Tree With Deep Roots Episode 5

Posted: Minggu, 15 Januari 2012 by khyunkhyun in Label:
0

 
Mu-hyul tak senang karena Raja Sejong setuju untuk menuangkan Chae-yoon segelas minuman jika ia berhasil dalam menyelidiki pembunuhan ini, atau fakta bahwa Chae-yoon diangkat sebagai penyelidik dari pembunuhan itu. Sejing bersikeras untuk melakukan ini, dan Mu-hyul tak punya pilihan lain selain membiarkannya, tapi kemudian Mu-hyul melihat bekas luka di lengan Chae-yoon. Chae-yoon mungkin telah menutupi bekas luka itu, tapi Mu-hyul dapat mengenali hasil dari kerjanya. Chae-yoon tahu kalau ia dicurigai, segera pergi dengan diam.
 
Hmmm… seperti biasa, drama Korea seserius apapun kalo ga ada lucu-lucuannya bukanlah drama Korea, jadi kita dapatkan itu sekarang. Raja telah memutuskan kalau Chae-yoon membutuhkan bantuan dalam penyelidikannya dan menyuruh Mu-hyul untuk memberitahukan pada Kapten penjaga Istana untuk mengutus dua orang menjadi pembantu dari Chae-yoon. Salah seorang dari mereka ternyata adalah rekan Chae-yoon di pos perbatasan Utara, Cho Tak, dan seorang yang lain adalah penjaga yang ditemui oleh Chae-yoon saat di perpustakaan, Park Po. Ternyata Park Po dan Cho Tak saling mengenal dan juga saling bermusuhan … maisng-masing tidak mau kalah … Chae-yoon terpaksa melerai mereka.
Ketika Chae-yoon berkeliling dengan Cho-tak pada petang harinya, Chae-yoon ditanyai mengenai pria yang ia ingin bunuh. Kelihatannya Chae-yoon tidak menyembunyikan keinginannya ini, tapi tak mengatakan siapa orangnya. Cho-tak sangat penasaran dan ingin tahu, apakah orang itu seorang pejabat? Chae-yoon menghindari pertanyaan itu, hanya mengatakan kalau kesempatan akan datang pada mereka yang saber menunggu. Kemudian mereka berdua mellihat seorang pelajar mencoba untuk masuk ke Jiphyunjeon yang ditutup, dan memperkenalkan dirinya sebagai Yoon-pil.  Dia mencoba berbicara dengan manis dan membujuk supaya diijinkan masuk dengan mengatakan bahwa ia ketinggalan suatu barang di dalam, tapi Chae-yoon tidak mempercayainya dan menyuruh Yoon-pil untuk pergi.
 
Pangeran Gwangpyeon, anak kelima dari Raja Sejong, pergi menemui dua orang kepercayaan ayahnya, Mu-hyul dan Pejabat Jung In Ji, dan memberitahu mereka untuk pergi menemui ayahnya di taman. Bau pupuk menggantung di udara ketika mereka menemukan kursi Sejong kosong, bertanya pada tukang kebun terdekat mengenai keberadaan Raja mereka, tapi ternyata tukang kebun itu adalah Sejong sendiri, berpakaian seperti tukang kebun dan melakukan pekerjaan sama seperti tukang kebun yang lain. Mu-hyul dan Jung In Ji sangat terkejut …
Mu-hyul kemudian tersenyum simpul ketika melihat Sejong terlihat kesal, mungkin karena ia selalu melemparkan pupuk ke sekelilingnya setiap kali ia ingin menekankan kata-katanya. Jika ia tak melakukan pekerjaan semacam ini, Sejong bertanya, siapa yang akan melakukannya? Pasti bukan para pejabat yang ia tunjuk untuk bertanggungjawab melakukan riset pertanian. Dan ini merupakan sisi sejarah yang asli, karena Sejong memang membuat sebuah buku manual mengenai pertanian di Joseon. Dan sementara ia benar-benar merasa kesal karena urusan itu, Sejok tak bisa marah pada Mu-hyul karena tertawa, meskipun ia mencoba melakukannya … ahahahah …
 
Sejong sangat tertarik pada seorang pria yang mengatakan kata “anjing”, tapi kelihatannya ia lebih tertarik pada suara aslinya. Pria tersebut berlutut di hadapan Raja dan menggonggong pada Raja, mungkin memang terlihat aneh ya … tapi tampaknya ini cara Sejong untuk mengumpulkan informasi sebagai bagian risetnya untuk menciptakan alfabet Hangul di masa depan. Mu-hyul juga mencoba untuk memikirkan bagaimana sebenarnya suara anjing itu …
Sejong kemudian bertanya pada seorang dayang muda mengenai apa yang ia pikir tentang suara anjing yang sesungguhnya. Melihat suasana hati dan juga tampang dari Raja yang ramah, dayang muda itu dengan bersemangatnya menjawab bahwa ia pikir suara anjing itu seperti “wang” (kata untuk “Raja”). Sejong segera saja berubah menjadi serius dan bertanya lagi padanya apakah ia pikir bahwa semua anjing di Joseong bersuara seperti “wang” dan mengatakan bahwa ini sama saja dengan menghina diri Raja. Dayang itu terkejut dan ketakutan, ia segera menjatuhkan dirinya ke tanah memohon ampun dengan menangis hampir seperti histeris … sementara Sejong tersenyum simpul. “”Bagaimana bisa kau selalu saja gampang tertipu setiap waktu?” tanya Sejong. Dayang itu mengangkat wajahnya dan terkejut …. asli usilan nih Raja … suka menggoda dayangnya dan aku yakin kalau ini bukan untuk yang pertama kalinya ia melakukan hal seperti ini ….
 
Tim penyelidik yang terdiri dari Chae-yoon dan rekan-rekannya pergi ke Ban Chon atas usulan atasan mereka untuk meneliti mayat Heo Dahm. Normalnya mayat ditempatkan di Biro Penyelidikan Istana, tapi karena ini tidak melalui jalur resmi, maka ditempatkan di tempat terbaik yang bisa mereka dapatkan, yakni di toko penjagal hewan di Ban Chon. Dan sungguh kebetulan sekali si penjagal hewan itu juga seorang koroner.
Mereka berpapasan dengan seorang wanita yang sudah kita kenal sebelumnya, yakni Nyonya pemimpin Ban Chon, wanita yang memasukkan Ddol-bok ke desa beberapa tahun yang lalu dan terbukti seorang pemimpin yang tangguh, Chae-yoon menutupi wajahnya dengan topi ketika ia mengenali wanita itu.
Sementara itu, Raja juga meminta untuk bertemu dengan penjagal hewan itu sendiri. Ini tak pernah terdengar bukan hanya pria itu adalah budah di Ban Chon, tapi ia juga seorang penjagal hewan, yang merupakan profesi terendah dalam status sosial di masyarakat pada waktu itu. Mengapa mereka tak bisa meninggalkan kasus ini pada Chae-yoon? Tapi Sejong mengejutkan mereka semua, dia tak menaruh kepercayaan sama sekali pada Chae-yoon, yang mana ia gunakan sebagai umpan untuk memancing musuh.
 
Waktunya untuk memeriksa mayat Heo Dahm di toko si penjagal hewan, dan si penjagal merangkap koroner, Ga Ri-on, menjelaskan bahwa itu bukanlah senjata, pisau, atau racun yang membunuhnta. Di tubuhnya terlihat tanda kehabisan napas, yang sangat mengerikan dari semuanya itu karena tidak ditemukan adanya tanda-tanda perlawanan. Jika ia kehabisan napas karena makanan, maka pasti ada tanda bekas tangannya di leher, karena secara insting seorang manusia pasti melakukan itu. Heo Dahm tak ada tanda sama sekali kecuali bercak-bercak biru di kulitnya sebagai tanda kehabisan napas, dan mata Chae-yoon terbelalak karena ia menyadari sesuatu …
Satu-satunya hal yang ganjil adalah fakta bahwa pakaian mayat itu basah, dan koroner memeriksa apakah beracun, tapi itu hanyalah air biasa.
Chae-yoon tampak gelisah dan bersuara dalam hatinya bahwa ini adalah salah satu bentuk seni bela diri, dan kelihatannya ini dikenal oleh Chae-yoon. Ketika ia sendirian, Chae-yoon bergumam bahwa Gurunya tahu metode ini. Tapi kenapa sampai metode ini digunakan untuk membunuh Heo Dahm? Penasaran dan sangat penasaran …
 
Chae -yoon teringat beberapa tahun lalu saat ia masih di perbatasan Utara, ketika ia dari seorang remaja yang penakut menjadi seorang pria yang keras seperti sekarang. Dia bertempur dari satu peperangan ke peperangan lain bertahun-tahun lamanya dan dalam kondisi yang tak mengenakkan, kadang-kadang berkubang lumpur, medan penuh darah, dan ketika suatu kali ia kelihatannya dikepung oleh jumlah musuh yang jauh lebih banyak, seorang tua dengan tenangnya berjalan mendekati tempat itu. Chae-yoon memberitahu si orangtua untuk pergi dan menyelamatkan dirinya sendiri, tapi orang tua itu ternyata seorang ahli bela diri yang tangguh dan hanya dengan menggunakan satu tendangan untuk setiap orang, ia melumpuhkan mereka semua seorang diri.
 
Chae-yoon terbelalak kagum dengan keahlian si orang tua, ia segera meminta si orang tua untuk mengajarinya semua yang ia lihat barusan, karena ia memiliki dendam pada seseorang. Si orangtua bertanya, “Apakah karena itu kau tidak bisa tidur nyenyak di malam hari?”. Sepertinya keduanya saling mengenal meskipun tak dekat dan si orangtua itu tahu penderitaan mendalam dalam diri Chae-yoon.
Permohonan Chae-yoon ditolak dan si orangtua bahkan tak menganggapnya sama sekali. Jika si orangtua itu tak mau mengajarinya maka lebih baik si orangtua membunuhnya saja, karena sebenarnya ia berniat untuk mati dalam pertempuran sebelumhya, jadi secara teknis si orangtua merusak rencananya.
Chae-yoon: “Kenapa aku tak bisa tidur? Itu tak berarti aku tidak tidur. Itu karena aku tak dapat melakukannya. Ketika aku menutup mataku, setiap kali aku menutup mataku … ayahku .. ” (Ia tersedak menahan tangis)  “Jika aku tidur aku mungkin dapat melupakan semuanya. Aku bisa-bisa melupakan semua itu. Jadi aku terus mengingatkan diriku untuk membunuh orang itu saja. Ya, aku hidup sampai sekarang seperti itu. Itulah bagaimana … itulah bagaimana aku bisa bertahan untuk tetap melanjutkan hidupku!”
Chae-yoon terbukti memang tahu siapa pria itu, dan menyebut namanya: Lee Bang-ji. Ketika melihat kalau Lee Bang-ji tak ingin membunuhnya, Chae-yoon berusaha untuk bertarung dengan Lee tapi tak berhasil. Bang-ji mengatakan kalau ia tak mau melawan orang yang bukan seorang petarung, tapi Chae-yoon orang yang keras kepala dan seperti yang sudah kita tahu, juga pantang menyerah. Dia mungkin saja bukan seorang petarung, tapi dia bisa mati seperti seorang petarung.
 
Di bagian ujung Istana, Mu-hyul melepaskan rasa frustasinya dengan berlatih bela diri. Rekannya, Jung In-ji berujar bahwa Mu-hyul memang benar-benar adalah seorang ahli pedang terhebat dari Joseon … hanya saja Mu-hyul tidak setuju, karena ia dulu pernah dikalahkan oleh seseorang 20 tahun yang lalu. Mu-hyul teringat saat itu ia dikalahkan oleh seorang pria, bernama Lee Bang-ji. Dia meminta Bang-ji untuk membunuhnya, tapi Bang-ji pergi dan menumbangkan harapan semua orang, lagi-lagi, dan meninggalkan Mu-hyul dengan perasaan malu. Dan begitulah asal mula  luka di alis yang didapat oleh Mu-hyul.
 
Ga Ri-on, datang ke Istana untuk mengantarkan daging, tapi digiring pergi untuk melakukan pertemuan rahasia dengan Raja. Mereka berdua dipisahkan oleh kain tipis, tapi Ga Ri-on menatap dengan pandangan bertanya-tanya pada siluet pria yang berbicara dengannya. Sejong bertanya apakah Ri-on yakin bahwa kematian Heo
Dahm adalah karena dibunuh, Ri-on mengiyakan, dan apakah ia sudah memberitahu orang lain? Ga Ri-on mengatakan tidak, tapi metode kematian itu adalah sebuah teknik membunuh yang disebut Geoniksagong.
 
Ga Ri-on mencoba menjelaskan metode itu pada Raja …
Dalam ingatannya, Chae-yoon sedang menyempurnakan teknik membunuh itu …
Kejadian malam pembunuhan, seorang pembunuh gelap sedang melakukannya pada Heo Dahm yang tidak menyangka …
Kelihatannya Lee Bang-ji menjadikan Chae-yoon menjadi muridnya, mungkin digerakkan oleh semangatnya yang tak kenal menyerah. Dia sedang mengajarkan metode membunuh dengan cara “menenggelamkan” pada Chae-yoon.
Pembunuh gelap itu mengambil sebuah pipa bambu kecil dan meniupkan air dalam kecepatan tinggi ke dalam saluran pernapasan dari korbannya dari jarak dekat. Selama ia tak membiarkan korbannya menundukkan kepala untuk mengeluarkan air itu, orang itu akan mati karena paru-parunya akan dipenuhi dengan air. Inilah yang terjadi persisnya pada Heo Dahm.
Dalam percakapan dengan Ga Ri-on, ada yang menarik, ketika Ga Ri-on memohon pada Raja untuk menyelamatkan hidupnya. Ketika Raja bertanya mengapa, Ga Ri-on menjawab bahwa ketika ia masih kecil, ayahnya mati dengan tubuh penuh anak panah dan itu sungguh sulit untuk ia tanggung. Hmmm … koq sepertinya aku tahu ya … mungkin Ga Ri-on ini anak dari bawahan setia Jung Do-gwang yang meskipun tubuhnya terpanah masih berusaha memberitahu Jung Ki-joon mengenai kematian sang ayah juga wasiat Do-gwang, dan kemudian mati di pelukan anaknya … mungkinkah si anak itu adalah Ga Ri-on?
 
Seorang pejabat pergi untuk meyakinkan atasan Chae-yoon bahwa semua laporan penyelidikan selanjutnya harus melalui dirinya.
Sementara itu pada saat yang bersamaan, para pelajar sedang mengadakan pertemuan. Pelajar Park Paeng-nyeon menegur Pelajar Sung Sam-moon karena terlambat lagi ke pertemuan. Sam-moon hanya menjawab bahwa ia selalu terlambat, jadi mengapa Paeng-nyeon selalu menunggunya, huh? hehhehhehe lucu banget …
Pada pertemuan itu yang ternyata berubah serius ketika para pelajar mendiskusikan mengenai rumor yang beredar di Istana, bahwa Sarjana Heo Dahm dibunuh seseorang. Dan ini sangat menggemparkan mereka.
Tunggu … di manakah Sarjana Yoon-pil? Uh .. oh …
 
Pada saat yang sama, nama dari sarjana Yoon-pil dibakar oleh Nyonya pemimpin Ban Chon. Dia bersama seorang pria yang membawa sebuah kipas tapi wajahnya tersembunyi. Dialah orang yang kelihatannya memberikan perintah, yang meminta untuk melakukan pembunuhan secara gelap atas Yoon-pil … yang seharusnya terjadi malam ini. Jelaslah sekarang bahwa si Nyonya ini masih menjalankan semua pekerjaan kotor secara rahasia yang harus dilakukan, tapi sekarang orang di balik layar sudah memunculkan dirinya … sungguh menarik …
 
Pejabat Jung In-ji bergegas untuk memberitahu Raja kalau Sarjana Yoon-pil menghilang, tapi dihentikan oleh seorang dayang di luar kamar yang menjaga pintu. Dia tak diijinkan untuk masuk dalam keadaan apapun, tapi In-ji dapat mendengar apa yang terjadi di dalam … dan (ehm .. menelan ludah nih …) terdengar suara erangan dari seorang dayang dengan Sejong menyemangatinya …. Entah apa yang terjadi di dalam :P … Tapi menjadi lebih ganjil ketika Pangeran Gwangpyeon lah yang menjawab panggilan In-ji dari luar kamar, tapi ia segera ditarik minggir oleh Sejong yang melangkah keluar kamar ketika mendengar berita buruk dari In-ji.
 
Chae-yoon kembali ke TKP pembunuhan Heo Dahm untuk terakhir kalinya sebelum Jiphyunjeon dibuka lagi untuk para penlajar keesokan harinya. Seseorang telah mendahuluinya dan bersembunyi di bahwa meja Heo Dahm, dan orang itu tidak lain tidak bukan adalah si Sarjana yang dianggap menghilang, Yoon-pil, yang berhasil menemukan sebuah pesan rahasia. Chae-yoon dan Cho-tak tahu seseorang ada di perpustakaan itu dan Yoon-pil segera bergegas lari sekuat tenaga dengan dikuntit oleh Chae-yoon dan Cho-tak.
 
Yoon-pil terlihat seperti berlari untuk menyelamatkan nyawanya, dan mencoba untuk menghancurkan bukti apa yang telah ia temukan dengan melemparkan kertas di tangannya pada sebuah perapian. Chae-yoon segera melompat tinggi, meninggalkan jejak dalam di debu di tempat ia bertumpu, dan berhasil menyelamatkan kertas itu sehingga tidak sampai terbakar menjadi abu. Pada saat yang bersamaan, Cho-tak memukul pingsan si Yoon-pil
Cho-tak mengenali bahwa orang yang mereka kejar ternyata adalah sarjana yang mereka sangka hilang, Yoon-pil, dan bercakap-sakap sedikit mengenai teknik lompatan dari Chae-yoon tadi, itu adalah teknik bela diri yang Chae-yoon tidak ingin ada orang Istana yang tahu. Tapi ketika mereka berdua masih bingung dan memikirkan apa yang akan mereka lakukan pada si Sarjana Yoon-pil, mereka mendengar suara burung hantu.
 
Seorang pria bertopeng muncul dan, menggunakan teknik lompatan yang sama, yang sebelumnya digunakan oleh Chae-yoon, untuk pergi dengan tubuh Yoon-pil. Chae-yoon hanya bisa tertegun dan terbelalak melihatnya …
Reaksi Sejong seperti yang sudah bisa diduga, antara campuran murka dan tidak percaya. Jadi  ada seorang penyusup di Jiphyunjeon, tapi si penyusup itu adalah sarjana yang diduga hilang, tapi sarjana itu ditangkap oleh Chae-yoon, dan kemudian sarjana itu diculik oleh penyusup lain? Apakah ia mengulanginya dengan tepat? Mu-hyul mengiyakannya, jika Raja percaya dengan semua yang dikatakan oleh Chae-yoon. Mu-hyul tidak memberikan alasan mengapa Sejong tidak usah mempercayainya hanya mempertimbangkan bahwa urusan yang lebih mendesak adalah apakah Chae-yoon bisa dipercaya, menjadi diskusi mereka yang berikutnya.
Raja bertanya pendapat pada dayang di dekatnya, yang bukan lain adalah So yi, yang tidak menjawabnya dengan lisan, tapi sebaliknya menulis di atas kertas. Dan apapun itu ternyata sama persis dengan yang dipikirkan oleh Sejong, dan Sejong memberitahu So-yi untuk pergi ke kantor percetakan, yang mana itulah yang pertama ia pikirkan saat mendengar mengenai menghilangnya Yoon-pil.
 
So-yi berhasil melewati para penjaga Istana dengan maksud memasuka Kantor Percetakan. Entah apa yang sedang dicarinya tapi ia berusaha menemukannya di antara balok-balok huruf dan kelihatannya tak berhasil. Usahanya itu terganggu ketika suara pria dari luar bertanya: “Siapa di sana?”
Istana dalam keadaan waspada penuh dikarenakan peristiwa penculikan Yoon-pil oleh pria berkedok muka, dan Chae-yoon dan Cho tak telah melacaknya  hanya berdasarkan pengetahuan bahwa pria berkedok itu menggunakan teknik lompatan bela diri yang akan membuat seorang melayang sejauh 20 langkah sebelum ia harus mendarat untuk melompat lagi. Inilah bagaimana mereka dipergoki oleh atasan mereka tidak jauh dari Kantor Percetakan, tapi Cho-tak mengatakan kalau ia membaui sesuatu yang ganjil, dan Chae-yoon mengkonfirmasi itu: itu adalah bau belerang!
 
Tiba-tiba Kantor Percetakan meledak dan terbakar hebat. Terjadi kekacauan besar dan semua penjaga dan dayang berusaha untuk memadamkan kebakaran itu, tapi api sudah menjadi besar sehingga tak dapat dikendalikan lagi. Chae-yoon menemukan seorang penjaga Istana telah terbunuh dengan leher digorok, dan hampir merinding ketika ia menyadari bahwa si pembunuh gelap pasti sedang berada di dalam Kantor.
Hanya ada keputusan bulat dalam pandangan mata Chae-yoon ketika ia mengguyur tubuhnya dengan air dan kemudian menaruh tikar jerami di atas kepalanya sebagai penutup sebelum kemudian ia berlari masuk ke dalam bangunan yang terbakar.
 
Mu-hyul sampai di tempat kebakaran, mencoba untuk memahami apa sebenarnya yang sedang terjadi sementara Chae-yoon muncul dari bangunan yang terbakar tersebut dengan membawa seseorang di bahunya. Itu So-yi, yang masih sadar tapi tampak tak terfokus. Chae-yoon tidak menyelamatkannya dengan tujuan yang mulia, karena ia dengan segera meraih kerah lehernya dan mendorong semua orang yang mau mendekat dengan sekuat tenaga.
Chae-yoon menggoncang So-yi, berteriak: “Siapa itu? Siapa dia? Beritahu padaku! Siapa dia?”
 
Suara dan pertanyaan ini sangat akrab di telinga Mu-hyul, yang teringat kalau ia pernah mendengar seorang budak kecil bertanya pertanyaan itu dengan cara yang sama.
Dan kemudian ia menyadarinya: Itu Ddol-bok. Chae-yoon adalah Ddol-bok!
Uh .. oh …


Episode 5 4 3 2 1 part 2 1

Related Posts by Categories

0 komentar: