Sinopsis Shut Up Flower Boy Band Episode 9

Posted: Minggu, 18 Agustus 2013 by khyunkhyun in Label:
0

~Sinopsis Shut Up Flower Boyband Episode 9~
Su-ah membalikkan badan, akan pergi. Namun Ji-hyuk menarik tangannya dan menghadapkan badan Su-ah ke arahnya.
“Aku tidak tahu bagaimana keadaan bisa menjadi seperti ini,” kata Ji-hyuk.  “Aku tidak tahu apakah hal ini benar. Kepalaku serasa bergoncang ke mana-mana. Aku jadi gila... karena aku menyukaimu.”
Su-ah terperangah mendengar pengakuan Ji-hyuk.
Ji-hyuk masuk ke rumah atapnya. Dia mengusap-usap wajahnya. “Aku sudah gila..”
Su-ah juga masuk ke rumahnya sambil menahan senyum bahagianya.
Su-ah berbaring di ranjang sambil mengingat-ingat kejadian sebelumnya.
=Flashback=
“Kau dulu,” kata Ji-hyuk.
“Selamat atas penandatanganan album barumu,” kata Su-ah dengan tersenyum tulus.
“Ini baru satu lagu. Kau tidak perlu memberi selamat,” kata Ji-hyuk merasa malu.
Su-ah lalu bertanya apa hal yang mau dikatakan Ji-hyuk.
Ji-hyuk bercerita bahwa pihak agensi menyuruh anggota band-nya pindah ke asrama mulai besok.
Su-ah merasa kaget dan sedih namun dia tetap memasang wajah ceria.
=Flashback End=
Ji-hyuk juga berbaring di ranjang. Dia merasa malu saat mengingat pembicaraannya dengan Su-ah.
Ji-hyuk dan teman-temannya sampai di gedung yang akan menjadi asrama mereka.
Kyung-joong sangat bersemangat. “Home Sweet Home!”
Ha-jin bertanya bagaimana Kyung-joong bisa dengan yakin mengucapkan ‘home, sweet home’. “Bisa saja tempat ini seperti neraka,” kata Ha-jin sambil menyundul kepala Kyung-joong.
So-il ikut merasa pesimis dan bertanya apa mereka bisa melalui situasi di depan mereka.
“Memangnya apa yang akan kita lakukan kalau kita tidak sangup? Meninggalkan kesempatan ini?” tanya Hyun-soo.
“Kita tidak bisa melepaskan kesempatan ini. Ibuku meletakkan kontrak ini di pigura!” kata Kyung-joon.
“Ayo masuk! Kita akan menghadapi segalanya saat waktunya tiba!” kata Ji-hyuk.
Mereka tiba di apartemen asrama mereka. Belum sempat mereka melihat-lihat, seorang pria yang sudah menunggu di apartemen menyuruh mereka cepat-cepat membongkar barang mereka karena mereka akan menuju studio dalam waktu 30 menit.
Mereka berpandangan dengan wajah mengejek pria itu.
“Cepat!” perintah pria itu lagi.
Mereka menuju kamar dengan langkah santai.
Kyung-joong membuka sebuah kamar lalu melirik Ha-jin sambil menggelengkan kepala.
Mereka lalu menuju kamar selanjutnya.
Sesampainya di kamar, Kyung-joon dan Ha-jin cepat-cepat masuk dan menempati ranjang susun yang ada.
“Kami akan menggunakan kamar ini. Kalian gunakanlah kamar satunya,” kata Kyung-joon.
Ji-hyuk tertawa.
“Ya ya, cepatlah pergi,” ulang Ha-jin sambil mengibaskan tangannya.
“Baiklah. Selamat menikmati,” kata Ji-hyuk sambil membungkukkan badan. Dia, Hyun-soo, dan do-il kemudian keluar kamar.
Di kamar satunya ada 1 ranjang susun dan 1 ranjang biasa. Hyun-soo mengambil yang bawah, Do-il ranjang bagian atas, dan Ji-hyuk di ranjang biasa.
Ha-jin mengeluarkan barang-barang bawaannya di lantai, kemudian menyemprotkan moisturizer ke wajahnya karena merasa ruangan itu kering.
“Apa-apaan ini?” tanya Kyung-joon melihat barang Ha-jin berceceran.
“Apa kau melihat ada lemari di sini?” tanya Ha-jin kemudian berdiri dan keluar kamar.
“Dasar, anak itu,” kata Kyung-joon lalu merapikan barang-barang Ha-jin. (hmm, si berantakan dan si rapi)
Di studio, kelima anggota band duduk bersesakan di sebuah sofa. Mereka terlambat 2 jam dari jadwal.
Pria yang sepertinya manajer mereka menghukum Ji-hyuk cs dengan hukuman langsung ke studio setelah sekolah dan tidak melanggar jam malam selama 20 hari ke depan.
“Jam malam? Apa itu?” tanya Ji-hyuk dengan wajah menghina.
“Kami mengalami pen-skors-an, pengusiran, dan masa percobaan. Dan kau berkata bahwa kau memberi kami jam malam.. Menyenangkan bukan?” lanjut ha-jin.
Yang lain tersenyum kecil.
“Hei bukankah kita seperti trainee idol?” kata Kyung-joon.
Si manajer tidak menanggapi gurauan mereka, kemudian membagi-bagikan jadwal kehidupan mereka hingga album mereka beredar. “Kalian hanya akan mengikuti pelajaran inti di sekolah. Hei, sebenarnya apa yang kalian lakukan sampai-sampai guru-guru kalian senang karena kalian akan jarang mengikuti pelajaran?”
“Mereka mengomel karena mereka tidak bisa mengontrol kami. Sekarang mereka pasti melompat-lompat bahagia,” jawab Hyun-soo dengan muka sinis.
“Yang harus kalian pahami adalah tempat ini bukan tempat kalian bisa bersikap sesuka hati. Kalian harus ingat bahwa untuk setiap pelanggaran akan ada hukuman,” peringat manajer.
“Kalau kita membicarakan peraturan, maka tidak lama lagi kami akan mengepak barang-barang kami,” kata Ji-hyuk dengan pandangan sinis.
Manajer hanya mendecakkan lidah tidak peduli lalu keluar studio.
Langsung saja Ji-hyuk cs bangkit dan melihat-lihat alat musik yang tersedia.
Mereka mulai mencoba dengan wajah bahagia.
Do-il melakukan proses rekaman untuk memperkenalkan dirinya namun berulang kali diulang karena dia sama sekali tidak tersenyum.
“Buka mulutmu jadi kami bisa melihat gigimu. Bagian depan gigimu,” ajar Kyung-joon.
Do-il mulai berlatih sedikit tersenyum.
Hyun-soo diarahkan cara memegang gitar yang benar.
Alarm Kyung-joon berbunyi, namun baik Kyung-joon maupun Ha-jin tidak bangun.
“Apa kalian tidak akan bangun?!” teriak sang manajer.
Kyung-joon dan Ha-jin terduduk di sofa sambil kepala terangguk-angguk karena mengantuk.
“Perang macam apa yang harus aku hadapi di pagi hari, hah?” sang manajer marah-marah.
“Kenapa kau begitu marah di pagi hari?” tanya Ji-hyuk sambil mengantuk.
Sang manajer menahan amarahnya kemudian berkata bahwa Ji-hyuk cs harus sekolah dan memerintahkan semua bersiap-siap.
“Kemarin kau bilang kami tidak akan datang ke sekolah setiap hari. Kenapa hari ini kau mengatakan hal yang berbeda?” tanya Ha-jin dengan mata tertutup.
“Kalian harus memenuhi jumlah minimum masuk sekolah. Apa kalian mau dikeluarkan?” kata sang manajer.
“Kau bilang kami tidak harus sering-sering ke sekolah, kenapa kami harus pergi ke sekolah sekarang?” tanya Ji-hyuk. Tiba-tiba dia tersadar dan mengajak semua ke sekolah.
“Apa? Kenapa?” tanya Ha-jin.
“Kenapa kau tiba-tiba berubah?” tanya Kyung-joon.
“Kita adalah murid dan tugas kita adalah sekolah, apa lagi?” kata Ji-hyuk.
Manajer memandang Ji-hyuk dengan tatapan takjub. (si Bengal berubah jadi baik hahaha)
“Ayo bangunkan yang lain,” kata ji-hyuk sambil menepuk-nepuk pipi Ha-jin dan Kyung-joon.
Ha-jin dan Kyung-joon saling berpandangan keheranan.
Di sekolah seorang gadis memberi hadiah atas penandatanganan kontrak Ha-jin. Gadis itu pergi dengan malu setelah Ha-jin mengucapkan terima kasih.
Ji-hyuk yang duduk di belakang Ha-jin duduk sambil meletakkan kaki di atas meja. Ha-jin mengkritik sepatu Ji-hyuk yang jelek dan menyuruhnya membeli sepatu baru dengan uang hasil kontraknya.
Su-ah masuk ke kelas dan duduk di mejanya. Dia menoleh ke arah Ji-hyuk dan Ha-jin.
Ji-hyuk memberi tanda dengan tangannya agar Su-ah keluar kelas. Ji-hyuk menyamarkan dengan gaya mengipasi tubuhnya saat Ha-jin melihat gerakan tangannya.
“Apa?” tanya Ha-jin.
“Tidak apa-apa,” jawab Ji-hyuk sambil bangkit berdiri.
Seung-hoon yang duduk di meja sebelah Ji-hyuk menyadari gerakan tangan Ji-hyuk.
Ha-jin yang tidak sadar bertanya mengapa Jihyuk keluar padahal mereka baru saja dari luar kelas.
Su-ah tersenyum kemudian bangkit berdiri dan keluar.
Wajah Seung-hoon semakin murung.
Di tangga Ji-hyuk mengejek Su-ah bodoh karena tidak segera memahami sinyal dari Ji-hyuk. Namun Su-ah membantah dengan alasan seharusnya Ji-hyuk mengatakan secara langsung.
“Sudahlah lupakan. Bagaimana kabarmu?” tanya Ji-hyuk.
“Memang seharusnya aku bagaimana?” tanya Su-ah balik sambil tersenyum.
Well, tetangga yang melindungimu sudah keluar atau apalah...”
“Kau melindungiku?”
“Atau tidak,” kata Ji-hyuk langsung.
Su-ah tersenyum. “Aku sangat baik-baik, jadi jangan khawatir.”
“Siapa yang khawatir?” bantah Ji-hyuk, merasa malu.
“Bagaimana denganmu? Kau tidak menyebabkan masalah di apartemen kan?”
“Masalah? Kau pikir aku anak-anak?” tanya Ji-hyuk. “Anyway, telepon aku bila sesuatu terjadi. Telepon aku kalau kau merindukanku. Jaga dirimu.” Ji-hyuk lalu cepat-cepat pergi dengan wajah malu.
Su-ah menertawakan kelakuan Ji-hyuk namun dia merasa senang dengan perhatian Ji-hyuk.
Hae-ri, kakak Seung-hoon mempertemukan Seung-hoon dengan Ye-rim. Ye-rim memuji karangan seung-hoon yang sangat bagus, Seung-hoon balik memuji Ye-rim adalah penyanyi hebat sehingga lagunya bisa sangat bagus.
Ye-rim lalu bertanya apa Seung-hoon satu sekolah dengan Eye Candy.
“Ya, kenapa...?” tanya Seung-hoon dengan waut wajah tidak senang.
“Ye-rim adalah fans Eye Candy,” jawab Hae-ri. “Setelah dia mendengar kita menandatangani kontrak dengan Eye Candy, dia merasa sangat senang.”
“Ah, begitu..” kata Seung-hoon singkat.
Ye-rim menyadari bahwa Seung-hoon tidak begitu akrab dengan Eye Candy.
Hae-ri langsung mengalihkan pembicaraan seputar kerja sama lagi antara Ye-rim dengan Seung-hoon.
Ponsel Hae-ri berbunyi. Dia menerima laporan bahwa lagi-lagi pengajar Eye Candy mengundurkan diri. “Apakah masuk akal seorang pria dewasa tidak mampu mengendalikan lima anak remaja? Baiklah, suruh manajer ketiga mengurus mereka dulu. Perhatikan mereka,” perintah Hae-ri. Dia lalu menutup ponselnya.
“Ada apa?” tanya Seung-hoon.
“Tidak ada apa-apa,” jawab kakaknya sambil menghembuskan nafas kesal.
“Mulai sekarang, tidak ada jam bebas, patuhi jadwal kalian, dan tidak ada ponsel,” kata sang manajer kedua.
Di saat yang sama ponsel Ji-hyuk berbunyi dan dengan santai dia mengangkat telepon lalu berjalan pergi. Teman-teman Ji-hyuk tertawa melihat muka geregetan sang manajer.
Manajer ketiga mengangkat kontrak yang sudah ditandatangani Ji-hyuk cs. “Kalian sudah menandatangani kontrak ini dan menerima uang kontrak kalian. Kalau kalian tidak berniat melepaskan kesempatan meluncurkan album, kalian bisa menghentikan sikap membangkang kalian. Perusahaan membutuhkan...”
“Peraturan perusahaan tidak cocok dengan kami. Kami grup band. Kalian tidak memberi waktu latihan cukup bagi kami dan kalian terus saja memberitahu kami untuk melakukan ini dan itu. Kami di sini untuk memproduksi lagu jadi jangan buat kami kelelahan,” potong Ji-hyuk.
“Kalian harus melihat dari sisi lebih luas. Pikirkan proses ini sebagai cara untuk menguji kemampuan kalian.”
“Ya, kami harus menemukan potensi kami. Kenapa perusahaan yang harus menemukan potensi kami?” bantah Ji-hyuk lagi.
“Apa kalian lupa kalian di sini untuk memproduksi album?”
“Jadi kami akan mendapatkan kontrak normal kalau kami bersikap baik?” potong Hyun-soo tiba-tiba.
“Itu tergantung pada kalian.”
“Kapan kami akan memulai proses rekaman?” tanya Do-il.
“Jadwal rekaman kalian 10 hari dari sekarang. Tapi kalau kalian terus bersikap menyulitkan, jadwal kalian bisa dimundurkan,” ancam sang manajer. “Patuhi peraturan perusahaan.”
Ji-hyuk cs menghembuskan nafas bosan mendengar peraturan perusahaan.
“Kami akan mematuhi peraturan perusahaan, tapi jangan memerintahkan kami melakukan hal yang aneh-aneh,” kata Ji-hyuk.
“Aneh? Seperti apa?”
“Seperti acting.. atau menari.”
D-il, Ha-jin, Kyung-joon, dan Hyun-soo tertawa.
“Itulah mengapa kau kelihatan sangat kaku di panggung. Menyanyikan lagu tanpa berakting...” Hyun-soo tertawa kecil lagi.
Manajer ketiga tertawa meremehkan.
Proses pemotretan dimulai dengan berbagai macam keluhan grup Eye Candy seperti Ji-hyuk yang merasa rambutnya aneh, Do-il yang tidak mau rambutnya dipotong sedikit pun, dan Kyung-joon yang berpendapat baju mereka seperti seragam sekolah.
Deo-mi dan Su-ah membicarakan soal Eye Candy. Deo-mi berpendapat bahwa Eye Candy sudah mulai masuk ke ‘lingkungan’ mereka namun masih jauh tertinggal dari Seung-hoon.
Su-ah baru akan mengungkapkan pendapatnya saat Seung-hoon berjalan ke arah mereka.
Deo-mi terkaget-kaget saat Seung-hoon berjalan berlalu begitu saja tanpa menyapa Su-ah. Deo-mi marah-marah karena Su-ah bersikap buruk pada Seung-hoon sementara itu dia bersikap baik pada Eye Candy.
Su-ah melihat ke arah Seung-hoon dengan perasaan sedih.
Seung-hoon di ruang latihan saat Maro dan Pyo-joo menghampirinya. Pyo-joo mengusir Seung-hoon karena dia bukan anggota band lagi, jadi dia tidak berhak memakai ruang latihan lagi.
Maro ikut-ikutan menyuruh Seung-hoon menyerahkan kunci ruang latihan dan pergi.
Seung-hoon melemparkan kunci dengan tenang kemudian berjalan pergi.
“Apa kau harus bertindak sejauh ini agar menang?” tanya Pyo-joo, namun tidak dijawab Seung-hoon.
“Hei Seung-hoon, aku bermain di bass demi kau. Bagaimana kau bisa melakukan ini padaku?” tanya Maro. “Apakah kau tega membuang persahabatan kita?”
Seung-hoon menahan perasaan sebelum membalikkan badan dan menjawab bahwa waktu yang mereka habiskan bersama tidak terlalu penting. “Yang lebih penting adalah apa yang sudah kita pelajari satu sama lain selama ini.”
Maro semakin marah dan menuntut Seung-hoon membeberkan alasan sebenarnya dia keluar dari Strawberry Fields.
“Untuk menemukan sesuatu di depan, aku harus melepaskan yang lama. Berapa lama kalian berniat menjadi kaki tanganku?”
“Jangan mencari gara-gara. Aku tidak bisa tersenyum sambil melambaikan tangan padamu,” kata Pyo-joo.
“Tidak masalah,” kata Seung-hoon dengan enteng lalu berjalan pergi. Namun wajah Seung-hoon tidak se-enteng nada suaranya.
Pyo-joo dan Maro memandang kepergian Seung-hoon dengan marah.
Ji-hyuk sedang berada di ruang Hae-ri saat Seung-hoon masuk dan bertanya apa segalanya berlangsung dengan lancar. Ji-hyuk menjawab dengan sinis bahwa Seung-hoon terlalu tertarik dengan urusan Eye Candy.
“Aku tidak mencampuri urusan Eye Candy. Aku hanya ingin tahu seberapa jauh kau akan tumbuh.”
“Kami tidak melakukan ini demi kamu, jadi urusi saja urusanmu sendiri,” kata Ji-hyuk lalu akan keluar ruangan.
“Aku dengar kau tinggal di apartemen sekarang? Jadi.. Su-ah sendirian? Apa kau pikir kau bisa melindungi Su-ah sampai saat terakhir?”
Ji-hyuk meghampiri Seung-hoon dan mendekatkan kepalanya. “Urus urusanmu sendiri.”
Ji-hyuk lalu keluar.
Hyun-soo sedang menyanyi di ruang rekaman sambil diamati Hae-ri dan Seung-hoon. Hae-ri meminta pendapat Seung-hoon karena dia berencana memasangkan Hyun-soo dengan Hae-ri.
“Aku melihat ambisi di matanya. Dia berada di bawah bayang-bayang  Kwon Ji-hyuk, namun kemampuan vokalnya kuat.”
Hae-ri menghentikan proses rekaman dan memanggil Hyun-soo. Namun ponselnya berbunyi dan dia keluar.
Seung-hoon bertanya apa pendapat Hyun-soo atas lagu yang baru dinyanyikannya. Dia akan memberikan lagu itu pada Hyun-soo kalau dia menyukainya. “Karena laguku bisa membantumu menjadi bintang besar.”
Di luar dugaan, Hyun-soo justru mengatakan bahwa lagu itu murahan. Sambil berlalu pergi dia mengatakan bahwa dia bisa menjadi bintang besar tanpa lagu dari Seung-hoon dan dia menyuruh Seung-hoon menunggu dan melihat.
“berarti dia ada keinginan menjadi bintang besar,” kata Seung-hoon pada dirinya sendiri.
Ha-jin mengambil minuman dari kulkas dan kaget saat mendengar suara Do-il dari kursi sofa.
Do-il berkata bahwa dia terbiasa tidur di tempat billiard sehingga dia merasa nyaman tidur di sofa.
Bel pintu berbunyi dan Ha-jin kaget lagi. “Aku rasa ada sesuatu yang salah denganku. Ada seseuatu yang membuatku takut.”
Do-il membuka pintu, ternyata yang datang adalah Woo-kyoung sambil membawa macam-macam makanan seperti kimchi, makanan penutup, dan cemilan kesukaan mereka.
Kyung-joon yang baru muncul dan Ha-jin langsung mengambil makanan tapi oleh Woo-kyoung dilarang karena Ji-hyuk belum datang. Kyung-joon memberitahu Woo-kyoung bahwa Ji-hyuk tidak ada di rumah dan mereka tidak tahu dia ke mana. Woo-kyoung mempunyai dugaan ke mana Ji-hyuk pergi dan mukanya semakin keruh.
Ji-hyuk menunggu di depan pagar rumah Su-ah sambil bergerak-gerak karena dia kedinginan.
Su-ah tersenyum melihat kelakuan Ji-hyuk dan bertanya apa yang Ji-hyuk lakukan.
Ji-hyuk yang tertangkap basah mengatakan bahwa ada sesuatu yang tertinggal.
“Kalau begitu ambil dan pergilah.” Su-ah akan masuk, merasa kecewa karena Ji-hyuk ternyata tidak mencarinya.
Ji-hyuk menahan Su-ah sambil bertanya apa Su-ah akan masuk begitu saja.
“Kau kemari bukan untuk mencariku, untuk aku menemanimu?” jawab Su-ah.
Ji-hyuk lalu menggunakan alasan dia merasa lapar.
Mereka berpandangan dan tertawa kecil.
Ji-hyuk dan Su-ah memasak bersama. Saat Ji-hyuk berkonsentrasi pada memasak, Su-ah mengukur lebar sepatunya dengan sepatu Ji-hyuk.
Tiba-tiba pintu diketuk oleh pemilik rumah.
Su-ah keluar. Pemilik ruma mengatakan bahwa gangster yang mencari Su-ah ingin mengontrak rumah yang ditempati Su-ah. Pemilik rumah merasa ketakutan dan mengatakan bahwa dia akan memberikan rumah pada gangster itu bila gangster itu datang lagi.
Ji-hyuk mendengar semuanya namun dia berpura-pura tidak mendengar apapun saat Su-ah masuk.
“Sudah selesai? Ayo makan,” kata Su-ah dengan ceria.
Mereka makan bersama dengan suasana ceria.
Su-ah lalu bertanya bagaimana rasanya tinggal di apartemen.
Ji-hyuk bercerita bahwa dia sebenarnya tidak mengerti apa yang grup band-nya laukan dan dia merasa khawatir apa respon masyarakat saat album mereka keluar.
Su-ah mengatakan bahwa cara Eye Candy memainkan music menunjukkan bahwa mereka menyukai apa yang mereka lakukan dan itulah yang membuat orang-orang suka pada mereka.
“Kau jatuh cinta padaku,” kata Ji-hyuk dengan nada bercanda. Dia kemudian pamit pulang karena sudah malam dan mengingatkan Su-ah segera tidur dan jangan terlalu memikirkannya.
“Kau punya bakat jadi diktaktor,” goda Su-ah.
Do-il mengantarkan Woo-kyoung sampai ke depan gedung. Dia bertanya mengapa Woo-kyoung tidak menunggu sampai Ji-hyuk pulang.
“Aku sibuk,” jawab Woo-kyoung dengan raut wajah kecewa.
Do-il tersenyum mendengar jawaban Woo-kyoung.
Woo-kyoung menjelaskan bahwa dia juga bisa sibuk. Bekerja di salon dan mendaftar di sekolah tata rias. “Aku bahkan belajar Inggris,” katanya sambil tertawa malu. “Aku harus melalui jalanku sendiri juga. Ji-hyuk sudah sampai sejauh ini. Kalau aku tidak berusaha dari sekarang, aku tidak akan bisa menangkapnya.”
Raut wajah Do-il mendung lagi mendengar alasan Woo-kyoung berusaha keras.
“Aku pulang dulu,” pamit Woo-kyoung. Do-il bersikeras mengantarkan Woo-kyoung sampai rumah meskipun Woo-kyoung menolak.
Ye-rim sedang melakukan proses rekaman, namun berkali-kali dihentikan Seung-hoon karena nada Ye-rim kurang ceria dan kurang lembut bahkan cenderung datar.
Ha-jin berkata pada Kyung-joong bahwa Seung-hoon sengaja melakukan itu untuk membuat dewi-nya kesulitan. Kyung-joong menyodok perut Ha-jin.
“Apa tidak ada seseorang yang muncul di benakmu saat kau menyanyikan lagu itu?” tanya seung-hoon.
Ye-rim melirik Hyung-soo yang sedang memain-mainkan gitarnya. Ha-jin dengan bersemangat melambai-lambaikan tangannya, Kyung-joong lalu memukul tangannya.
“Kali ini, cobalah lebih fokus pada mengikuti alur lirik lagu.”
Proses rekaman diulangi lagi dan berjalan lebih baik. Ye-rim memandang ke arah Hyung-soo. Hyung-soo yang merasa diperhatikan menatap balik Ye-rim.
Ha-jin terpesona dengan Ye-rim dan memandang Ye-rim tanpa berkedip.
“Seung-hoon benar-benar berlaku seperti penulis lagu. Dia memegang erat si penyanyi di tangannya,” bisik Kyung-joong ke Ha-jin.
Namun Ha-jin yang terus terpesona pada Ye-rim tidak mendengarkan dan justru berkata bahwa ye-rim jatuh cinta padanya dan lagu itu pasti untuknya.
Kyung-joong memukul kepala Ha-jin lagi dan menyuruhnya membetulkan isi otaknya.
Seung-hoon yang merasa terganggu suara Ha-jin dan Kyung-joong menyuruh mereka keluar.
“Pecundang itu semakin buruk sikapnya,” bisik Ha-jin.
Proses rekaman Ye-rim selesai. Saat keluar ruangan, dia dan Hyung-soo berpandangan. Seung-hoon juga ikut keluar.
Produser rekaman memanggil Eye Candy dan berkata bahwa dia khawatir karena mereka adalah pemula. Nadanya seperti meremehkan Eye Candy.
Produser lalu menyuruh mereka masuk ruang rekaman dan bersiap-siap.
Ji-hyuk memberi semangat grup band-nya agar tidak gugup.
Saat proses rekaman, produser masuk ruang rekaman dan bertanya siapa yang menulis lagu itu karenan nada lagunya sangat kacau. Dia menyuruh agar dilakukan perbaikan, namun ditolak oleh Ji-hyuk.
Produser merasa marah kaena penolakan Ji-hyuk dan berkata bahwa lagu seperti itu tidak mungkin bisa menjadi hits.
“Dengar, Pak. Aku tidak tahu tentang ke-arogan-an, tapi lagu itu penting bagi kami. Dan ini sesuai dengan gaya Eye Candy.”
“Musik Eye Candy? Apa jalur musik kalian?” tantang produser.
Anggota lain mulai emosi.
“Bertingkah seperti ini. Kalau kalian di sini, kalian harus melakukan seperti yang diperintahkan!” bentak produser.
“Apa katamu?’ Ji-hyuk melepas kabel gitar dengan kasar.
“Apa ada yang salah dengan lagu kami?” tanya Hyung-soo.
“Dengarkan aku. Apa Eye Candy budak perusahaan?” lanjut Ha-jin.
“Lupakan saja. Kita hentikan. Membuatku kesal,” kata Kyung-joong.
“Kalian ubah nada lagu ini atau aku sendiri yang akan mengubah dan kalian harus mengikuti. Apa kalian paham?”
Do-il memain-mainkan stik drum-nya dan memandang tajam si produser.
Produser kemudian keluar ruangan.
Su-ah melihat-lihat sepatu dan menemukan sepatu yang cocok dengan ukuran Ji-hyuk.
Ha-jin, Kyung-joog, dan Hyun-soo duduk di kamar dan membicarakan soal perubahan yang diminta produser.
Kyung-joong tidak rela bila lagu Byung-hee dirusak oleh si produser.
Ha-jin dengan santai berkata bahwa Ji-hyuk sebagai leader akan mengurus soal itu (hiks3, jadi keinget leeteuk SJ..). Kepalanya dipukul lagi oleh Kyung-joong. Ha-jin mengomel bahwa Kyung-joong sering sekali memukul kepalanya akhir-akhir ini.
Hyun-soo lelah melihat tingkah laku mereka kemudian dia tidur.
Ha-jin dan Kyung-joong melanjutkan pembicaraan soal lagu. Ha-jin berkata bahwa dia benci kalau lagu karangan Byung-hee diubah-ubah.
Kyung-joong memperhatikan Hyun-soo yang sedang tidur dan berkata bahwa Hyun-soo yang tidak pernah tersenyum saat bangun justru tersenyum saat tidur.
Senyum Hyun-soo semakin lebar. “Apa yang dia mimpikan?” kata Ha-jin heran.
Do-il dan Ji-hyuk sedang mengubah nada lagu. Ji-hyuk mengingat-ingat saat produser bertanya apa jalur music Eye Candy dan saat Byung-hee bertanya apa alasan dia bergabung di band. Ji-hyuk semakin frustasi.
“Do-il, menurutmu apa jenis music yang diinginkan Byung-hee?” tanya Ji-hyuk.
“Pikirkan apa jenis music yang kau inginkan. Kalian berdua selalu menulis lagu bersama-sama,” jawab Do-il bijak.
Ji-hyuk lalu mengingat saat Byung-hee berkata dia merasa senang berada satu band dengan Ji-hyuk. Dia juga mengingat perkataan Su-ah bahwa band Eye Candy menunjukkan ke-solid-an yang seakan berkata bahwa dengan bersama-sama membuat band semakin kuat.
“Itu dia. Sebuah renungan,” kata Ji-hyuk. Dia lalu mengubah nada lagu dengan semangat baru.
Su-ah sedang menghiasi sepatu untuk Ji-hyuk dengan hiasan bintang.
Ji-hyuk menemui Hae-ri di ruangannya.
Hae-ri berkata bahwa dia juga ada hal yang ingin dibicarakan. Dia berkata bahwa Eye Candy akan memulai promo setelah selesai proses rekaman. Dia lalu menyerahkan skrip yang diperlukan untuk proses interview. Ji-hyuk dan teman-temannya diperintahkan untuk mengingat-ingat jawaban-jawaban itu.
“Kami tidak semua sepintar itu...,” jawab Ji-hyuk.
Hae-ri lalu menyerahkan desain cover CD berjudul Black Heart.
“Apa yang baru saja kau katakana? Black Heart?” tanya Ji-hyuk.
“Apa kalian berniat debut dengan nama Eye Candy? Nama itu seperti nama panggilan tetangga yang kekanak-kanakan.”
“Kata siapa?” tanya Ji-hyuk.
“Kataku,” jawab Hae-ri santai.
“Apa Eye Candy milikmu?” Ji-hyuk mulai marah.
“Aku rasa begitu. Bukankah itu hakku bila aku ingin menjadikan milikku sebagai yang terbaik?”
“Aku anggap aku tidak pernah mendengar soal itu.”
“Aku rasa kau merasa malu dengan nama seperti Kwon Ji-hyuk. Eye Candy, arti dasarnya adalah kau tampan. Bukankah nama itu murahan?”
“Memangnya kenapa?” Ji-hyuk menjawab dengan nada tinggi.
“Baiklah, masalah nama kita pending dulu sampai lagu kalian selesai, dan kita akan membicarakan soal ini nanti. Lalu apa yang mau kau bicarakan?”
“Kami tidak berniat tetap di perusahaan ini setelah lagu kami keluar. Jadi, kalau kau megacaukan kami atau lagu kami, kami akan langsung mengepak barang-barang kami.”
“Kau percaya diri bahwa kalian bisa sukses dengan usaha sendiri?”
“Bukan soal kepercayaan diri. Kalau Eye Candy dubah-ubah, maka tidak akan ada artinya.”
“Tidakkah kau berpikir kau akan lebih sukses bila kau menyingkirkan kekeraskepalaanmu?”
“Aku tidak benar-benar peduli apakah orang-orang akan menyukai kami atau tidak, aku tidak akan melepaskan spirit rock-ku. Aku hanya peduli bahwa bermain music dengan teman-temanku sangat menyenangkan. Aku akan memikirkan masa depanku saat waktu itu tiba.”
“Kenapa kau begitu melekat dengan teman-temanmu?”
“Karena tanpa mereka, aku tidak punya apa-apa,” jawab Ji-hyuk lugas.
Hae-ri sedikit tersentuh dengan jawaban Ji-hyuk, lalu dia berkata bahwa lagu itu adalah tes kemampuan Ji-hyuk. “Aku akan melihat seberapa jauh kalian bisa menaklukkan pasar.”
“Terima kasih,” kata Ji-hyuk sambil tersenyum.
“Aku juga akan melihat seberapa lama kau tidak memiliki ambisi. Banyak hal akan berubah,” tegas Hae-ri.
“Ya, Bu,” jawab Ji-hyuk. Dia kemudian berdiri dan berjalan keluar sambil mengepalkan tangannya, merasa senang. Hae-ri tersenyum kecil melihat tingkah Ji-hyuk,
Grup band Eye Candy yang lain menunggu Ji-hyuk di ruang rekaman.
Kyung-joong bertanya kira-kira apa hasil Ji-hyuk menemui Hae-ri.
Hyun-soo dengan santai berkata bahwa mengubah lagu Byung-hee bukan hal yang buruk.
“Jadi kau memperbolehkan mereka menyentuh lagu Byung-hee?” tanya Ha-jin.
Hyun-soo beralasan bahwa mereka adalah orang yang professional di bidangnya sementara Eye Candy bahkan tidak bisa menulis lagu.
“Sepertinya kita harus meletakkan dia di tempat tidur lagi,” kata Ha-jin ke Kyung-joong. Kyung-joong tertawa kecil.
“Apa? Meletakkannku di mana?” tanya Hyun-soo.
Kyung-joong bertanya apa yang diimpikan Hyun-soo semalam, namun Hyun-soo tidak mau mengaku.
Jawaban Hyun-soo justru menjadi bulan-bulanan Ha-jin dan Kyung-joong. Do-il menghentikan mereka dan menyuruh mereka memulai latihan.
Hyun-soo mengalihkan pembicaraan dengan bertanya kenapa Ji-hyuk tidak kembali-kembali.
Produser lagu masuk dan akan menjawab di mana Ji-hyuk tepat saat Ji-hyuk masuk. Produser kemudian berkata pada Ji-hyuk bahwa dia terkesan dengan kemampuan Ji-hyuk merayu Hae-ri. “Kau lebih ambisius daripada dugaanku.”
Hyun-soo menatap tajam si produser.
“Ya,” jawab Ji-hyuk singkat.
Tiba-tiba Kim C masuk sambil berkata bahwa Direktur Yoo tidak akan semudah itu luluh karena wajah cantik Ji-hyuk.
Semua terperangah.
“Kenapa Anda di sini?” tanya produser.
“Direktur Yoo menyuruhku mengawasi anak-anak ini,”jawab Kim C. Eye Candy merasa sangat senang.
Produser kemudian meminta tolong Kim C membujuk Eye Candy agar mau mengubah nada lagu, namun tidak digubris Kim C. Kim C justru menyuruh mereka segera memulai proses rekaman. “Biarkan spirit lagu itu apa adanya dan rekamlah,” lanjut Kim C.
Produser masih terperangah. “Apa aku harus mengulangi perkataan Direktur Yoo? Oh ya, jangan memotong-motong proses rekaman. Rekamlah secara langsung,” kata Kim C.
Proses rekaman dimulai. Eye Candy memainkan lagu dengan perasaan senang. Mereka membayangkan saat-saat Byung-hee masih ada dan kegembiraan yang mereka rasakan saat itu.
Seusai proses rekaman, Kim C mendatangi Eye Candy yang duduk di lantai.
“Apa kalian tahu apa yang kalian lakukan hari ini?” tanya Kim C.
Semua berpandangan tapi tidak ada yang tahu.
“Tingkah laku. Well, itu bisa dimengerti karena kalian masih muda. Aku pergi dulu.” Kim C kemudian pergi.
“Kenapa pria itu selalu pergi setelah mengatakan sesuatu yang membingungkan?” tanya Ha-jin.
“Bukankah tingkah laku itu berarti kita memiliki karisma tertentu?” kata Kyung-joong dengan mimic lucu. Hyun-soo memukul pundaknya sambil tertawa kecil.
Eye Candy melihat layar laptop dengan tegang dan menghitung mundur dari angka 5.
“5,4,3,2,1!”
Ji-hyuk menekan tombol enter dan mereka bersorak karena akhirnya lagu Byung-hee bisa didengar semua orang.
Lagu Byung-hee menjadi hits. Bahkan Maro juga mendengarkan lagu itu.
Su-ah melihat ke arah bangku Ji-hyuk yang sekarang kosong dengan ekspresi sedih.
Ayah Su-ah duduk di depan computer. Dia lalu menelepon Su-ah dan memastikan Su-ah makan dengan baik. Saat Su-ah bertanya apa yang dimakan ayahnya, dia menjawab bahwa dia makan daging iga.
Dia menasehati Su-ah agar jangan pulang terlalu malam dan bahwa dia juga akan segera pulang. Dia kemudian menutup telepon.
Di layar computer muncul ulasan tentang Eye Candy. “Ah, Eye Candy. Aku tidak menyangka mereka bisa sesukses ini.” Dia kemudian mengambil mie instan di cup. “Iga sapi berbentuk ramen,” katanya dengan sedih kemudian memakan mie itu.
Deo-mi dan Su-ah sedang makan di cafe saat sekelompok siswa membicarakan tentang Eye Candy.
Deo-mi dan Su-ah merasa senang dengan kesuksesan mereka. Namun Deo-mi berkata bahwa Eye Candy mulai  jauh dari jangkauan mereka.
Wajah Su-ah menjadi murung dan dia menghembuskan nafas.
Woo-kyoung dan seorang temannya akan menemui band Eye Candy. Kaki teman Woo-kyoung kesakitan karena dia memakai sepatu baru. Dia kemudian beristirahat di sebuah kursi.
Di saat bersamaan segerombol orang lewat. Salah seorang dari mereka – yang pernah bertengkar dengan Woo-kyoung – memandang tajam Woo-kyoung.
Teman Woo-kyoung menyuruh Woo-kyoung membelikan tensoplas.
Ponsel Su-ah berbunyi, ternyata pesan dari Ji-hyuk yang berkata bahwa dia bebas mala mini dan akan ke tempat Su-ah.
Su-ah tersenyum senang.
Grup Eye Candy (kecuali Ji-hyuk) pergi ke tempat berkumpul mereka yang lama. Mereka sangat senang karena mereka merindukan tempat itu.
“Mungkin ini kunjungan terakhir kita sebelum kita melakukan promo album,” kata Hyun-soo.
Kyung-joong bertanya-tanya ke mana Ji-hyuk, namun tidak ada yang menjawab. Do-il bahkan sudah tertidur di sofa. Ponsel Kyung-joong berbunyi, ada telepon dari Min-young. Dengan panic Min-young berkata bahwa Woo-kyoung terlibat pertengkaran.
Do-il langsung berlari pergi.
“Bukankah sebaiknya kita menjauhi pertengkaran?” tanya Hyun-soo.
“Apa yang kau bicarakan? Woo-kyoung kita sedang ada masalah..,” kata Ha-jin lalu menyusul Do-il.
“Ayo pergi. Bukan saatnya kita bersikap seperti ini,” kata Kyung-joong kemudian ikut pergi.
Hyun-soo meringis sebelum kemudian ikut pergi.
Su-ah sampai di rumah dan mendapati barang-barangnya sudah di luar. Dia mengingat perkataan pemilik rumah dan menahan tangisnya.
Ji-hyuk membeli berbagai macam makanan dengan wajah gembira.
Ji-hyuk menerima telepon dari teman-temannya dan buru-buru pergi setelah meletakkan barang-barangnya di kasir. Karena buru-buru dia tidak menyadari bahwa ponselnya ikut dia letakkan di kasir. Su-ah yang berusaha menelepon Ji-hyuk tidak bisa menghubungi Ji-hyuk.
Woo-kyoung dikerumuni teman gadis yang pernah bertengkar dengan Woo-kyoung. Pacar gadis itu maju ke arah Woo-kyoun saat Min-young maju sambil berteriak bahwa beberapa pria menakutkan akan datang. Woo-kyoung justru memarahi Min-young karena memanggil Eye Candy untuk mengurusi hal tidak penting.Pacar gadis yang pernah bertengkar dengan Woo-kyoung mulai maju sambil meraih kerah baju Woo-kyoung.
“Jangan coba-coba menyentuhnya!” Do-il cs datang dan maju.
Ji-hyuk berlari-lari. Posisi Eye Candy mulai kalah. Tiba-tiba Ji-hyuk datang dan memompa semangat teman-temannya. Mereka akhirnya menang.
Kyung-joong mengalami memar-memar di wajahnya. Hyun-soo tidak terluka sedikit pun karena dia sigap. Woo-kyoung bertanya dengan wajah sedih mengapa mereka datang di saat krusial seperti ini. “Bagaimana bila kalian kena masalah karena terlibat pertengkaran?”
“Tidak apa-apa. Sudah selesai,” Ji-hyuk menepuk-nepuk pundak Woo-kyoung. Woo-kyoung memeluk Ji-hyuk sambil menangis.
Do-il menjadi murung.
Tiba-tiba mobil polisi berdatangan.

Related Posts by Categories

0 komentar: