Sinopsis Wild Romance Episode 4

Posted: Minggu, 19 Februari 2012 by khyunkhyun in Label:
0
Sinopsis Wild Romance Episode. 4 °\(^o^)/°

Melihat sekilas episode sebelumnya,
Eunjae sedang menghirup udara segar di luar, di sisi lain Park Muyeol sedang berlatih dengan tongkat pemukul baseball. Di dalam ruangan Eunjae melihat Dongsoo mencampurkan bubuk ke dalam gelas dan mengaduknya. Dia lalu mendorong gelas itu ke depan Sooyoung. Melihat situasi yang mulai tidak terkontrol, Eunjae segera berlari ke arah mereka. Muyeol yang melihat tingkah Eunjae mondar-mandir di depan beranda, cuek dan melanjutkan latihannya.


Keadaan semakin tidak mendukung. Pintu geser itu tidak bisa dibuka, macet. Dongsoo yang melihat Eunjae kesulitan membuka pintu, datang ke arah Eunjae dan berusaha menggeser pintu itu, namun sulit. Sementara di dalam ruangan, Sooyong terlihat berpikir keras akan meminumnya atau tidak namun dia ternyata tetap berniat meminumnya. Melihat hal itu Eunjae berlari berniat masuk lewat pintu belakang. Sayangnya, Sooyoung segera menenggak minuman yang dipegangnya, dan Eunjae hanya bisa jatuh tersungkur melihat Sooyoung meminumnya.


Eng..ing..eng. Dengan tanpa rasa bersalah Sooyoung melihat aneh ke arah Eunjae, Sooyoung mengatakan apa yang diminumnya pahit. Dia melanjutkan, “Tenggorokanku sakit, jadi aku meminum ramuan herbal ini.” Pandangan aneh Sooyong dan suaminya, Dongsoo, “Tapi, kau kenapa?” melihat Eunjae tertidur di lantai.
Eunjae yang bingung hanya mengatakan, “Toilet.” Seraya menunjuk ke arah belakang. Mungkin dia beralasan terburu-buru karena ingin ke belakang. Dia lalu menggeser badannya ke belakang, kayak ngesot. 
Eunjae kesal karena sudah salah paham, apalagi dia terluka (lecet) di tangannya karena hal yang sia-sia. Dia mengatakan, “Argh, seperti menari di ladang ranjau.” Maksudnya, setiap gerakan jadi serba salah, diam pun salah.

Terkadang terjadi Bone Head Play. Istilah ini berarti seorang pemain yang bermain bodoh dengan membuat kesimpulan yang salah.

Muyeol masih berlatih dengan pemukulnya hingga dirasa cukup lalu dia berjalan membawa pakaian ganti.
Di kolam pemandian air panas sudah ada Sooyoung berendam disana, disusul Eunjae juga masuk ke tempat yang sama.
Di kolam pemandian air panas terlihat pula Muyeol mulai masuk ke air. Dongsoo yang telah lebih dulu berendam menyipratkan air ke arah Muyeol. Mereka masih kekanakan. Muyeol berteriak, “Jangan, jangan!” Dia kepanasan.
Teriakannya itu terdengar oleh Sooyoung dan Eunjae yang ternyata kolam pemandian tempat cewek dan cowok bersebelahan. Pelan-pelan Eunjae bergeser ke arah pembatas antar kolam mereka, dia bermaksud menguping pembicaraan Muyeol dan Dongsoo.


Dongsoo menceritakan keberhasilan teman mereka Junghong dalam berbisnis, dan kekhawatirannya bagaimana cara berhasil seperti itu karena bisbol sepertinya sudah tidak bisa dilakukannya. Dongsoo lalu mengatakan bahwa kolam mereka dan kolam untuk wanita hanya dibatasi oleh sehelai tirai, dia menggoda Muyeol untuk kesana. Muyeol tertawa dan berbalik menggoda Dongsoo.
Sementara di kolam sebelah, Sooyoung melihat aneh ke arah Eunjae. Eunjae menyadarinya dan berusaha membenarkan posisinya.
Mengawali pembicaraan mereka, Sooyooung mengatakan bentuk badan Eunjae bagus karena sering latihan, dia pun berniat untuk mulai latihan. Eunjae mengatakan bentuk badan Sooyoung tidak jelek, terutama bagi seorang ibu yang sudah memiliki seorang anak. Dia menekankan pengucapannya saat mengatakan kata IBU. Entah apa makna tersirat disana. Sooyoung menyangkalnya, dia mengaku perutnya sedikit membesar belakangan ini. Eunjae yang sepertinya salah mengerti melihat ke arah dada Sooyoung, dengan peragaan tangannya dia mengatakan, “Kau harus membesarkannya agar kelihatan bagus.” Sooyoung tidak mengerti, dia lalu mengatakan, “Tapi dada kecil membuatmu kelihatan bagus.” Eunjae senang mendengarnya. Namun Sooyoung melanjutkan, “Ketika kau mengenakan t-shirt.” Eunjae yang kesal karena diejek secara tidak langsung, berteriak, “Ini karena belakangan ini berat badanku menurun, biasanya lebih bagus dari ini!”
Di kolam sebelah, keduanya tersentak mendengar teriakan Eunjae.
Eunjae balas bertanya, “Kau menyusu?” Sooyoung mengiyakan. Eunjae lalu menyimpulkan, “Kudengar kalau wanita menyusukan bayi, payudaranya akan mengendur.” Sooyoung kesal mendengarnya, dia membantah, “Ini karena aku membungkuk, bukan mengendur!” Dia menegaskan, bahwa tidak ada kaitan antara menyusukan dan mengendur. Menurutnya elastistitasnya tidak berubah.
Dongsoo dan Muyeol mulai tidak nyaman mendengar pembicaraan Sooyoung dan Eunjae, mereka memutuskan untuk beranjak keluar dari kolam. Hahaha, mereka makin terkaget saat Sooyoung meminta Eunjae memegang dadanya. Hahaha.
Eunjae benar-benar kesal dan mengumpat Sooyoung yang sangat merawat diri. Apalagi Sooyooung yang tidak setia melakukannya untuk teman baik suaminya.


Malam itu, Muyeol yang sedang tertidur didatangi seorang wanita. Sooyoung!!! Dia memegang pundak Muyeol, Muyeol yang terbangun menarik Sooyoung ke balik selimut! Wuahhh.
Lalu masuk Dongsoo yang membawa pemukul bisbol. Dia memergoki keduanya dan akan memukul mereka yang tidak setia. Namun, dihalangi Eunjae. Eunjae bergelut dengan Dongsoo, dan akhirnya Eunjae tertimpa di lantai. lalu, Muyeol ikut menimpanya, dan Sooyoung pun ikut menimpanya. Ini aneh.
Eunjae yang merasa keberatan berteriak.
Ohh, dia ternyata tertimpa tas koper besar yang dibawanya. Hahaha. Dia mimpi.


Keesokan paginya, Eunjae bangun dan melihat Dongsoo berdiri sendirian di luar rumah. Dia pun berbicara dengan Dongsoo. Dia mengatakan aoa yang dikuatirkan Dongsoo saat ini merupakan hal yang sama juga pernah dialami ayahnya. Jadi dia pun tahu pasti gimana perasaan Dongsoo saat ini.
Pemandangannya bagus banget. 
Muyeol yang baru terbangun melihat Eunjae dan Dongsoo berbicara berdua di luar, dia pun mendekati keduanya. Tepat disaat Eunjae memberi semangat dan saran untuk Dongsoo bertahan pada sikap logis menghadapi kenyataan yang berat, Muyeol menggeser pintu dan mengintruksi mereka, “Memang ayahmu kenapa?” Eunjae kesal dibuatnya, dia berjalan menjauh dan memelototi Muyeol.
Seorang wanita berpakaian bak artis yang sedang berjalan di luar dan ingin menyembunyikan jati dirinya, wanita itu berjalan cepat masuk ke sebuah restoran dan duduk di hadapan Kim Taehwan. Yupp, wanita itu Dongah. Dia cantik.
Tapi tunggu dulu, setelah duduk dia melepas kacamata, syal bulu, topi dan jaket, lalu terlihatlah aslinya Dongah yang berantakan. Dia bahkan mengenakan t-shirt bertuliskan huruf S di depannya. Manajer Kim yang melihat itu, sepertinya ilfil, termasuk beberapa pelanggan café itu saat Dongah yang menaikkan sebelah kakiknya dan tanpa sengaja menjatuhkan sepatu bootsnya.
Mereka membicarakan beberapa surat kaleng yang dibawa manajer Kim.


Muyeol dan Dongsoo mendaki, Muyeol bertanya mengenai apa yang dibicarakan Dongsoo dan Eunjae tadi pagi. Dongsoo mengatakan bahwa apa yang dialami Dongsoo saat ini pernah juga dialami ayah Eunjae. Dia menyimpulkan ayah Eunjae pernah melewati masa-masa krisis ekonomi sepertinya yang baru saja keluar dari Bisbol, dan Eunjae pun pernah mengalami dampaknya saat tidak bisa melanjutkan Judo. Muyeol merasa aneh alasan Eunjae menceritakan banyak hal pada Dongsoo.


Di belakang mereka, Eunjae dan Sooyoung juga sedang mendaki tempat yang sama. Keempatnya sedang refreshing mendaki gunung. Lalu ada peta petunjuk jalan yang menyatakan ada dua jalan menuju puncak. Jalur yang satu lebih cepat namun sulit dilalui, jalur itu dikenal jalur tempat beberapa orang bunuh diri. Sedangkan jalur yang satunya ke arah kanan lebih mudah tapi jauh.
Awalnya Eunjae juga bermaksud memilih jalan yang sama dengan Dongsoo dan Sooyoung. Dia terpengaruh kata-kata Muyeol tentang ‘bunuh diri’. Dia takut sesuatu terjadi bila dia membiarkan keduanya sendiri, namun akhirnya Eunjae mendaki arah yang sama dengan Muyeol sedangkan Dongsoo melalui jalur yang sama dengan istrinya.
Sepanjang jalan Muyeol curiga pada Eunjae, dia mengatakan mereka harus membiarkan kedua suami istri itu waktu untuk berduaan, mereka butuh waktu untuk bicara. Eunjae tidak merasa itu usul yang bagus, dia masih kuatir. Sementara dua orang yang dikuatirkan Eunjae, berjalan dan bercanda bersama. Mereka terlihat bahagia.


Muyeol dan Eunjae sudah tiba lebih dulu di puncaknya. Sembari berjongkok, Eunjae terus saja meloncat-loncat tidak tenang. Dia terlihat sangat kuatir. Muyeol curiga dengan tingkah Eunjae. dia menyimpulkan ada motif tersembunyi dari sikap Eunjae.
Eunjae yang selama ini tidak betah berdekatan dengan Muyeol, memilih untuk ikut perjalanan ke Jepang. Menurutnya Eunjae punya rencana tersembunyi.
Eunjae tidak mennjawabnya, dan saat Sooyoung dan Dongsoo datang ke arah mereka, Eunjae langsung berdiri menyambutnya dengan gembira. Muyeol semakin berpikir tetang ini. Aku tahu, kalau di posisi Eunjae, kegembiraannya itu lebih ke arah perasaan lega karena kekhawatirannya tidak terjadi. Sedangkan Muyeol berpikir bahwa sikap Eunjae didasari karena kesenangan dapat bertemu lagi dengan seorang yang disukainya.


Manajer Kim mengantar Dongah pulang ke rumah, sebelum Dongah turun manajer Kim menanyakan nomor Hp Dongah. Anehnya, Dongah yang kunilai ngga rasa malu langsung menanyakan apa alasan manajer Kim adalah untuk pe-de-ka-te. Manajer Kim mengatakan tidak.
Sedangkan Muyeol dan yang lainnya sedang menyusuri jalan di malam hari dengan panduan sebuah peta. Mereka akhirnya menemukan sebuah toko yang dikenal menyajikan makanan yang enak.


Saat makan, Dongsoo memberikan potongan daging pada Sooyoung. Melihat hal itu ekspresi wajah Eunjae dari rasa tidak senang hingga sedih. Pantas saja, Muyeol semakin membenarkan prasangkanya, dia lalu memberikan sepotong daging ke mangkuk makan Eunjae. Awalnya Eunjae ragu dan menduga sikap Muyeol itu didasari keusilannya, namun akhirnya daging itu langsung dimakannya juga.


Malang bagi Eunjae, dia merasakan sakit perut akibat cara makannya yang berlebihan. Mungkin perutnya jengah. Sooyoun lalu membantunya dengan metode akupunktur, beberapa jarum ditancapkan di telapak tangan Eunjae, Eunjae merasa takut dan sebelah tangannya yang bebas membantunya menutup mata karena ketakutan.
Dongsoo ke belakang untuk mengambilkan kotak obat, Sooyoung pun meninggalkan mereka setelah melakukan akupunktur.
Saat itu Muyeol kembali mengorek-ngorek kebenaran dugaannya. Dia memuji-muji Sooyoung yang memiliki banyak keahlian. Selain akupunktur, Sooyoung juga mampu memasak, menjahit, pijat dan semuanya berlisensi. Eunjae tidak mau kalah dia juga memiliki kemampuan Judo tingkat 5 dan itupun bersertifikat. Dia mengatakan alasan Sooyoung melakukannya adalah karena rasa cintanya pada Dongsoo. Sooyoung bahkan meninggalkan keluarga dan membuang semua mimpinya untuk bisa bersama Dongsoo. Muyeol menekankan bahwa tak ada apapun yang dapat memisahkan mereka. Dongsoo terlahir hanya untuk Sooyoung dan Sooyoung pun terlahir hanya untuk Dongsoo. Eunjae lantas balik bertanya, dia merasa aneh, setelah Muyeol tahu akan hal itu namun Muyeol dan Sooyoung masih melakukannya, berselingkuh di belakang Dongsoo.
Entah mengapa Eunjae memilih untuk mengatakan sebaliknya, mungkin bermaksud menyindir perselingkuhan mereka. Dia mengatakan, “Hidup hanya untuk menjadi istri seseorang itu bodoh. Bagaimana dengan hidupnya, kenapa harus hidup untuk suaminya. Orang seperti itu hanya akan menyalahkan orang lain bila hidupnya sengsara. Aku juga tak suka dengan orang yang bilang hidupnya hanya untuk anaknya.”
Sayangnya, pernyataan Eunjae itu terdengar oleh Sooyoung, dia pun tertegun.
Sooyoung segera memberikan obat untuk diminum setelah akupunktur, dia lalu berlari ke luar rumah. Muyeol kesal dengan Eunjae dan mengejar Sooyoung, meninggalkan Eunjae yang terlihat merasa bersalah dan bingung bagaimana melepaskan jarum yang masih tertancap di telapak tangannya.
Muyeol menemui Sooyoung dan mengatakan bahwa apa yang dikatakan si ‘Bodoh’ ngga harus di dengar. Sooyoong mengatakan sebaliknya.


Di kamarnya, Dongah membaca beberapa lembar surat kaleng yang diberikan manajer Kim padanya. Dia membaca puisi yang tertera disana. Dia pun menandai beberapa kata di lembaran tersebut. Sepertinya dia menemukan sesuatu yang mencurigakan.
Terlihat sebuah tangan menunjuk dan menggeser di dinding bertempelkan foto Muyeol berbagai pose di sebuah ruangan gelap. Si misterius ini berhenti pada sebuah foto poster besar dengan gambar yang telah tertusuk di bagian mata.


Eunjae terbangun setelah agak siangan dan hanya menemukan Muyeol yang masih kesal dengan sikap Eunjae semalam. Apalagi saat Eunjae gelisah mengetahui Dongsoo dan Sooyoung sedang keluar berduaan.
Dongsoo dan Sooyoung berjalan berduaan menyusuri embun pagi di tepi sungai atau danau. Pemandangannya bagus banget.
Dongsoo bertanya mengenai kemenangan mendapatkan lotre. Dia merasa Sooyoung tidak pernah merasakannya dan lebih sering salah dalam memilih. Dia minta maaf karena dia merasa tidak mampu membahagiakan Sooyoung, setelah apa yang dipilih Sooyoung. Memilihnya dan meninggalkan keluarga maupun lukisan yang sangat disukai Sooyoung.
Dongsoo mengatakan, “Saat aku berhasil mendapatkanmu adalah saat terbaikku.” Mungkin maksudnya saat itulah dia memenangkan sebuah lotre namun karena ketidakmampuannya, Sooyoung harus menderita bersamanya.
Sooyoung menggenggam tangan Dongsoo.
Dongsoo mengatakan dia membawa Sooyoung karena berpikir dia akan semakin baik. Bila dia tahu bahwa kenyataannya akan seperti ini mungkin dia tidak akan melakukannya.
Sooyoung meyakinkan Dongsoo bahwa pada dasarnya bukan Dongsoo yang membawanya pergi dari keluarga maupun mimpinya, tapi dia yang lebih memilih mengikuti Dongsoo. Dia tiidak menyesal dan memastikan tidak akan menyesal. Mereka berbicara dari hati ke hati.


Eunjae semakin gelisah karena keduanya tidak kunjung pulang, dia bermaksud menyusul mereka namun Muyeol menghentikannya. Dia melanjutkan apa yang ingin dikatakannya semalam. Dia mengatakan Eunjae tidak boleh seperti itu lagi. Meski dia tahu apa yang dirasakan Eunjae pada Dongsoo karena sikap baik Dongsoo. Namun Dongsoo memang baik ke semua orang. Meskipun Eunjae memiliki perasaan cinta yang tulus, Eunjae tetap harus mempertimbangkan kondisi Dongsoo sudah berkeluarga dan memiliki istri.
Eunjae yang disalahpahami berbalik mengatakan hal yang sama pada Muyeol, “Lalu, kenapa kau melakukannya? Aku suka pada Dongsoo, jangan sembarangan bicara. Kau pikir semua orang sepertimu? Aku ngga tahu ada apa kalian di masa lalu.” Muyeol mencoba memahami apa yang dikatakan Eunjae.
Eunjae melanjutkan, “Kau bilang dia teman baikmu. Kau dan Oh Sooyoung! Apa kau manusia, kau teman di depannya namun kau selingkuh di belakangnya. Kau pikir aku tidak tahu. Kau musuh dalam selimut!”
Aku rasa reaksi Muyeol lambat sekali. Dia marah setelah sekian detik Eunjae mengungkapkan tuduhan tentang perselingkuhannya dengan Sooyoung.
Muyeol yang terbakar api kemarahan karena tuduhan Eunjae melempar sesuatu ke arah Eunjae yang sigap menghindarinya. Lalu mereka berantem saling banting. Berkat teknik Judo yang dipelajarinya, Eunjae mampu mengimbangi perlawanan tenaga Muyeol yang kuat. Pertarungan berlangsung sengit, mereka saling cengkeram dan banting. Eunjae bahkan sempat mengunci tubuh dan lengan Muyeol tak bisa berkutik. Lengan Muyeol bisa saja patah bila Muyeol bersikeras melawannya.
Di sela-sela pertarungannya, Muyeol masih sering bertanya pernyataan Eunjae tentang dia dan Sooyoung yang berselingkuh, namun dia tidak mengatakan itu benar atau salah. Eunjae mengatakan dia tahu itu karena dia telah melihatnya sendiri.
Sementara Dongsoo dan Sooyoung terlihat berjalan bergandengan semakin mesra setelah mereka saling mengungkapkan isi hati. mereka tidak tahu apa yang terjadi di penginapan.
Muyeol yang tidak peduli akan lengannya yang kemungkinan akan patah bila melawan kuncian Eunjae, tetap melawan dan Eunjae-lah yang melemaskan kaitannya, sehingga dia terlihat pasrah saja saat Muyeol mencengkeramnya dan menyudutkannya di tiang rumah. Kondisi semakin genting, Muyeol mencekik Eunjae dengan lengannya.


Beruntung tidak berapa lama kemudian Dongsoo tiba dan menarik Muyeol memisahkan keduanya. Muyeol yang marah karena tuduhan Eunjae masih berusaha melawan dan memukul Eunjae, hingga setelah beberapa saat Muyeol baru mampu mengendalikan emosi dan melemaskan kekuatannya.
Dia mengatakan, “Ini semua karena kalian. Aku sudah disalahpahami karena kalian. Dia,” Muyeol menunjuk ke arah Eunjae yang masih kesakitan karena tercekik.
Muyeol : “Kalian tahu apa yang dikatakan si ‘brengsek’ itu?” Dia terlihat kesal dan berlalu.
Eunjae lalu menjelaskan sepertinya dia telah salah paham. Dia mengatakan sering melihat Muyeol dan Sooyoung di beberapa tempat bersama, salah satunya tempat karaoke lalu di villa. Menangkap kata villa, Sooyoung mengatakan dia memang ingin kesana karena ingin tahu apa yang dilakukan Dongsoo dengan vila. Dongsu mengatakan dia sedang ingin mencoba bisnis baru dengan seorang teman disana.
Oh, jadi jelas bahwa Muyeol selama ini sedang membantu kesenggangan antara kedua suami istri ini perihal kondisi ekonomi mereka yang semakin sulit karena Dongsoo yang tidak lagi berkarir dalam bisbol.
Muyeol mengemasi pakaian dan membawa kopernya pergi. Melihat itu Eunjae bangkit membereskan kopernya dan mengejar Muyeol.
Muyeol mengarah ke bandara, dia meminta penerbangan pertama ke korea. Eunjae yang tidak mengerti bahasa Jepang mengatakan apa yang diinginkannya sebagaimana yang dilakukan Muyeol. Dia mengatakannya dengan bahasa Inggris dan Jepang seadanya. 
Sepanjang jalan dia mencoba minta maaf namun tidak mampu terucap. Sehingga meski duduk bersebelahan, mereka hanya diam. Muyeol larut dengan emosinya. Eunjae larut dalam rasa bersalahnya.
Setelah tiba di bandara, Eunjae merasa bersalah dan mengakui kesalahannya, namun Muyeol tidak mau mendengarkan dan memecat Eunjae, dia menekankan bahwa dia tidak ingin melihat Eunjae lagi, dengan lemas Eunjae hanya bisa tertunduk.


Muyeol kembali ke rumahnya, si ahjumma menanyakan kepulangannya karena seharusnya dia pulang baru keesokan harinya. Muyeol menanyakan apakah dia terlihat seperti seorang yang brengsek. Ahjumma tidak menjawabnya.
Muyeol mengatakan dia lupa membelikan oleh-oleh jadi dia hanya memberikan batu pada ahjumma dan mengatakan ini hatiku. Dengan bercanda ahjumma mengatakan Muyeol benar brengsek. Muyeol berjanji lain kali dia akan memberikannya oleh-oleh. Si ahjumma mengantongi batu itu.
Di rumahnya, Dongah sedang bermain dan melatih anjingnya. Dia menyambut kepulangan Eunjae dengan gembira, namun setelah Eunjae mengatakan tidak membawa oleh-oleh apapun Dongah menjadi terdiam dan kesal. Dia tidak menyangka setelah perjalanan jauh ke Jepang Eunjae tidak membawa apapun. Sementara Eunjae masih menyalahkan dirinya yang bisa salah paham pada Muyeol dan Sooyoung. Apalagi setelah ayah dan Changho, adiknya pulang dengan gembira. Mereka akhirnya terlihat kecewa saat mendengar Eunjae tidak membawa apapun dari Jepang. Eunjae melihat tampang sedih keduanya melalui pantulan di jendela.


Di kantor mereka, Direktur Jang mengatakan mimpinya memiliki perusahaan dan kantor yang bagus dan semua berawal dari pekerjaan mereka mengawal Park Muyeol.
Eunjae mengatakan, “Direktur, bukan aku yang mengundurkan diri. Tapi aku telah dipecat.”
Tetap saja Direktur Jang tidak mendengarkan dan mengatakan tentang mimpinya membuka kantor cabang hingga ke manca negara dan Whitney Houston menjadi salah satu klien mereka.
Meski Eunjae berusaha menolak, Direktur Jang tetap menginginkan Eunjae memohon lagi pada Muyeol.
Sementara di kantornya, manajer Kim masih menjelaskan tentang kejadian di tempat karaoke dan banyak hal terutama adanya ancaman baru dari orang tak dikenal yang mengirimkan foto Muyeol dengan puisi dan banyak coretan, alasan Muyeol membutuhkan seorang bodyguard.
Muyeol mengatakan bodyguard ngga harus si ‘bodoh’. Manajer Kim pun mengatakan akan mencari seorang bodyguard yang baru. Dengan pandangan menyelidik Muyeol melihat ke arah manajer Kim yang mengiyakan permintaannya.
Seorang wanita, keluar dari kamarnya (apartemen) menghirup udara segar. Wanita itu memiliki tato di dekat lehernya. Dia menemukan sebuah amplop di lantai depan pintu. Amplop itu berisikan foto Muyeol dengan tusukan pada gambar mata dan tulisan di bagian belakangnya.


Terlihat sebuah panggung catwalk seperti akan diadakan peragaan busana. Beberapa model bersiap melakukan gladi resik penampilan mereka sebelum acara dimulai. Beberapa staf pun bersiap membereskan panggung untuk pertunjukan bebepara saat lagi.
Mobil Muyeol tiba dan keluarlah Direktur Jang yang kemudian membukakan pintu untuk Muyeol. Hahaha, ternyata masih mereka juga.


Di lift Muyeol dan Direktur Jang bertemu seorang kenalannya dan Eunjae yang bekerja sebagai pengawal kenalannya itu. Muyeol seolah tidak menyadari keberadaan Eunjae, dia terlihat akrab dengan kenalannya itu. Namun setelah kenalannya itu masuk lebih dulu ke kamar, dia mengumpat kesal karena kenalannya itu menggunakan kata-kata banmal (kurang sopan) pada Muyeol yang lebih tua. 


Pentas dimulai, berurutan model keluar menampilkan pakaian sporty yang dikenakannya. Termasuk kenalan Muyeol dan Muyeol sendiri.
Sementara itu, Direktur Jang dan Eunjae berjaga di sisi ruangan.
Muyeol hanya berjalan lurus, kaku, tanpa ekspresi, berjalan cepat dan tanpa bergaya langsung berbalik ke belakang panggung. Hahaha, lucu.
Pesta setelah pentas pun dimulai, seorang wanita misterius, cantik datang ke arah Muyeol, Muyeol terpana padanya, dia membisikkan sesuatu. Sementara itu, Direktur Jang dan Eunjae berjaga di kejauhan.


Wanita itu melintas di depan Eunjae, dia menelpon seseorang dan mengatakan, “Dia termakan umpan. Jam 12?” Sekilas Eunjae melihat tato pada leher si wanita. Berhubung backsound juga berganti, kita patut mencurigai ini.
Eunjae lalu mengantar kliennya hingga ke mobil, dia melihat Muyeol berjalan bergandengan dengan seorang wanita dan masih dikawal Direktur Jang.
Setelah kliennya berangkat, Eunjae meregangkan otot leher dan mendapatkan sms dari Direktur Jang yang memintanya menunggunya untuk pulang bersama. Eunjae kembali masuk ke hotel dan beristirahat di sofa.
Ngga lama kemudian, seorang pria duduk di bangku di seberangnya. Pria itu menghubungi seseorang di telponnya dan mengatakan, “Jam 12 kan?”


Eunjae memperhatikan pria itu, pria yang mengenakan pakaian aneh dengan jaket kulit ular dan memiliki tato besar memanjang di bagian kiri lehernya. Eunjae menjadi teringat dengan ucapan seorang wanita bertato sebelumnya yang juga mengucapkan hal yang sama, mengenai jam 12.
Pria yang tahu Eunjae melihat padanya mengedipkan matanya.
Eunjae lalu beranjak ke arah resepsionis, Direktur jang telah selesai dan dengan kode tangan dia mengatakan Muyeol sudah aman di kamar bersama seorang wanita.
Eunjae bertanya Direktur Jang memarkirkan mobil dimana, namun ternyata Direktur Jang tidak membawa mobil. Dia bermaksud pulang bersama Eunjae dengan bus. Meski kesal, Eunjae mengikuti Direktur Jang keluar dan pulang. Namun langkahnya terhenti dan dia kembali masuk ke dalam hotel.

Di kamar hotel, terlihat Muyeol yang baru selesai mandi dan wanita itu memberikan HP Muyeol yang sedari tadi bunyi. Dia lalu masuk ke kamar mandi.
Muyeol yang tahu telpon itu dari Eunjae, kesal dan mematikannya.
Eunjae sempat melihat si pria bertato yang baru saja menerima sms dan mengatakan, “Sekarang waktunya.” Si pria bertato bangkit dan Eunjae memercepat langkahnya, namun HP Muyeol tidak lagi aktif. Eunjae menekan tombol di lift dengan cepat dan berjalan ke arah resepsionis hotel. Dia sempat berpapasan dengan pria bertato itu.
Dia bertanya di resepsionis nomor kamar Muyeol namun awalnya resepsionis tidak berkenan memberikannya. Setelah rekannya menunjukkan foto Eunjae saat di karaoke itu, Eunjae lalu berlari menaiki tangga. Sementara pria bertato sudah naik lift, Eunjae mengejar waktu dengan menaiki anak tangga. Bayangkan 17 lantai!

Dengan santai, Muyeol sedang mengeringkan rambutnya, ngga tahu bahaya apa yang sedang mengancamnya.
Lalu, ada ketukan di pintu, Muyeol mengira itu dari cleaning service. Namun itu ternyata Eunjae yang langsung menerobos masuk dan membereskan pakaian Muyeol. Muyeol yang sempat menolak diajaknya segera keluar, ditarik di handuk yang masih dikenakan Muyeol, mau tidak mau Muyeol bergeser mengikuti Eunjae yang menariknya keluar kamar. Namun sayang, kalung Muyeol tertinggal.
Langkah mereka bahkan dipercepat ketika lift berbunyi pertanda seseorang akan keluar dan tiba di lantai itu, kemungkinan besar itu di pria bertato. Kasihan Muyeol harus berjalan mundur karena ditarik Eunjae.


Muyeol sempat kesal, namun Eunjae mengatakan, “Dia disini.” Muyeol melihat ke arah apa yang dilihat Eunjae. Si pria misterius keluar dari lift dan berjalan dengan santainya menuju kamar yang baru saja Muyeol tempati. Pria itu memasukkan kunci dan benar saja, pintu kamar pun terbuka.

Si pria masuk kamar dan melihat-lihat tidak ada seorang pun disana. Saat si wanita keluar kamar mandi dan memanggil, “Sayang.” Si pria mengejeknya dan menanyakan kemana perginya sasaran mereka, si wanita tersenyum sinis.

Sembunyi-sembunyi Eunjae mengawasi dan memberikan kode pada Muyeol saat kondisi dinilainya aman. Mereka di parkiran. Muyeol yang masih hanya mengenakan handuk berjalan terseret-seret ke arah mobilnya.
Di mobil, Eunjae menyindir Muyeol yang bisa tertipu dengan rayuan di pertemuan pertama. Dia menekankan bahwa dia sudah bukan bodyguardnya sehingga dia bisa mengatakan demikian. Muyeol yang kesal mendengar ucapan Eunjae, menepikan mobil dan memintanya keluar. Eunjae menilai Muyeol tidak tahu terimakasih dan mereka masih saja bertengkar, Muyeol mengatakan bila orang sedang marah hanya biarkan saja hingga marahnya reda.
Suara dering telpon mengintruksi mereka. Muyeol menyuruh Eunjae menjawab HP nya. Eunjae mengatakan, “Itu punyamu!”
Muyeol menunjukkan Hpnya dan mengatakan, “Ini punyaku.” Eunjae juga menunjukkan Hpnya. Keduanya baru tersadar dering HP itu bukan milik mereka. HP itu ada di jok belakang.

Di hotel, pria bertato masih menelpon HP dan bunyi itu sebagaimana HP yang ada di mobil Muyeol. Si wanita dengan tenangnya mengambil botol minuman di dalam kulkas dan meminumnya.
Eunjae mengambil HP itu dan menyuruh Muyeol menjawabnya. Muyeol menolak, “Bagaimana kalau mereka merekam suaraku.”
Akhirnya dering HP itu berhenti dengan sendirinya.
Pria bertato menyimpulkan bahwa HP itu dibawa mereka, memang benar namun bukan dibawa tapi terbawa. Si pria memberikan pakaian si wanita dan menyuruhnya mengenakannya. Dia juga mengatakan kemungkinan mereka telah dilaporkan ke polisi. Masih dengan sikap tenang, si wanita mengenakan pakaiannya dan dia menemukan..kalung itu. Sebuah untaian kalung dengan dua cincin terikat sebagai bandulnya.
Dia terlihat tersenyum, mengerikan.
Muyeol mencoba berbagai tombol kombinasi untuk membuka pasword HP si wanita misterius. Namun semuanya gagal.
Eunjae melarangnya menekan tombol sembarangan. Muyeol tetap mencobanya. Hingga akhirnya dia menyerah dan berpikir tentang orang yang mungkin memecahkan kode itu.
Eunjae memikirkan sesuatu.

Mereka menemui Dongah. Dongah mengenali Muyeol sebagai si menyebalkan, julukan oleh Eunjae.
Eunjae lalu mengenalkan Dongah pada Muyeol, “Dia teman sekolahku, pemilik tempat ini. Penulis. Kim Dongah.”
Muyeol memperhatikan Dongah dan bertanya, “Dia Kim Dongah? Seseorang yang kau katakan mirip Oh Sooyoung?” Hahaha, ingat ngga waktu pesta perayaan dimana Eunjae harus mengenakan gaun wanita setelah kalah dari Muyeol. Di pesta itu, Dongsoo datang bersama istrinya yang diduga Eunjae sering jalan bersama Muyeol. Eunjae beralasan pernah bertemu seseorang yang sangat mirip dengan istri Dongsoo. Dia menggunakan nama Dongah. 
Muyeol menambahkan, “Kau tidak bisa mengenali wajah orang? Apa kau bisa mengenali wajahku?”
Dongah yang tidak mengerti apa-apa bertanya pada Eunjae dan Eunjae mengatakan Muyeol hanya asal ngomong. Eunjae lalu bertanya mengenai kemampuan Dongah memecahkan kode misteri, setelah membaca Da Vinci Code. Dia lalu meminta Dongah memecahka kode di HP tadi.
Dongah berpikir lama memandangi HP itu. Kukira apa, ternyata dia tidak mengerti cara mengaktifkan layarnya. Hahaha.
Setelah itu muncul permintaan 4 kombinasi huruf atau angka, Dongah mengatakan, “Kode 4 digit dari angka 0 sampai 9. Harus menggunakan faktor pengulangan. Ini paling dasar dalam pengkodean.”
Dongah meminta alat tulis dan dia mulai menghitung. Eunjae membanggakan apa yang dikatakan Dongah.
Dongah lalu mengatakan, “10000 kemungkinan.” Dan dia berniat mencobanya satu persatu.
Mendengar hal itu, Muyeol pasrah, dia kesal pada Eunjae karena saat dia tadi mau mencobanya namun dilarang, sekarang Dongah mengatakan akan mencobanya 10000 kali.
By the way, emang ngga ada batas minimal kesalahan pengetikan password ya. 
Muyeol hendak keluar, Eunjae pun mengatakan agar Dongah menghubunginya bila sudah diperoleh kombinasi kodenya, Dongah lalu mengatakan, “Dapat.” Keduanya pun langsung kembali mendekati Dongah. Dongah mengatakan, “Kodenya 0000.”
Muyeol kesal, “Untuk apa dia pake password kalo angkanya itu.” Hahaha, suka-suka dia dong.
Muyeol berebut dengan Eunjae untuk melihat isi HP itu. Muyeol mendapat satu pukulan di dada karena teriakannya kemungkinan terdengar ayah dan adik Eunjae di lantai bawah.
Benar saja, adiknya menyadari ada suara pria di lantai atas. Namun ayahnya yang sedang melirik ke arah HP di depannya tidak mengindahkannya. Dia justru kuatir karena dua gadis yang dikenalnya, putrinya dan Dongah masih saja belum terlihat bersama dengan seorang pria.

HP itu berisi foto kedekatan wanita itu bersama pria. Bahkan ada videonya. Eunjae bahkan sempat menyindir, “Kau terpedaya oleh seorang yang profresional.”
Muyeol yang merasa tdak berkepentingan lagi disana, berpamitan namu tidak diindahkan keduanya. Dia kesal dan mengatakan, “Paling tidak kau melihatku sebentar.”
Eunjae lalu melihat Muyeol dan menanyakan, “Kau tidak lupa sesuatu?”
Muyeol memeriksa kantongnya dan merasa tidak melupakan apapun.
Eunjae mengatakan, “Aneh. Seharusnya ada ‘Terimakasih?’ atau ‘Kau sudah berjasa padaku?’”
Mendengar itu Muyeol berlalu. Eunjae mengatakan, “Anggap saja kita impas ya?” Dengan ogah, Muyeol mengiyakannya.
Dongah yang masih melihat ke HP mengatakan, “Sepertinya aku pernah melihatnya.” Eunjae membantahnya, hal itu tidak mungkin karena gaya hidup mereka berbeda. Dongah pun mengiyakan.
Saat Muyeol keluar, ayah Eunjae yang sedang menelpon seseorang, melihat Muyeol. Dia tahu ada seorang pria dari lantai atas yang baru saja turun. Dia menyangka Dongah diam-diam sudah berpacaran.

Keesokan paginya, Muyeol menyadari hilangnya kalung yang biasanya dikenakan. Dia mencari-cari dan menanyakan pada ahjumma namun tidak ditemukan. Dia teringat pada malam insiden di hotel dan menyadari kalungnya tidak terbawa saat dia diseret Eunjae.
Di kantor, Eunjae sedang melihat-lihat HP dan menghubungi nomor-nomor yang ada di HP. Tidak banyak, nomor yang paling akhir menelpon dihubungi namun tidak aktif. Nomor lain yang dihubungi, si penerima telpon marah dan mengatakan bahwa si wanita sudah berjanji tidak akan menghubungi jadi dia menyuruh jangan menghubunginya lagi lalu menutup telponnya. Eunjae yang kesal membuang HP itu ke tong sampah.
Sementara itu, Muyeol mencoba kembali mencari di hotel namun pelayan hotel mengatakan tak ada barang yang tertinggal, dia mengatakan kemungkinan barang itu sudah dibawa temannya yang semalam menginap juga disana. Muyeol lalu teringat Eunjae. Direktur Jang yang ditanyainya ngga tahu panggilan si ‘bodoh’ itu untuk Eunjae. Muyeol sendiri yang langsung menghubungi Eunjae.
Saat itu Eunjae sedang di deretan pertokoan. Dia berjalan tersenyum senang. Rupanya dia memegang sejumlah uang dan menciumnya.
Muyeol menghubunginya menanyakan dimana HP itu karena dia butuh nomor telpon yang menghubungkan dia dengan si wanita misterius.
Namun sayang, HP itu telah terjual dan saat Eunjae kembali ke toko tempat dia menjual HP itu, si penjual mengatakan HP itu baru saja telah diformat ulang. Wuahhh.


Eunjae beralasan karena HP itu sudah tidak ada yang punya, yang punya pun tidak peduli lagi, dia pun tidak bisa menemukan pemiliknya, sehingga apa harus dibuang, jadi dia menjualnya.
Muyeol marah karena Eunjae bertindak seenaknya tanpa bilang dulu pada Muyeol. Muyeol kesal dibuatnya.
Eunjae menanyakan harga kalung itu, dia menyodorkan uang hasil penjualan HP itu pada Muyeol untuk membeli kalung yang baru.
Muyeol dengan lemas mengatakan, “Ini bukan masalah uang. Itu sesuatu yang sangat berharga buatku. Kau tidak punya sesuatu yang seperti itu?”
Hmm, sesuatu yang lebih berharga dari sejumlah uang berapa pun jumlahnya. Tentu setiap orang memilikinya. 


Sementara di rumahnya, Eunjae membelanjakan uang hasil HP itu dnegan membeli banyak makanan. Mereka makan bersama, Eunjae, ayah, adik dan Dongah. Ayahnya sempat menyindir Dongah yang mulai nakal, maksudnya sudah berani membawa masuk seorang pria ke dalam kamarnya semalam.
Di tempat lain, Muyeol hadir di sebuah tempat pemberi penghargaan buat anak-anak berbakat (sepertinya). Dengan wajah lesu Muyeol hanya duduk terdiam ikut serta di sana. Dia memegang bagian lehernya dan merasa kehilangan sesuatu yang sangat berarti dalam hidupnya.

Episode 1 2 3 4 5 6 7

Related Posts by Categories

0 komentar: