatnya.
Eunjae dan Muyeol masuk ke sebuah cafĂ©. Di situ sudah ada orang-orang yang menyambut kedatangannya dengan pesta. Eunjae kaget apa yang sedang terjadi. “Hukuman kerja sosial selama 24 jam dan diskors 3 bulan dari bisbol.”seru manager Kim. Muyeol kaget mendengar berita itu. Muyeol memeluk Dongsu dan berterima kasih karena sudah membantunya. Dongah juga ada di tempat itu.

Muyeol juga memeluk Eunjae. Mereka senang sekali karena masalah telah selesai. Si robot manager Kim juga dipeluk Muyeol. Dongah juga akan dipeluk Muyeol kalau gak dihalangi Eunjae.

Muyeol bertanya bagaimana dengan rekaman itu. Dongsu menjawab tidak tahu. Tiba-tiba ada suara memanggil Muyeol. “hei Park Muyeol.”
Di belakangnya ada Sooyung bersama wanita di bandara. Wanita itu langsung berlari memeluk Muyeol. Eunjae mendekati mereka, berniat menarik wanita itu, tapi tangan Muyeol menahannya. Semua terdiam.

Wanita itu melepaskan pelukannya. “Aku rindu padamu, Park Muyeol.”
Muyeol : “Kang Jonghee?”. Yeah, selamat datang Jessica SNSD.
Muyeol dan Jonghee berpelukan lagi. Eunjae melihatnya dengan nanar.



-Bersambung-


Episode 1 2 3 4 5 6 7

Related Posts by Categories

0 komentar: