0
Malam itu, penyanyi Korea, K, akan dianugerahi Grammy Award di Amerika Serikat. Album K yang berjudul Dream High telah terjual 100 juta kopi.
Saat itu, penyanyi yang dimaksud sedang duduk diam sembari melihat sebuah foto beberapa siswa berseragam sekolah. Di meja didepan K, tergeletak sebuah kalung.
Sebelum beranjang ke panggung, K mengenakan kalung tersebut.
Di waktu yang sama di tempat yang berbeda.
"Benarkan ini adalah foto K saat masih duduk di bangku SMA?" tanya wartawan dalam siaran langsung.
"Ya." ujar seorang pria berkacamata, Jung Ha Myung. "Dulu ia adalah siswa di sekolah kami sekitar... 8 tahun yang lalu."
"Apa dulu kau pernah menebak K akan menjadi bintang yang memenangkan Grammy Award?" tanya wartawan lagi. "Saat melakukan wawancara dengan CNN, K mengatakan bahwa kau adalah tembakan loncatannya."
"Tembakan pertama yang dilakukan untuk membubarkan bola billiar adalah tembakan loncatan." kata Ha Myung. "Bahkan jika kau memukul bola pada sudut yang sama dan dengan kekuatan yang sama, bola-bola akan berpencar ke arah yang berbeda-beda. Bagaimana bola itu bertemu dan kemana mereka akan menuju, aku juga tidak bisa memprediksi. Jika tembakan tersebut salah, maka aku sudah tidak bisa lagi mengendalikan bola yang saling menabrak."
Hye Mi adalah seorang penyanyi seriosa yang sangat berbakat.
Dua orang remaja putri sedang membicarakan dia. "Hyo Mi wanita yang cantik, kaya dan berbakat. Apa lagi yang tidak ia miliki?"
"Siapa dia?" tanya salah seorang remaja, menunjuk seorang gadis berkaca mata yang sibuk dengan fotonya.
"Dia adalah pengikut Hye Mi. Ia selalu berada disekeliling Hye Mi." jawab temannya. "Ia orang yang aneh. Ia mengikuti gaya Hye Mi dari kepala hingga kaki."
Gadis berkacamata tersebut langsung menyambut begitu Hye Mi keluar dan membantu Hye Mi membawakan barang-barangnya. Gadis berkacamata itu bernama Yoon Baek Hee.
Hye Mi mendekati kedua gadis itu dan berkata tegas. "Dia bukan pengikut Hye Mi. Namanya Yoon Baek Hee."
Hye Mi mendekati salah satu gadis dan menyentuh rambut gadis itu. Gadis itu bernama Yong Mi. "Sepertinya kau selalu mengenakan ikat rambut pemberianku." kata Hye Mi dingin. Sebenarnya aku ingin membuangnya. Tapi kau memakainya seakan-akan benda itu berharga untukmu. Aku jadi merasa tidak enak."
Yong Mi langsung melepas ikat rambut itu.
Hye Mi tersenyum tipis. "Ayo pergi, Baek Hee!"
"Satu-satunya yang tidak dimiliki Hye Mi adalah sopan santun." kata teman Yong Mi.
"Aku tidak keberatan dikatakan sebagai pengikut Hye Mi." kata Baek Hee.
"Tapi aku tidak suka." jawab Hye Mi singkat.
"Kalau begitu, aku juga tidak suka." kata Baek Hee.
Kalau dilihat dari segi penampilan, Baek Hee memang sama persis dengan Hye Mi. Mulai dari kepangan, gantungan tas, sepatu, bahkan langkah mereka kalau berjalan bersama juga sama.
Hye Mi melihat-lihat foto hasil jepretan Baek Hee satu per satu.
"Aku suka foto yang ini." kata Hye Mi.
Baek Hee kelihatan sangat senang.
Hye Mi menyimpan foto itu di dompetnya.
Ketika hendak menyebrangi jalan, mendadak ada keramaian. Puluhan orang berteriak-teriak dan berlari mengikuti sebuah mobil hitam.
Orang-orang itu menabrak-nabrak Hye Mi dan Baek Hee. Tanpa sadar, Hye Mi menjatuhkan gantungan tas dan dompetnya.
Seorang pria mengambil dompet itu dan membuka isinya. Hanya ada tiga buah uang koin.
"Dia kelihatan kaya..." gumam pria itu kesal.
Mendadak seorang pria lain datang dan langsung memelintir tangan pria yang memegang dompet. "Jo In Sung, kau masih melakukan itu?!"
"Jin Kuk! Jin Kuk! Sakit!" rintih In Sung. "Aku tidak mencuri! Aku memungut dan berniat mengembalikan pada pemiliknya!"
Mulanya Jin Kuk tidak percaya, tapi akhirnya melepaskan temannya juga.
"Go Hye Mi?" gumam In Sung, membaca nama Hye Mi di dalam dompet.
"Biar kulihat." kata Jin Kuk, merebut dompet itu dari tangan In Sung. Ia membaca kartu siswa Hye Mi. "SMP Han Kang."
Jin Kuk menoleh tidak jauh darinya, Hye Mi sedang ribut-ribut mengenai sekolah seni Kirin yang menurutnya menyebalkan.
Jin Kuk tersenyum tipis. "Aku akan mengembalikan dompet ini pada pemiliknya." katanya.
Jin Kuk mengikuti Hye Mi dari belakang. Ia melihat gerak-gerik Hye Mi yang agak mencurigakan.
Hye Mi mengenakan masker dan topi. Ia berjalan cepat,kemudian melompati alat pembayaran tiket kereta. Itu artinya ia masuk tanpa membayar.
Jin Kuk tersenyum tipis. Cantik-cantik ternyata...
Disuatu tempat di bandara, seorang pria sedang berjalan menarik kopernya. Dikoper itu terpasang gantungan dengan lambang sama dengan milik K.
Orang itu berjalan perlahan dan tersenyum melihat keramaian di depannya. Dengan perlahan, ia melewati keramaian itu. Pria itu adalah Jung Ha Myung.
Itu adalah keramaian para fans yang menyambut idola mereka, Kim Hyun Joong.
Ketika Hyun Joong sedang sibuk menjawab pertanyaan para fans dan wartawan, mendadak Hyun Joong melihat Ha Myung dan menghampirinya.
Rupanya Jung Ha Myung adalah seorang guru di SMA Kirin, SMA yang menjadi sekolah Hyun Joong juga.
Pertemuan Hyun Joong dan Ha Myung itu disiarkan secara live di tv.
Seorang pria dengan wajah dingin langsung mematikan tvnya. "Akhirnya ia kembali kesini." gumamnya.
Hye Mi berkeliling seorang diri di tempat parkir mobil untuk menyebarkan edaran. Edaran tersebut mengenai perusahaan kredit.
Tanpa Hye Mi sadari, seorang pria mengikutinya dari belakang dan membaca edaran tersebut. "Putri seseorang hancur karena hutang dari sebuah perusahaan kredit."
Hye Mi menoleh dengan takut-takut.
"Didunia ini, ada sebuah hukum yang disebut kerjasama dan tanggungjawab." ujar pria itu, terus maju untuk menyudutkan Hye Mi. Ia adalah bos perusahaan kredit, Ma Du Shik. "Jika ayahmu, Go Byung Jik tidak bisa membayar hutangnya, maka kau harus membayar hutang itu dengan uang atau tubuhmu."
Hye Mi melempar kertas edaran itu ke wajah Du Shik. "Aku tidak akan ikut denganmu!"
Hye Mi berusaha melarikan diri, namun gagal. Ia terkepung.
Dalam kondisi terpojok, akhirnya Jin Kuk datang untuk menyelamatkannya.
Sambil berkelahi, Jin Kuk sembari mencuri dompet si pria penagih hutang. Setelah itu, ia mengembalikan dompet Hye Mi dengan melemparnya pada Hye Mi.
Rupanya Jin Kuk itu pencopet ulung. Hehe...
"Kenapa kau tidak bermain-main dulu denganku?" ajak Jin Kuk pada para penagih hutang.
Hye Mi memanfaatkan kesempatan itu untuk kabur.
Pertarungan yang sengit dan kejar-kejaran terjadi.
Di sisi lain, Hye Mi memeriksa dompetnya. Foto yang ia simpan dari Baek Hee hilang. Hye Mi langsung mencari foto itu, namun tidak bisa menemukannya.
Akhirnya Jin Kuk berhasil melarikan diri sampai ke kereta. Namun sebelum sempat naik, seorang pria berhasil menangkapnya. Mendadak sebuah sepatu melayang yang mengenai kepala si pria jahat. Jin Kuk berhasil melepaskan diri dan masuk dalam kereta.
Karena Jin Kuk masuk dengan terburu-buru, ia menabrak Hye Mi. Untuk mencegah Hye Mi jatuh, Jin Kuk memeluknya. Para penumpang kereta melihat mereka dengan heran.
Begitu sadar dari rasa shock, Jin Kuk dan Hye Mi buru-buru melepaskan diri.
"Kita bertemu lagi." kata Jin Kuk.
Hye Mi tidak menjawab dan membelakangi Jin Kuk.
"Kau tidak ingat aku?" tanya Jin Kuk.
Hye Mi menoleh.
"Yogurt..." kata Jin Kuk.
"Kembalikan fotoku." kata Hye Mi dingin.
"Tidakkah kau ingin berterima kasih padaku dulu?" tanya Jin Kuk, tersenyum. "Aku baru saja menyelamatkanmu."
"Aku juga menyelamatkanmu." kata Hye Mi, mengorbankan sebelah sepatunya. "Impas, bukan?"
Jin Kuk kelihatan kesal. "Sudah cukup." katanya seraya berpaling dan beranjak menjauh.
"Mesum." kata Hye Min dengan keras sampai para penumpang menoleh ke arah Jin Kuk.
Jin Kuk semakin kesal dan berbalik lagi mendekati Hye Mi. "Apa?!"
"Sebagai seorang pria kau pasti menginginkan foto itu." kata Hye Mi menantang.
Jin Kuk tidak banyak berkomentar. Ia tersenyum dan turun dari kereta begitu kereta tersebut berhenti.Hye Mi mengejarnya. "Kembalikan fotoku!"
Jin Kuk memasang headphonenya agar tidak bisa mendengar teriakan Hye Mi.
Direktur Jung Ha Myung, yang sudah lama pergi, akhirnya kembali ke Sekolah Seni Kirin. Berita tersebut menjadi berita panas seantero sekolah. Orang yang kerap dijuluki hantu kini kembali.
Ha Myung disambut oleh seantero sekolah, termasuk Shi Bum Soo, yang selama kepergian Ha Myung menjadi pemimpin Kirin.
Ha Myung memutuskan untuk melihat kondisi murid-muridnya. Bum Soo mengantarnya berkeliling.
Ketika Ha Myung melihat beberapa murid sedang berlatih dance, ia melihat ada sesuatu yang salah dengan tangan anak itu.
"Buka balutan tanganmu." perintah Ha Myung.
Di lengan anak itu ditemukan luka bekas jahitan.
"Belakangan ini para penonton menyukau aksi panggung yang hebat." kata Bum Soo. "Tiga hari lagi mereka akan melakukan pentas. Luka semacam itu tidak masalah."
Ha Myung menoleh dan dengan tenang berkata, "Batalkan latihan mereka." kemudian berjalan pergi.
Bum Soo hanya bisa terdiam menahan marah.
Ha Myung berjalan lagi. Ia terhenti ketika melihat kelas persiapan perguruan tinggi kosong, hanya terisi oleh sarang laba-laba dimana-mana.
"Kelas ini hanya diperuntukkan bagi siswa yang tidak memiliki potensi sebagai penyanyi." kata Bum Soo.
"Lalu kenapa kelas ini kosong?" tanya Ha Myung.
"Karena siswa yang berakhir di kelas ini, akan dikeluarkan." jawab Bum Soo.
"Apa persiapan audisi siswa baru berjalan lancar?" tanya Ha Myung.
"Kenapa kau menanyakan hal itu? Apa kau ingin menjadi juri?" tanya Bum Soo cemas.
"Memangnya aku tidak boleh menjadi juri?"
"Bu... bukan begitu..."
Ketika Jin Kuk sedang bekerja di tempat pencucian mobil, mendadak Hye Mi datang dan langsung duduk didalam mobil yang sedang dicuci Jin Kuk. Ia mengunci pintu mobil, mengencangkan volume musik dan memejamkan matanya.
Jin Kuk menggedor-gedor jendela untuk memanggil, tapi Hye Mi tidak mendengar.
Berkat ulah Hye Mi itu, akhirnya Jin Kuk mengantarkan Hye Mi ketempat In Sung. In Sung-lah orang yang telah mencuri foto Hye Mi.
"Foto ini?" tanya In Sung, menunjukkan foto Hye Mi. "Aku tidak bisa memberikannya dengan mudah. Bagaimana dengan tarianku tadi? Katakan padaku maka aku akan mengembalikannya padamu."
"Tarianmu itu sangat.... vulgar." kata Hye Mi.
"Apa katamu?" tanya In Sung. Ia kemudian meremas dan melempar foto Hye Mi ke lantai.
Hye Mi mengambil fotonya. "Kau ingin aku mengulanginya?" teriaknya marah. "Tarianmu sangat vulgar. Sangat rendahan! Dasar pencuri! Gengster!"
Jin Kuk menarik napas panjang.
"Kau tidak tahu arti gengster, hah?" tanya In Sung kesal, menunjuk-nunjuk kepala Hye Mi. "Kekerasan."
In Sung benar-benar akan marah, namun Jin Kuk menghentikannya.
"Gadis ini akan membawa kesialan untuk kita." kata Jin Kuk. "Kita bahkan tidak tahu kapan audisi Sekolah Seni Kirin."
"Kirin?" tanya Hye Mi merendahkan. "Kalian melakukan ini untuk masuk ke sekolah sampah itu?"
"Apa?! Sekolah sampah?!" In Sung mulai meledak lagi, tapi Jin Suk menahannya.
"Tutup mulutmu dan pergi." kata Jin Kuk pada Hye Mi.
Hye Mi berjalan pergi, Jin Kuk mengikuti dibelakangnya.
Jin Kuk memberikan sepatunya pada Hye Mi, karena sepatu Hye Mi hilang sebelah untuk melempar penagih hutang.
"Pakailah." kata Jin Kuk. "Nanti aku akan pulang naik motor."
Hye Mi melempar sepatu Jin Kuk ke kepala Jin Kuk.
"Ini bau dan tidak keren." kata Hye Mi angkuh.
Jin Kuk tertawa.
Hye Mi akhirnya pulang ke rumah dengan berjalan kaki menggunakan "sepatu kardus".
Ketika sampai di depan rumah, Hye Mi mendengar suara caci maki para pria. Para penagih hutang datang lagi untuk mencari Hye Mi.
Hye Mi takut dan langsung bersembunyi.
Setelah para penagih hutang pulang, Hye Mi langsung masuk ke rumah dengan panik.
"Ayah! Hye Sung!" panggil Hye Mi cemas.
Adik Hye Mi, Hye Sung, keluar sambil makan roti.
"Apa yang mereka lakukan padamu?" tanya Hye Mi.
"Mereka menyuruhku menelepon begitu kau pulang ke rumah." kata Hye Sung. "Mereka akan memberiku banyak roti jika melakukannya."
Hye Sung memberikan kartu nama perusahaan kredit pada Hye Mi.
Tidak lama kemudian telepon berdering. Rupanya ayah Hye Mi yang menelepon.
"Kau dimana, Ayah?" tanya Hye Sung. "Ah, kau pernah mengatakan agar jangan bertanya ada dimana kau sekarang. Apa?! Kau akan keluar negeri? Kemana?"
Hye Mi merebut telepon itu. "Kau tidak bisa lari terus setiap hari." katanya.
"Aku akan pergi bersama bibimu ke Kanada dan membantunya." kata Ayah Hye Mi.
"Lalu kemana kami harus pergi? Rumah ini akan segera dilelang." kata Hye Mi. "Tinggalkan nomor telepon."
"Tunggulah orang ini satu... Tidak, dua bulan. Ia akan menjaga kalian." jawab Ayah. "Namanya Kang Oh Hyuk."
"Kang Oh Hyuk?!" seru Hye Mi, terkejut sekaligus marah. "Aku tidak akan pergi padanya!"
Hye Mi menutup telepon.
Kang Oh Hyuk adalah salah satu guru di sekolah Kirin. Karena dianggap tidak memiliki kemampuan, maka Bum Soo berniat memindahkan dia ke kelas persiapan perguruan tinggi.
"Aku akan melakukannya setelah mendapat persetujuan Direktur." ujar Bum Soo.
Hye Mi menemui Oh Hyun dan berbincang di restoran.
"Kau menggoda ibuku hingga ia bercerai dengan ayah." kata Hye Mi tajam dan keras.
Seluruh tamu restoran menoleh.
"Ya, aku sangat bersalah pada kalian." bisik Oh Hyun malu.
"Kau ingin membayar rasa bersalahmu?" tanya Hye Mi. "Aku dan adikku mungkin akan tinggal di jalanan. Bisnis ayahku hancur dan ia melarikan diri ke luar Korea. Jadi kami berpikir bahwa kami akan tinggal di rumahmu sampai ayah kami kembali."
Setelah selesai makan, Oh Hyun meminta Hye Mi tinggal.
"Tunggulah disini." katanya pada Hye Mi. "Aku akan mengambil mobil.
Oh Hyun masuk ke dalam mobil dan meninggalkan Hye Mi. Untuk hidup sendiri saja susah, apalagi harus menanggung Hye Mi dan adiknya. Sebagai catatan, ibu Hye Mi sudah meninggal.
Sepulang sekolah, Du Shik menjemput Hye Mi di sekolahnya. Mau tidak mau, Hye Mi terpaksa ikut dengannya.
Du Shik mengajak Hye Mi berunding.
Hye Mi memiliki banyak bakat dan kemampuan. Untuk menghasilkan banyak uang, Hye Mi harus menggunakan bakat dan kemampuannya untuk bersekolah di Kirin sampai menjadi bintang terkenal seperti Kim Hyun Joong.
Setelah lulus dari Kirin dengan nilai tertinggi, Hye Mi harus merelease album dibawah perusahaan Du Shik.
"Tapi kudengar sangat sulit masuk ke sana." kata Du Shik.
"Aku tidak takut pada ujian masuk." ujar Hye Mi angkuh.
Du Shik menyodorkan surat perjanjian.
"Bagaimana jika aku menolak melakukannya?" tanya Hye Mi.
"Jika rencana A gagal, maka akan dijalankan rencana B." jawab Du Shik. Rencana B adalah menggunakan Hye Sung sebagai alat pencari uang.
Hye Mi terpaksa setuju.
Hye Mi duduk sendirian di bangku penonton dengan sedih. Ia menatap lurus ke arah panggung, teringat saat-saat ia belajar bernyanyi dan akan mendampingi gurunya menyanyi di pertunjukan musik.
Tanpa terasa, air mata Hye Mi menetes.
Hye Mi memberitahukan Baek Hee bahwa ia akan masuk ke Kirin. Baek Hee terkejut mendengarnya. Baek Hee meminta Hye Mi bernyanyi bersamanya saat audisi karena ia juga ingin masuk ke Kirin.
Hye Mi setuju saja.
Sesuai permintaan Ha Myung, audisi Kirin akan dilakukan secara terbuka. Artinya semua orang bisa melihat peserta audisi saat melakukan performance.
Saat hari audisi, para peserta terlihat sangat gugup. Namun Hye Mi terlihat sangat santai.
Bermacam-macam peserta menunjukkan kebolehannya. Ada yang bagus, unik, jelek dan aneh.
Sebelum audisi, Hye Mi sempat bertemu dengan Oh Hyun.
"Apa kau kesini untuk ikut audisi?" tanya Oh Hyun.
"Untuk apa aku datang ke tempat yang penuh orang kotor sepertimu?" jawab Hye Mi sinis.
Nama Hye Mi dan Baek Hee dipanggil. Kini saatnya mereka maju audisi.
Saat Hye Mi dan Baek Hee bernyanyi, In Sung dan Jin Kuk melihat mereka. Jin Kuk tersenyum.
"Untuk apa dia disini?" tanya In Sung. "Bukankah ia bilang ini sekolah sampah?"
Saat bernyanyi, Baek Hee sempat bernyanyi jelek, namun Hye Mi menutupinya.
"Baik." kata Ha Myung. "Tapi hanya salah satu dari kalian yang akan lolos audisi."
Hye Mi tersenyum percaya diri.
"Kami harus lolos bersama." kata Baek Hee. "Jika kau tidak ingin meloloskan kami berdua, maka gagalkan saja kami berdua."
"Bagaimana jika kau yang lolos?" tanya Ha Myung pada Baek Hee.
"Tidak apa-apa." jawab Baek Hee. "Gagalkan saja aku. Kami akan selalu bersama..."
"Tidak." potong Hye Mi. "Aku tidak punya niat untuk gagal dalam audisi ini bersamanya."
"Hye Mi, ada apa?" tanya Baek Hee. "Bukankah kita berjanji akan selalu bersama apapun yang terjadi?"
"Kapan aku bilang begitu?" tanya Hye Mi dingin.
"Tapi, kau dan aku..." Baek Hee berkata dengan mata berkaca-kaca seraya meraih tangan Hye Mi, tapi Hye Mi menghempaskannya.
Ha Myung melihat hal itu.
"Aku akan tetap disini." ujar Hye Mi.
"Yang lolos bukan kau, Go Hye Mi." kata Ha Myung. "Tapi Yoon Baek Hee."
Semua juri menoleh kaget pada Ha Myung.
"Apa?!" teriak Hye Mi. "Kau pasti salah! Aku yang gagal?"
Ha Myung mengangguk tanpa ragu.
"Mungkin kau melihat kertas yang salah. Aku Go Hye Mi!" seru Hye Mi angkuh.
"Aku sangat yakin bahwa yang gagal adalah kau."ujar Ha Myung tenang.
"Paman!" bentak Hye Mi. "Apa kau punya kemampuan untuk menilai kemampuan seseorang?! Apa kau benar-benar ahli dibidang musik?!"
"Beraninya kau memanggil Direktur dengan sebutan Paman!" seru salah seorang juri wanita entah siapa namanya. "Tuan Kang, usir gadis itu keluar!"
Oh Hyun menarik Hye Mi keluar.
"Jangan sentuh aku!: seru Hye Mi, mencoba melepaskan diri.
"Ini sangat menarik." kata Ha Myung. "Biarkan dia."
"Aku tidak bisa terima!" ujar Hye Mi bersikeras. "Apa kau tidak mendengar dia kehabisan napas dan menghancurkan keseluruhan lagu? Kurasa kau tidak dengar. Jika kau dengar, kau tidak akan membiarkan dia lolos. Dia hanyalah orang yang mengikutiku kemari. Dia bukan siapa-siapa. Aku selalu jadi nomor satu dan dia nomor tiga."
Baek Hee memandang Hye Mi dengan terkejut dan sedih sekaligus.
Sebagai jalan tengah, Ha Myung mengusulkan diadakan tes lain.
Ha Myung memainkan piano dan menyuruh Hye Mi menebak lagunya.
Hye Mi berpikir. "Ini campuran lagu." katanya. "Lagu yang satu Gershwin, apa yang satunya lagi?"
"Aku yakin kau sudah tahu bahwa aku mencampur dua lagu." kata Ha Myung. "Yang satu adalah Summertime Gershwin, lalu apa lagu yang satunya lagi?"
"Apakah yang satunya... Saint Saens Aquarium?" jawab Hye Mi ragu.
Semua orang menarik napas panjang karena kaget. Masa lagu semudah ini dia tidak tahu?
"Yong Baek Hee, apa kau tahu jawabannya?" tanya Ha Myung.
"Lagu karangan Shin Soo Bong, I Don't Know Anything But Love." jawab Baek Hee.
"Benar."
"Bagaimana mungkin dia tidak tahu lagu itu?" komen In Sung, menonton dari tv.
"Dia bukan tidak tahu, tapi tidak memikirkannya." ujar Jin Kuk.
"Sekolah ini tidak menerima murid dari golongan tiga." kata Ha Myung. "Golongan pertama adalah murid yang memiliki bakat dan berusaha keras. Golongan dua adalah orang yang tidak memiliki bakat tapi berusaha keras. Dan golongan tiga..."
"Kau ingin mengatakan bahwa aku tidak memiliki bakat dan tidak berusaha juga?" tanya Hye Mi.
"Orang golongan tiga adalah... seseorang yang berprasangka." jawab Ha Myung. "Itulah alasan kenapa kau gagal."
"Dulu, kau selalu menjadi nomor 1." kata Baek Hee sinis. "Bagaimana rasanya menjadi orang golongan 3?"
Dan saat itulah tembakan ke bola-bola billiar dilakukan...
"Permainan baru saja dimulai, jadi jangan takut dan nikmati saja."
Hye Mi berpaling dan beranjak pergi. Namun mendadak ia berhenti.
Hye Mi berbalik lagi dan berjalan ke hadapan Ha Myung. Ia kemudian berlutut dan berkata, "Tolong selamatkan aku."
Saat itu, penyanyi yang dimaksud sedang duduk diam sembari melihat sebuah foto beberapa siswa berseragam sekolah. Di meja didepan K, tergeletak sebuah kalung.
Sebelum beranjang ke panggung, K mengenakan kalung tersebut.
Di waktu yang sama di tempat yang berbeda.
"Benarkan ini adalah foto K saat masih duduk di bangku SMA?" tanya wartawan dalam siaran langsung.
"Ya." ujar seorang pria berkacamata, Jung Ha Myung. "Dulu ia adalah siswa di sekolah kami sekitar... 8 tahun yang lalu."
"Apa dulu kau pernah menebak K akan menjadi bintang yang memenangkan Grammy Award?" tanya wartawan lagi. "Saat melakukan wawancara dengan CNN, K mengatakan bahwa kau adalah tembakan loncatannya."
"Tembakan pertama yang dilakukan untuk membubarkan bola billiar adalah tembakan loncatan." kata Ha Myung. "Bahkan jika kau memukul bola pada sudut yang sama dan dengan kekuatan yang sama, bola-bola akan berpencar ke arah yang berbeda-beda. Bagaimana bola itu bertemu dan kemana mereka akan menuju, aku juga tidak bisa memprediksi. Jika tembakan tersebut salah, maka aku sudah tidak bisa lagi mengendalikan bola yang saling menabrak."
Hye Mi adalah seorang penyanyi seriosa yang sangat berbakat.
Dua orang remaja putri sedang membicarakan dia. "Hyo Mi wanita yang cantik, kaya dan berbakat. Apa lagi yang tidak ia miliki?"
"Siapa dia?" tanya salah seorang remaja, menunjuk seorang gadis berkaca mata yang sibuk dengan fotonya.
"Dia adalah pengikut Hye Mi. Ia selalu berada disekeliling Hye Mi." jawab temannya. "Ia orang yang aneh. Ia mengikuti gaya Hye Mi dari kepala hingga kaki."
Gadis berkacamata tersebut langsung menyambut begitu Hye Mi keluar dan membantu Hye Mi membawakan barang-barangnya. Gadis berkacamata itu bernama Yoon Baek Hee.
Hye Mi mendekati kedua gadis itu dan berkata tegas. "Dia bukan pengikut Hye Mi. Namanya Yoon Baek Hee."
Hye Mi mendekati salah satu gadis dan menyentuh rambut gadis itu. Gadis itu bernama Yong Mi. "Sepertinya kau selalu mengenakan ikat rambut pemberianku." kata Hye Mi dingin. Sebenarnya aku ingin membuangnya. Tapi kau memakainya seakan-akan benda itu berharga untukmu. Aku jadi merasa tidak enak."
Yong Mi langsung melepas ikat rambut itu.
Hye Mi tersenyum tipis. "Ayo pergi, Baek Hee!"
"Satu-satunya yang tidak dimiliki Hye Mi adalah sopan santun." kata teman Yong Mi.
"Aku tidak keberatan dikatakan sebagai pengikut Hye Mi." kata Baek Hee.
"Tapi aku tidak suka." jawab Hye Mi singkat.
"Kalau begitu, aku juga tidak suka." kata Baek Hee.
Kalau dilihat dari segi penampilan, Baek Hee memang sama persis dengan Hye Mi. Mulai dari kepangan, gantungan tas, sepatu, bahkan langkah mereka kalau berjalan bersama juga sama.
Hye Mi melihat-lihat foto hasil jepretan Baek Hee satu per satu.
"Aku suka foto yang ini." kata Hye Mi.
Baek Hee kelihatan sangat senang.
Hye Mi menyimpan foto itu di dompetnya.
Ketika hendak menyebrangi jalan, mendadak ada keramaian. Puluhan orang berteriak-teriak dan berlari mengikuti sebuah mobil hitam.
Orang-orang itu menabrak-nabrak Hye Mi dan Baek Hee. Tanpa sadar, Hye Mi menjatuhkan gantungan tas dan dompetnya.
Seorang pria mengambil dompet itu dan membuka isinya. Hanya ada tiga buah uang koin.
"Dia kelihatan kaya..." gumam pria itu kesal.
Mendadak seorang pria lain datang dan langsung memelintir tangan pria yang memegang dompet. "Jo In Sung, kau masih melakukan itu?!"
"Jin Kuk! Jin Kuk! Sakit!" rintih In Sung. "Aku tidak mencuri! Aku memungut dan berniat mengembalikan pada pemiliknya!"
Mulanya Jin Kuk tidak percaya, tapi akhirnya melepaskan temannya juga.
"Go Hye Mi?" gumam In Sung, membaca nama Hye Mi di dalam dompet.
"Biar kulihat." kata Jin Kuk, merebut dompet itu dari tangan In Sung. Ia membaca kartu siswa Hye Mi. "SMP Han Kang."
Jin Kuk menoleh tidak jauh darinya, Hye Mi sedang ribut-ribut mengenai sekolah seni Kirin yang menurutnya menyebalkan.
Jin Kuk tersenyum tipis. "Aku akan mengembalikan dompet ini pada pemiliknya." katanya.
Jin Kuk mengikuti Hye Mi dari belakang. Ia melihat gerak-gerik Hye Mi yang agak mencurigakan.
Hye Mi mengenakan masker dan topi. Ia berjalan cepat,kemudian melompati alat pembayaran tiket kereta. Itu artinya ia masuk tanpa membayar.
Jin Kuk tersenyum tipis. Cantik-cantik ternyata...
Disuatu tempat di bandara, seorang pria sedang berjalan menarik kopernya. Dikoper itu terpasang gantungan dengan lambang sama dengan milik K.
Orang itu berjalan perlahan dan tersenyum melihat keramaian di depannya. Dengan perlahan, ia melewati keramaian itu. Pria itu adalah Jung Ha Myung.
Itu adalah keramaian para fans yang menyambut idola mereka, Kim Hyun Joong.
Ketika Hyun Joong sedang sibuk menjawab pertanyaan para fans dan wartawan, mendadak Hyun Joong melihat Ha Myung dan menghampirinya.
Rupanya Jung Ha Myung adalah seorang guru di SMA Kirin, SMA yang menjadi sekolah Hyun Joong juga.
Pertemuan Hyun Joong dan Ha Myung itu disiarkan secara live di tv.
Seorang pria dengan wajah dingin langsung mematikan tvnya. "Akhirnya ia kembali kesini." gumamnya.
Hye Mi berkeliling seorang diri di tempat parkir mobil untuk menyebarkan edaran. Edaran tersebut mengenai perusahaan kredit.
Tanpa Hye Mi sadari, seorang pria mengikutinya dari belakang dan membaca edaran tersebut. "Putri seseorang hancur karena hutang dari sebuah perusahaan kredit."
Hye Mi menoleh dengan takut-takut.
"Didunia ini, ada sebuah hukum yang disebut kerjasama dan tanggungjawab." ujar pria itu, terus maju untuk menyudutkan Hye Mi. Ia adalah bos perusahaan kredit, Ma Du Shik. "Jika ayahmu, Go Byung Jik tidak bisa membayar hutangnya, maka kau harus membayar hutang itu dengan uang atau tubuhmu."
Hye Mi melempar kertas edaran itu ke wajah Du Shik. "Aku tidak akan ikut denganmu!"
Hye Mi berusaha melarikan diri, namun gagal. Ia terkepung.
Dalam kondisi terpojok, akhirnya Jin Kuk datang untuk menyelamatkannya.
Sambil berkelahi, Jin Kuk sembari mencuri dompet si pria penagih hutang. Setelah itu, ia mengembalikan dompet Hye Mi dengan melemparnya pada Hye Mi.
Rupanya Jin Kuk itu pencopet ulung. Hehe...
"Kenapa kau tidak bermain-main dulu denganku?" ajak Jin Kuk pada para penagih hutang.
Hye Mi memanfaatkan kesempatan itu untuk kabur.
Pertarungan yang sengit dan kejar-kejaran terjadi.
Di sisi lain, Hye Mi memeriksa dompetnya. Foto yang ia simpan dari Baek Hee hilang. Hye Mi langsung mencari foto itu, namun tidak bisa menemukannya.
Akhirnya Jin Kuk berhasil melarikan diri sampai ke kereta. Namun sebelum sempat naik, seorang pria berhasil menangkapnya. Mendadak sebuah sepatu melayang yang mengenai kepala si pria jahat. Jin Kuk berhasil melepaskan diri dan masuk dalam kereta.
Karena Jin Kuk masuk dengan terburu-buru, ia menabrak Hye Mi. Untuk mencegah Hye Mi jatuh, Jin Kuk memeluknya. Para penumpang kereta melihat mereka dengan heran.
Begitu sadar dari rasa shock, Jin Kuk dan Hye Mi buru-buru melepaskan diri.
"Kita bertemu lagi." kata Jin Kuk.
Hye Mi tidak menjawab dan membelakangi Jin Kuk.
"Kau tidak ingat aku?" tanya Jin Kuk.
Hye Mi menoleh.
"Yogurt..." kata Jin Kuk.
"Kembalikan fotoku." kata Hye Mi dingin.
"Tidakkah kau ingin berterima kasih padaku dulu?" tanya Jin Kuk, tersenyum. "Aku baru saja menyelamatkanmu."
"Aku juga menyelamatkanmu." kata Hye Mi, mengorbankan sebelah sepatunya. "Impas, bukan?"
Jin Kuk kelihatan kesal. "Sudah cukup." katanya seraya berpaling dan beranjak menjauh.
"Mesum." kata Hye Min dengan keras sampai para penumpang menoleh ke arah Jin Kuk.
Jin Kuk semakin kesal dan berbalik lagi mendekati Hye Mi. "Apa?!"
"Sebagai seorang pria kau pasti menginginkan foto itu." kata Hye Mi menantang.
Jin Kuk tidak banyak berkomentar. Ia tersenyum dan turun dari kereta begitu kereta tersebut berhenti.Hye Mi mengejarnya. "Kembalikan fotoku!"
Jin Kuk memasang headphonenya agar tidak bisa mendengar teriakan Hye Mi.
Direktur Jung Ha Myung, yang sudah lama pergi, akhirnya kembali ke Sekolah Seni Kirin. Berita tersebut menjadi berita panas seantero sekolah. Orang yang kerap dijuluki hantu kini kembali.
Ha Myung disambut oleh seantero sekolah, termasuk Shi Bum Soo, yang selama kepergian Ha Myung menjadi pemimpin Kirin.
Ha Myung memutuskan untuk melihat kondisi murid-muridnya. Bum Soo mengantarnya berkeliling.
Ketika Ha Myung melihat beberapa murid sedang berlatih dance, ia melihat ada sesuatu yang salah dengan tangan anak itu.
"Buka balutan tanganmu." perintah Ha Myung.
Di lengan anak itu ditemukan luka bekas jahitan.
"Belakangan ini para penonton menyukau aksi panggung yang hebat." kata Bum Soo. "Tiga hari lagi mereka akan melakukan pentas. Luka semacam itu tidak masalah."
Ha Myung menoleh dan dengan tenang berkata, "Batalkan latihan mereka." kemudian berjalan pergi.
Bum Soo hanya bisa terdiam menahan marah.
Ha Myung berjalan lagi. Ia terhenti ketika melihat kelas persiapan perguruan tinggi kosong, hanya terisi oleh sarang laba-laba dimana-mana.
"Kelas ini hanya diperuntukkan bagi siswa yang tidak memiliki potensi sebagai penyanyi." kata Bum Soo.
"Lalu kenapa kelas ini kosong?" tanya Ha Myung.
"Karena siswa yang berakhir di kelas ini, akan dikeluarkan." jawab Bum Soo.
"Apa persiapan audisi siswa baru berjalan lancar?" tanya Ha Myung.
"Kenapa kau menanyakan hal itu? Apa kau ingin menjadi juri?" tanya Bum Soo cemas.
"Memangnya aku tidak boleh menjadi juri?"
"Bu... bukan begitu..."
Ketika Jin Kuk sedang bekerja di tempat pencucian mobil, mendadak Hye Mi datang dan langsung duduk didalam mobil yang sedang dicuci Jin Kuk. Ia mengunci pintu mobil, mengencangkan volume musik dan memejamkan matanya.
Jin Kuk menggedor-gedor jendela untuk memanggil, tapi Hye Mi tidak mendengar.
Berkat ulah Hye Mi itu, akhirnya Jin Kuk mengantarkan Hye Mi ketempat In Sung. In Sung-lah orang yang telah mencuri foto Hye Mi.
"Foto ini?" tanya In Sung, menunjukkan foto Hye Mi. "Aku tidak bisa memberikannya dengan mudah. Bagaimana dengan tarianku tadi? Katakan padaku maka aku akan mengembalikannya padamu."
"Tarianmu itu sangat.... vulgar." kata Hye Mi.
"Apa katamu?" tanya In Sung. Ia kemudian meremas dan melempar foto Hye Mi ke lantai.
Hye Mi mengambil fotonya. "Kau ingin aku mengulanginya?" teriaknya marah. "Tarianmu sangat vulgar. Sangat rendahan! Dasar pencuri! Gengster!"
Jin Kuk menarik napas panjang.
"Kau tidak tahu arti gengster, hah?" tanya In Sung kesal, menunjuk-nunjuk kepala Hye Mi. "Kekerasan."
In Sung benar-benar akan marah, namun Jin Kuk menghentikannya.
"Gadis ini akan membawa kesialan untuk kita." kata Jin Kuk. "Kita bahkan tidak tahu kapan audisi Sekolah Seni Kirin."
"Kirin?" tanya Hye Mi merendahkan. "Kalian melakukan ini untuk masuk ke sekolah sampah itu?"
"Apa?! Sekolah sampah?!" In Sung mulai meledak lagi, tapi Jin Suk menahannya.
"Tutup mulutmu dan pergi." kata Jin Kuk pada Hye Mi.
Hye Mi berjalan pergi, Jin Kuk mengikuti dibelakangnya.
Jin Kuk memberikan sepatunya pada Hye Mi, karena sepatu Hye Mi hilang sebelah untuk melempar penagih hutang.
"Pakailah." kata Jin Kuk. "Nanti aku akan pulang naik motor."
Hye Mi melempar sepatu Jin Kuk ke kepala Jin Kuk.
"Ini bau dan tidak keren." kata Hye Mi angkuh.
Jin Kuk tertawa.
Hye Mi akhirnya pulang ke rumah dengan berjalan kaki menggunakan "sepatu kardus".
Ketika sampai di depan rumah, Hye Mi mendengar suara caci maki para pria. Para penagih hutang datang lagi untuk mencari Hye Mi.
Hye Mi takut dan langsung bersembunyi.
Setelah para penagih hutang pulang, Hye Mi langsung masuk ke rumah dengan panik.
"Ayah! Hye Sung!" panggil Hye Mi cemas.
Adik Hye Mi, Hye Sung, keluar sambil makan roti.
"Apa yang mereka lakukan padamu?" tanya Hye Mi.
"Mereka menyuruhku menelepon begitu kau pulang ke rumah." kata Hye Sung. "Mereka akan memberiku banyak roti jika melakukannya."
Hye Sung memberikan kartu nama perusahaan kredit pada Hye Mi.
Tidak lama kemudian telepon berdering. Rupanya ayah Hye Mi yang menelepon.
"Kau dimana, Ayah?" tanya Hye Sung. "Ah, kau pernah mengatakan agar jangan bertanya ada dimana kau sekarang. Apa?! Kau akan keluar negeri? Kemana?"
Hye Mi merebut telepon itu. "Kau tidak bisa lari terus setiap hari." katanya.
"Aku akan pergi bersama bibimu ke Kanada dan membantunya." kata Ayah Hye Mi.
"Lalu kemana kami harus pergi? Rumah ini akan segera dilelang." kata Hye Mi. "Tinggalkan nomor telepon."
"Tunggulah orang ini satu... Tidak, dua bulan. Ia akan menjaga kalian." jawab Ayah. "Namanya Kang Oh Hyuk."
"Kang Oh Hyuk?!" seru Hye Mi, terkejut sekaligus marah. "Aku tidak akan pergi padanya!"
Hye Mi menutup telepon.
Kang Oh Hyuk adalah salah satu guru di sekolah Kirin. Karena dianggap tidak memiliki kemampuan, maka Bum Soo berniat memindahkan dia ke kelas persiapan perguruan tinggi.
"Aku akan melakukannya setelah mendapat persetujuan Direktur." ujar Bum Soo.
Hye Mi menemui Oh Hyun dan berbincang di restoran.
"Kau menggoda ibuku hingga ia bercerai dengan ayah." kata Hye Mi tajam dan keras.
Seluruh tamu restoran menoleh.
"Ya, aku sangat bersalah pada kalian." bisik Oh Hyun malu.
"Kau ingin membayar rasa bersalahmu?" tanya Hye Mi. "Aku dan adikku mungkin akan tinggal di jalanan. Bisnis ayahku hancur dan ia melarikan diri ke luar Korea. Jadi kami berpikir bahwa kami akan tinggal di rumahmu sampai ayah kami kembali."
Setelah selesai makan, Oh Hyun meminta Hye Mi tinggal.
"Tunggulah disini." katanya pada Hye Mi. "Aku akan mengambil mobil.
Oh Hyun masuk ke dalam mobil dan meninggalkan Hye Mi. Untuk hidup sendiri saja susah, apalagi harus menanggung Hye Mi dan adiknya. Sebagai catatan, ibu Hye Mi sudah meninggal.
Sepulang sekolah, Du Shik menjemput Hye Mi di sekolahnya. Mau tidak mau, Hye Mi terpaksa ikut dengannya.
Du Shik mengajak Hye Mi berunding.
Hye Mi memiliki banyak bakat dan kemampuan. Untuk menghasilkan banyak uang, Hye Mi harus menggunakan bakat dan kemampuannya untuk bersekolah di Kirin sampai menjadi bintang terkenal seperti Kim Hyun Joong.
Setelah lulus dari Kirin dengan nilai tertinggi, Hye Mi harus merelease album dibawah perusahaan Du Shik.
"Tapi kudengar sangat sulit masuk ke sana." kata Du Shik.
"Aku tidak takut pada ujian masuk." ujar Hye Mi angkuh.
Du Shik menyodorkan surat perjanjian.
"Bagaimana jika aku menolak melakukannya?" tanya Hye Mi.
"Jika rencana A gagal, maka akan dijalankan rencana B." jawab Du Shik. Rencana B adalah menggunakan Hye Sung sebagai alat pencari uang.
Hye Mi terpaksa setuju.
Hye Mi duduk sendirian di bangku penonton dengan sedih. Ia menatap lurus ke arah panggung, teringat saat-saat ia belajar bernyanyi dan akan mendampingi gurunya menyanyi di pertunjukan musik.
Tanpa terasa, air mata Hye Mi menetes.
Hye Mi memberitahukan Baek Hee bahwa ia akan masuk ke Kirin. Baek Hee terkejut mendengarnya. Baek Hee meminta Hye Mi bernyanyi bersamanya saat audisi karena ia juga ingin masuk ke Kirin.
Hye Mi setuju saja.
Sesuai permintaan Ha Myung, audisi Kirin akan dilakukan secara terbuka. Artinya semua orang bisa melihat peserta audisi saat melakukan performance.
Saat hari audisi, para peserta terlihat sangat gugup. Namun Hye Mi terlihat sangat santai.
Bermacam-macam peserta menunjukkan kebolehannya. Ada yang bagus, unik, jelek dan aneh.
Sebelum audisi, Hye Mi sempat bertemu dengan Oh Hyun.
"Apa kau kesini untuk ikut audisi?" tanya Oh Hyun.
"Untuk apa aku datang ke tempat yang penuh orang kotor sepertimu?" jawab Hye Mi sinis.
Nama Hye Mi dan Baek Hee dipanggil. Kini saatnya mereka maju audisi.
Saat Hye Mi dan Baek Hee bernyanyi, In Sung dan Jin Kuk melihat mereka. Jin Kuk tersenyum.
"Untuk apa dia disini?" tanya In Sung. "Bukankah ia bilang ini sekolah sampah?"
Saat bernyanyi, Baek Hee sempat bernyanyi jelek, namun Hye Mi menutupinya.
"Baik." kata Ha Myung. "Tapi hanya salah satu dari kalian yang akan lolos audisi."
Hye Mi tersenyum percaya diri.
"Kami harus lolos bersama." kata Baek Hee. "Jika kau tidak ingin meloloskan kami berdua, maka gagalkan saja kami berdua."
"Bagaimana jika kau yang lolos?" tanya Ha Myung pada Baek Hee.
"Tidak apa-apa." jawab Baek Hee. "Gagalkan saja aku. Kami akan selalu bersama..."
"Tidak." potong Hye Mi. "Aku tidak punya niat untuk gagal dalam audisi ini bersamanya."
"Hye Mi, ada apa?" tanya Baek Hee. "Bukankah kita berjanji akan selalu bersama apapun yang terjadi?"
"Kapan aku bilang begitu?" tanya Hye Mi dingin.
"Tapi, kau dan aku..." Baek Hee berkata dengan mata berkaca-kaca seraya meraih tangan Hye Mi, tapi Hye Mi menghempaskannya.
Ha Myung melihat hal itu.
"Aku akan tetap disini." ujar Hye Mi.
"Yang lolos bukan kau, Go Hye Mi." kata Ha Myung. "Tapi Yoon Baek Hee."
Semua juri menoleh kaget pada Ha Myung.
"Apa?!" teriak Hye Mi. "Kau pasti salah! Aku yang gagal?"
Ha Myung mengangguk tanpa ragu.
"Mungkin kau melihat kertas yang salah. Aku Go Hye Mi!" seru Hye Mi angkuh.
"Aku sangat yakin bahwa yang gagal adalah kau."ujar Ha Myung tenang.
"Paman!" bentak Hye Mi. "Apa kau punya kemampuan untuk menilai kemampuan seseorang?! Apa kau benar-benar ahli dibidang musik?!"
"Beraninya kau memanggil Direktur dengan sebutan Paman!" seru salah seorang juri wanita entah siapa namanya. "Tuan Kang, usir gadis itu keluar!"
Oh Hyun menarik Hye Mi keluar.
"Jangan sentuh aku!: seru Hye Mi, mencoba melepaskan diri.
"Ini sangat menarik." kata Ha Myung. "Biarkan dia."
"Aku tidak bisa terima!" ujar Hye Mi bersikeras. "Apa kau tidak mendengar dia kehabisan napas dan menghancurkan keseluruhan lagu? Kurasa kau tidak dengar. Jika kau dengar, kau tidak akan membiarkan dia lolos. Dia hanyalah orang yang mengikutiku kemari. Dia bukan siapa-siapa. Aku selalu jadi nomor satu dan dia nomor tiga."
Baek Hee memandang Hye Mi dengan terkejut dan sedih sekaligus.
Sebagai jalan tengah, Ha Myung mengusulkan diadakan tes lain.
Ha Myung memainkan piano dan menyuruh Hye Mi menebak lagunya.
Hye Mi berpikir. "Ini campuran lagu." katanya. "Lagu yang satu Gershwin, apa yang satunya lagi?"
"Aku yakin kau sudah tahu bahwa aku mencampur dua lagu." kata Ha Myung. "Yang satu adalah Summertime Gershwin, lalu apa lagu yang satunya lagi?"
"Apakah yang satunya... Saint Saens Aquarium?" jawab Hye Mi ragu.
Semua orang menarik napas panjang karena kaget. Masa lagu semudah ini dia tidak tahu?
"Yong Baek Hee, apa kau tahu jawabannya?" tanya Ha Myung.
"Lagu karangan Shin Soo Bong, I Don't Know Anything But Love." jawab Baek Hee.
"Benar."
"Bagaimana mungkin dia tidak tahu lagu itu?" komen In Sung, menonton dari tv.
"Dia bukan tidak tahu, tapi tidak memikirkannya." ujar Jin Kuk.
"Sekolah ini tidak menerima murid dari golongan tiga." kata Ha Myung. "Golongan pertama adalah murid yang memiliki bakat dan berusaha keras. Golongan dua adalah orang yang tidak memiliki bakat tapi berusaha keras. Dan golongan tiga..."
"Kau ingin mengatakan bahwa aku tidak memiliki bakat dan tidak berusaha juga?" tanya Hye Mi.
"Orang golongan tiga adalah... seseorang yang berprasangka." jawab Ha Myung. "Itulah alasan kenapa kau gagal."
"Dulu, kau selalu menjadi nomor 1." kata Baek Hee sinis. "Bagaimana rasanya menjadi orang golongan 3?"
Dan saat itulah tembakan ke bola-bola billiar dilakukan...
"Permainan baru saja dimulai, jadi jangan takut dan nikmati saja."
Hye Mi berpaling dan beranjak pergi. Namun mendadak ia berhenti.
Hye Mi berbalik lagi dan berjalan ke hadapan Ha Myung. Ia kemudian berlutut dan berkata, "Tolong selamatkan aku."