Tree With Deep Roots Episode 4
Posted: Minggu, 15 Januari 2012 by khyunkhyun in Label: Tree With Deep Roots
0
Semua orang entah berlari, memacu kuda, atau terpincang-pincang menuju tujuan mereka yang bermacam-macam tapi juga saling bersilangan jalan. Sementara itu Mu-hyul, berhenti sejenak di hutan setelah ia merasakan sesuatu yang aneh. Dia segera berbalik dengan pedang yang terhunus tepat saat Ddol-bok mencoba untuk menusuknya, dan tenaganya yang terlalu kuat membuat senjata Ddol-bok patah separuh juga membuat Ddol-bok terpelanting jauh. Ddol-bok juga menderita luka sabet di lengannya cukup parah.
Mu-hyul mengenali Ddol-bok dan hanya menasihatinya untuk lari atau mati sebelum ia pergi melakukan misinya untuk menyelamatkan Jung Do-gwang.
Jung Do-gwang terpanah, dan lukanya cukup parah, oleh pasukan kerajaan yang sedang bergerak maju. Do-gwang memberikan kantung sulaman milik Ddol-bok, yang sebelumnya berhasil direbut, kepada bawahannya.
Do Gwang memberinya tugas kalau ia HARUS, meskipun itu nantinya berarti mengorbankan hidupnya, menyampaikan benda ini pada anak Do-gwang, Jung Ki-joon, dan memberitahu Ki-joon mengenai Gulungan Mil Bun. Kantung itu adalah satu-satunya tali penghubung mereka pada pencuri kuda mereka (Ddol-bok), yang tak sadar memiliki Gulungan Mil Bun itu. Pria itu tak berhasil melarikan diri cukup jauh karena ia juga terpanah, tapi ini tak membuatnya berhenti dan meneruskan langkahnya untuk pulang ke rumah Do-gwang, menyampaikan pesan yang ia janjikan pada Do-gwang kalau akan ia sampaikan pada Ki-joon.
Jung Ki-joon, akhirnya! Dan masih mengenakan pakaian yang sama saat ia masih kecil, jadi lebih mudah untuk mengenalinya. Pria tadi berhasil pulang dan menemui Ki-joon, dan hanya dapat memberitahu kalau Do-gwang telah mati, kemudian memberikan kantung Ddol-bok padanya dan mengatakan padanya kalau anak yang memiliki kantung inilah yang mendapatkan Gulungan Mil Bun. Pria itu kemudian mati dalam pelukan anak bungsunya.
Sementara itu, Ddol-bok yang sekarang lebih tenang juga menunjukkan semacam sifat yang seharusnya tidak dimiliki oleh anak seusianya, tapi mempertimbangkan bagaimana ia bertumbuh sebagai seorang budak pelayan, mungkin semua kematian dan juga orang yang sekarat bukanlah hal yang baru baginya. Dia dengan berani mengintai dari jauh pada pasukan kerajaan yang sedang mengangkut di atas kereta: tubuh Jung Do-gwang yang terpanah di sana sini, dan menunjukkan rasa penasaran, berpikir pada dirinya sendiri kalau itu bukanlah mayat orang yang memiliki surat wasiat ayahnya. Itu hanya mayat orang lain yang juga terpanah tak jauh dari sini.
Ketika Ddol-bok akan naik ke kudanya, kantung Do-gwang jatuh ke tanah, dan Ddol-bok tak sengaja melihat Gulungan Mil Bun itu, tapi tak berarti apapun baginya karena ia tak dapat membaca.
Ddol-bok akhirnya menemukan kuburan massal dari budak pelayan dan juga para pekerja di kediaman Shim Oewn. Ddol-bok kemudian segera memeriksa satu demi satu mayat itu, membalik dan melihat wajah mereka. Dia sedang mencari untuk (tidak) menemukan Dam sampai akhirnya ia melihat tempat gincu hadiah darinya pada Dam, ditemukan di dalam baju sesosok mayat yang sudah menjadi tengkorak. Ddol-bok menjadi remuk redam hatinya, menangis demikian sedihnya dan mencengkeram erat tempat gincu itu di tangannya, berpikir bahwa Dam sekarang sudah mati, dan itu adalah kesalahan dari Raja.
Ini sungguh pemandangan yang mengerikan sekaligus memilukan hati bukan hanya karena tangisannya yang sungguh menyedihkan hati, tapi juga perlu diingat bahwa ia masih begitu muda tapi sudah mengalami begitu banyak peristiwa seorang diri tanpa ada yang menemaninya.
Ddol-bok berdiri sendirian di atas sebuah tebing mengawasi kota kelahirannya, memegang tempat gincu itu erat-erat. Ia bersumpah kalau ia pasti akan kembali, dan kemudian ia menaiki kuda (curian) nya dan memacunya pergi.
Beberapa tahun telah berlalu, dan sekarang kita berada di sebuah pos pertahana militer di wilayah perbatasan di utara Joseon. Para pria di dalam sedang membicarakan, tidak lain tidak bukan daripada Ddol-bok, yang mereka pikir mungkin sudah lari karena kehidupan yang sulit di sini. Mereka terpaksa menelan kata-kata mereka ketika sebuah kepala berguling ke dalam ruangan, dan itu dibawa oleh Ddol-bok, yang sekarang sudah sedikit bertumbuh. Ddol-bok mengatakan kalau mereka telah berjanji bahwa ia bisa menjadi anggota pasukan jika ia membawakan mereka sebuah kepala, jadi bagaimana sekarang?
Sementara itu di Istana, Mantan Raja Taejong sedang sekarat. Lee Do telah datang untuk menemani Taejong pada saat-saat terakhirnya, dan Taejong bertanya pada anaknya apakah ia masih berencana untuk melanjutkan idenya mengenai Joseon. Tidak membunuh orang, menggunakan kata-kata daripada pedang, menunjukkan kesabaran, semua hal yang dianggap oleh Taejong suatu kebodohan. Satu hari nanti Lee Do akan berlutut di hadapan makamnya dan mengakui kalau dirinya adalah seorang yang bodoh, ujar Taejong.
Lee Do mencondongkan tubuhnya ke atas ayahnya dan memberitahu kalau itu tak akan terjadi. Raja Joseon tak punya waktu senggang semacam itu. Ho … Ho … Ho … puas hatiku …. Taejong memberitahu Lee Do bahwa ia memang harus mewujudkan cita-cita besarnya, sehingga dengan demikian, menempatkan Lee Do di atas tahta akan menjadi pencapaian diri Taejong yang terbesar.
Taejong tersenyum, dan akhirnya Taejong wafat. Istana segera dipenuhi dengan teriakan duka dan tangisan sementara Lee Do hanya bisa berjalan dengan lunglai.
Saat yang bersamaan, ketika Lee Do matanya berkaca-kaca karena sekarang ia bisa melihat sebuah dunia yang bebas dari bayangan ayahnya, Ddol-bok sedang akan memasuki pertempuran yang sengit, dan dalam hatinya ia memikirkan ayahnya, dan juga pada Dam, dan bersumpah bahwa ia akan membuat Raja membayar atas semuanya ini.
Ketika Lee Do menatap pada kolam, tak mendengar apapun kecuali gemericik suara air, seekor kupu-kupu terbang di samping bayangannya di kolam kemudian naik ke atas dan bertumbuh menjadi seekor kupu-kupu yang lebih dewasa …
Beberapa tahun berlalu dan sekarang kita menatap apda Lee Do yang jauh lebih tua. Mulai sekarang aku akan menyebutnya Raja Sejong, bukan Lee Do lagi karena ia sudah lebih bijaksana dan lebih hebat daripada pendahulunya.
Sejong diberitahu oleh seorang dari rombongan kerajaan bahwa ada upacara yang harus ia hadiri, dan Sejong mengumpat atas ini. Mengapa Raja harus menghadiri begitu banyak upacara sial? Hahahaha … Sejong kemudian diberitahu untuk mengucapkan kata-kata yang halus dan dijawab kalau dia sudahmengucapkan kata-kata yang cukup halus …
Pertemuan kerajaan yang ditolak untuk dibatalkan atau dimajukan sedang disiapkan oleh para pejabat kerajaan, dan Jo Mal-saeng ada di antara mereka. Dia menyesali bahwa mereka telah medapatkan pelajaran ini sebanyak 1800 kali, dan untuk itu, mengapa Sejong tidak membaca bukunya saja seperti yang ia katakan sebelumnya? Sedikit lucu bahwa para pejabat berusaha terlihat bersemangat untuk bertempur dengan para sarjana, dan kelihatannya ini sudah sering terjadi. Logika dari para sarjana secara normal melebihi mereka, jadi sepertinya para pejabat sedang menyiapkan para pejuang terhebat mereka untuk melakukan pertempuran ini.
Sementara itu Mu-hyul hanya sedikit memutih di janggutnya, tapi yang lain masih tetap sama. Dan Sejong ingin tahu apa sih yang dimakan oleh pria ini, karena kelihatannya semuanya berjalan dengan baik untuknya. Kemudian sejong bertanya apakah ada berita dari jenderal di utara, tapi menemukan kalau ternyata seseorang telah menyampaikan surat itu.
Agenda hari ini: sebuah aturan yang melarang rakyat untuk mengajukan laporan mengenai pejabat yang berkelakuan buruk, yang disahkan oleh Taejong semasa pemerintahannya. Sejong bukanlah ayahnya dan juga bukan seorang tipe Raja yang kaku, dia bahkan duduk di hadapan Jo Mal-saeng sementara mereka berdebat, seperti mereka sedang mendiskusikan hal-hal sepele bukannya hal yang penting. Mal-saeng percaya kalau aturan dan hukum bisa ditegakkan ketika rakyat tidak mengajukan komplain terhadap para penjabat mereka meskipun pejabat itu berbuat salah. Itulah yang selama ini terjadi sampai hari ini.
Pendapat Mal-saeng tampaknya memang memiliki ada benarnya mengenai aturan dan hukum. Tapi Raja membutuhkan 2 pertanyaannya dijawab. Satu dari sarjana muda, Sung Sam-moon, merasa gatal di tempat duduknya ingin membetulkan perkataan Raja bahwa seharusnya ada 3 pertanyaan … Dua pertanyaan itu adalah: (1) Siapa yang akan mengendalikan Gubernur lokal jika pengaduan dilarang? (2) Dan bagaimana para pejabat akan mendengarkan suara dari rakyat dengan cara seperti itu?
Tak seperti apa yang Sung Sam-moon percayai, Raja tak pernah melupakan pertanyaan yang ketiga. Dia menunggu sampai Sung Sam-moon menyerukannya dengan lantang, dan karenanya semua orang mencoba untuk membuatnya diam, sebelum kemudian mengatakan bahwa inilah kebenarannya. Jika para penjabat mencoba untuk melarang rakyat menyatakan pendapat mereka, bagaimana ia, sebagai Raja, dapat mendengar suara rakyat? Ahhhh … Sejong ternyata masih tak melupakan Lee Do muda di dalam dirinya dalam dedikasinya pada rakyat.
Sejong bertemu dengan Mu-hyul, yang memberitahunya mengenai berita terbaru yang ia ketahui ketika Sejong sedang mengikuti pertemuan Istana. Yakni bahwa Jenderal King Jong-suh dari Utara mengirimkan sebuah surat mengenai seorang pejabat militer, Goh In-sul, yang mati. Raja tahu kalau itu adalah sebuah pembunuhan, dan itu semua karena “benda” itu, Gulungan Biba. Benda itu aman, tapi ini adalah berita yang sangat buruk karena kelihatannya seseorang sudah mengetahui rencana Sejong.
Daaaaaaannn … mungkin ada yang sudah bisa menebak, bahwa pembawa pesan itu tak lain tak bukan adalah Ddol-bok yang sudah dewasa, alias Kang Chae-yoon. Dan nama yang terakhir yang sekarang akan kupakai secara resmi. Saat ini Chae-yoon sedang mencoba menghindari dipukul di pahanya dengan tongkat kayu, kemungkinan karena ia sebelumnya mencoba menawarkan uang sogok sesaat setelah ia sampai di Istana.
Chae-yoon yang sekarang terlihat sungguh berbeda dengan masa kecilnya, sangat hiper-aktif dan juga sedikit bebas. Tapi kelihatannya ini bukanlah watak aslinya, mungkin saja hanya samarannya belaka sehingga membuat orang salah memperhitungkannya …
Chae-yoon dibawa ke hadapan Mu-hyul, dan ia tak dapat menahan rasa senangnya bisa bertemu dengan ahli pedang terhebat di Joseon. Mu-hyul tapi tak terpengaruh dengan sikapnya itu. Setiap kali perkataan Chae -yoon tak ditanggapi dengan baik, Chae-yoon segera mengubah taktiknya saat bercakap-cakap dengannya, membaca dan juga mengikuti reaksi dari Mu-hyul.
Mu-hyul sendiri hanya dapat melihat sedikit siapa Chae Yoon itu, dan memerintahkan agar ia dipukuli demi kebaikannya sendiri. Chae-yoon berjalan keluar dengan memegangi pantatnya yang sakit, tapi setelah jauh dari pandangan orang, Chae-yoon seakan-akan berubah menjadi orang lain, begitu tenang dan dingin, penuh perhitungan. Ia sekarang tahu wajah Mu-hyul dan dapat memetakan keadaan Istana yang baru ia lihat untuk digunakan di masa yang akan datang.
Dalam episode ini jika kalian memperhatikan dengan seksama bahwa kita mendengar / melihat gerakan mencurigakan 2 kali, sekali dengan 2 penjaga yang bertugas jaga malam dan sekarang dengan Chae-yoon. Tapi siapapun / apapun itu lewat dengan cepat sehingga tak seorangpun berpikir kalau mereka melihat sesuatu.
Sekarang kita kembali ke masa sekarang … (yup hampir 3 episode lebih ini adalah kilas balik) … yakni kembali ke waktu yang sama ketika Chae-yoon menghitung langkahnya, menyembah kepada Sejong saat berpapasan, Raja menanyakan namanya dan Chae-yoon meneriakkan namanya (dalam hati), tapi pada kenyataannya ia memberitahu Raja nama aslinya, Kang Chae-yoon, dan Sejok melanjutkan perjalanannya tanpa curiga.
Sejong dalam perjalanan ke Jiphyunjun, hanya untuk menemukan kalau sarjana di dalamnya sudah mati. Mendengar suara dari burung hantu setelahnya menekankan kalau ini bukanlah kecelakaan…
Kelompok yang sama dari para sarjana muda, yang menghadiri pertemuan Raja, ditolak untuk masuk ke dalam Jiphyunjun keesokan paginya. Petugas di sana memberitahu bahwa ada perbaikan di dalam. Satu dari sarjana, Sung Sam-moon mencoba untuk lepas dari kewajiban belajar dengan mengatakan kalau ia akan belajar di rumah, dan seorang rekannya yang lain, Park Paeng-nyeon berpikir kalau ini adalah ide yang hebat dan segera membujuk Sam-moon.
Sementara itu Sejong sedang berusaha mencari bukti-bukti yang mengarah ke pembunuhnya. Dia lebih kesal lagi saat mendengar kalau Gulungan Biba telah lenyap juga, ini berarti bahwa seseorang memang mengarah pada buku itu dan juga memburu orang-orangnya dan membunuh mereka.
Chae-yoon mendapatkan tugas jaga di luar Jiphyunjun dan mendapatkan kisah yang sebenarnya dari rekan penjaganya: seorang sarjana mati di dalam. Karena sekarang Jiphyunjun sedang kosong, Chae-yoon melihat ini sebagai kesempatan emas dan segera berpura-pura kebelet pipis sehingga dapat menyelinap masuk ke dalam bangunan tanpa ada orang yang mengetahuinya.
Hanya saja, ia ketahuan, dan ditarik keluar dari ruangan itu oleh Mu-hyul. Chae-yun telah berhasil memetakan ruangan ini di buku hitamnya pada saat ini, menemukan bahwa tempat kejadian pembunuhan itu sebelumnya telah dengan sengaja dan aneh dirancang untuk sebuah kematian. Juga, ini adalah tempat terbaik untuk mencoba melakukan pembunuhan terhadap Raja di masa yang akaan datang.
Masa yang akan datang itu kelihatannya jauh dari harapannya, karena Chae-yoon mendapati dirinya sekarang ditahan dan dalam pemeriksaan kasar oleh Mu-hyul. Jika Chae-yoon tidak dapat membersihkan dirinya maka ia akan dituduh sebagai pembunuh dari sarjana, dan Chae yoon teringat bahwa ia telah mengantarkan paket disamarkan dengan bungkusan pakaian kepada si sarjana itu sehari sebelumnya
Orang yang memindahtugaskan Chae-yoon ke Istana dari Utara, Jenderal Kim Jong-suh, datang saat Sejong sedang membicarakan strateginya untuk mengurusi pembunuhan demi pembunuhan yang dialami orang-orang kepercayaannya. Mereka tak dapat membiarkan departemen penyelidik untuk menangani ini, karena rencana mereka bisa saja terungkap, dan juga terdengar berita kalau Chae-yoon telah ditangkap karena dicurigai. Tepat pada waktunya, Jenderal Kim Jong-suh masuk dan menyatakan bahwa itu tidak mungkin dilakukan oleh Chae-yoon, ketika Goh In-sul mati di Utara, Chae-yoon lah yang menemukan bahwa itu adalah sebuah pembunuhan.
Chae-yoon, dengan keahliannya berbicara cepat, kelihatannya membuat Mu-hyul menjadi ragu-ragu ketika Chae-yoon memberikan pada Mu-hyul mengenai laporan penyelidikannya yang berkaitan dengan kematian dari Goh In-sul dan dengan membagikan keyakinannya bahwa orang yang sama lah yang telah membunuh Goh In-sul dan si sarjana.
King Sejong kemudian datang ke tempai itu, bertindak berdasarkan perkataan Jenderal, melihat pada laporan penyelidikan. Chae-yoon kemudian diperintahkan untuk memberitahunya bagaimana bisa kedua pembunuhan itu dianggap sama? Dan Chae-yoon mengatakan kalau kedua pria itu memiliki dua bungkusan yang disamarkan sebagai bungkusan pakaian, yang pasti adalah tujuan dari sang pembunuh itu, dan bahwa metode yang digunakan untuk membunuh memang berbeda tapi keduanya disamarkan sebagai kematian karena kecelakaan. Juga, pada malam itu dan juga yang ini, suara burung hantu selalu terdengar setelahnya.
Kenyataan bahwa Chae-yoon berhasil menerangkan semua ini cukup meyakinkan Raja Sejong, yang segera menunjuk Chae-yoon sebagai inspektur penyelidik dari kasus pembunuhan Heo Dahm (nama sarjana yang terbunuh). Dia bisa saja memilih siapapun yang ia butuhkan di antara pasukan kerajaan untuk membantu menyelidiki hal ini, tapi, TAPI … jika Chae-yoon tak dapat memecahkan kasus ini, maka Chae-yoon akan dicurigai, yang berarti hidupnya sebagai taruhannya.
Chae-yoon, berpikir cepat, mendapati ini sebagai suatu kesempatan. Ia bertanya pada Raja apakah ia bisa meminta satu permintaan, andai ia berhasil memecahkan kasus ini? Jika ia bisa mendapatkan secangkir minuman yang dituangkan oleh Raja secara pribadi, ayahnya yang sudah di alam baka pasti akan sangat senang …
Sejong memang memerlukan kasus ini agar segera dipecahkan, dan memenuhi permintaan Chae-yoon … Uh oh …