Sinopsis Good Doctor Episode 2 part 2
Posted: Senin, 19 Agustus 2013 by khyunkhyun in Label: Good Doctor
0
Sinopsis Good Doctor Episode 2 part 2
Park Shi On jatuh tersungkur karena pukulan Kim Do Han, tapi dia sama sekali tidak merasa kesakitan bahkan saat sudut bibirnya terluka. Yoon Seo mendekatinya, Kim Do Han yang di tahan oleh para dokter lain, meminta di lepaskan dia masih ingin melampiaskan amarahnya pada Park Shi On karena telah membawa mereka semua ke dalam kondisi kritis. Kim Do Han melihat Park Shi On yang malah tersenyum, makin kesal-lah dia, “Kau tersenyum? Kau pikir aku main-main?”
Yoon Seo cemas melihat kemarahan Kim Do Han, dia meminta Shi On untuk meminta maaf dan menyesali perbuatannya, tapi Shi On tak mengatakan apapun. Kim Do Han berkata, “Bagaimana bisa dia minta maaf, kalau dia tidak tahu apa yang salah? Hanya karena pasien baik - baik saja, lalu kau senang? Ini sama sekali tidak baik. Kita mungkin saja beruntung karena kedua anak itu hidup, tapi, bisa saja mereka berdua mati hanya karena dirimu! Yang lebih buruk dari dokter yang tidak peduli terhadap pasiennya adalah orang yang tidak bisa membersihkan masalah yang diciptakannya sendiri. Perilakumu yang tidak menggunakan pemikiran yang matang akan membuat baik pasien dan dokternya mati.” Kim Do Han benar-benar kesal pada Shi On.
Yoon Seo berkata dia akan membuat Shi On mengerti dan bersiap membawanya pergi. Kim Do Han berkata tidak perlu, hanya pastikan saja agar Shi On tidak menampakan wajahnya lagi di depannya. Kim Do Han masuk ke dalam ruang operasi dan melampiaskan amarahnya dengan mendorong kereta dorong disana. Kim Do Han benar-benar merasa kesal dan marah pada Park Shi On.
Dokter Kepala Go mulai mengoceh lagi, mempertanyakan apa yang telah dilakukan oleh Kim Do Han? Dia berpikir Kim Do Han tidak menunjukkan respek pada dirinya sebagai senior dan Dokter kepala, saat sedang mengoceh, tiba-tiba sebuah bola golf jatuh dari saku celana Dokter Kepala. Kim Do Han memungut bola itu dan memperlihatkan wajah dinginnya pada Dokter Kepala, saat dirinya menghadapi kondisi krisis di ruang operasi, Dokter Kepala malah sedang bergolf ria, menarik bukan? Dokter Kepala langsung terlihat gugup menerima bola yang disodorkan Kim Do Han padanya. Perawat Jo mencibir, “Jadi anda pergi ke seminaf golf?”
Yoon Seo membawa Shi On ke suatu tempat dan mengobati lukanya, Shi On berkata dia sangat menyukai kupu-kupu. Yoon Seo tidak mengerti apa yang dikatakan Shi On. Yoon Seo bertanya apakah Shi On belum juga mengerti apa kesalahannya?
Shi On nampak tidak tertarik. Yoon Seo dengan sabar menjelaskan, tentang ahli bedah yang paling mengetahui kondisi pasiennya sementara ahli bedah lainnya belum tentu tahu benar kondisi pasien orang lain. Itulah mengapa Profesor Kim Do Han meminta mereka menunggu kedatangan Dokter Kepala Go.
Juga tentang fokus yang menjadi sumber utama dalam kehidupan seorang dokter. Park Shi On telah mengacaukan fokus semua orang hari ini dengan membawa mereka kedalam situasi yang panik. Shi On masih berekspresi seperti tadi, Yoon Seo sedikit frustasi hingga berkata, “Bertingkahlah seolah kau mengerti…”
Yoon Seo medapatkan telepon yang memintanya untuk datang ke tempat lain. Yoon Seo berpesan pada Park Shi On agar dia menunggu disana dan tidak pergi kemana-mana setelah itu mereka akan pergi ke ruang staf bersama-sama. Yoon Seo tidak mengijinkan Park Shi On untuk pergi sendirian kesana. Hmm,, mungkin Yoon Seo takut Kim Do Han akan menyerang Park Shi On kembali.
Perawat Jo menemui Shi On dari balik pintu. Dia menyodorkan kepalan tangannya pada Shi On mengajaknya tos karena mereka hari ini telah bekerja sama dengan baik. Bukannya ber-tos ria, Shi On malah berpikir Perawat Jo mengajaknya suit gunting-batu-kertas. Apa yang mengalahkan batu? Tentu saja kertas. Hahaha,, susah ya berinteraksi sama orang dewasa dengan mental sepuluh tahun. Perawat Jo berkata, bukan itu maksudnya, dan dia pun mengepalkan tangan Shi On supaya mereka bisa melakukan tos^^
Kim Do Han meminta maaf pada Direktur Choi untuk tindakannya saat memukul Park Shi On, Untuk sesaat dia benar-benar merasa sangat marah. Direktur Choi mengerti, Kim Do Han berhak marah karena Shi On telah melakukan hal yang bisa membuatnya marah. Direktur Choi meminta maaf pada Kim Do Han karena telah memberi beban seberat ini padanya. Kim Do Han jadi tak enak hati mendengar perminta maaf-an Direktur Choi. Sebelum mengurusi masalah Park Shi On, sepertinya mereka harus lebih dulu mengurus masalah Heta Vizen. Itu artinya Direktur Choi harus menindak lanjuti kelalaian yang dilakukan Dokter Kepala Go terhadap Seung Hoo.
Direktur Choi berkata pada Kim Do Han, “Profesor Kim, ada yang harus kau ketahui tentang Park Si On.” Kim Do Han menjadi tegang menanti apa yang akan dikatakan Direktur padanya tentang Park Shi On.
Di atas Atap Rumah Sakit. Kim Do Han mencengkram pagar pembatas sambil menahan emosinya, dia mengingat apa yang dikatakan Direkur Choi tentang Park Shi On, “Aku mengatakan ini padamu karena kau mungkin akan salah dalam memahaminya. Alasan mengapa Si On tersenyum saat kau memukulnya, adalah karena dia masih memiliki tendensi autisme. Rasa takut dalam dirinya ditunjukkan dengan cara yang berlawanan. Oleh karena itulah, dia semakin sering dipukuli oleh teman - temannya saat dia masih kecil. Karena dia terus tersenyum bahkan pada saat dia dipukul sekalipun.” Sedikit banyak mungkin Kim Do Han jadi sedikit merasa bersalah atau malah menjadi semakin kesal karena mengetahui kondisi Park Shi On itu?
Park Shi On menjenguk Seung Hoo yang sudah di kembalikan ke ruang rawat. Shi On menatap Seung Hoo dengan lega. Shi On berkata, “Gomawo, Seung Hoo-ya”
Saat Shi On keluar dari kamar rawat Seung Hoo, Ibu Seung Hoo berterimakasih padanya karena Shi On, akhirnya Seung Hoo bisa kembali terselamatkan. Ibu Seung Hoo berkata, dia akan bilang pada Seung Hoo untuk hidup dengan penuh semangat, dan kelak setelah dewasa Seung Hoo bisa menjadi orang baik seperti Shi On. Sekali lagi Ibu Seung Hoo mengucapkan terimakasihnya. Tanggapan Shi On? Seperti biasa,,, dia hanya menunduk mendengarkan Ibu Seung Hoo saja, tidak membalas ucapannya bahkan tersenyum pun tidak.
Shi On duduk disebuah bangku di taman. Dia sedang merenung, mungkin sedang merenungkan kesalahannya atau memikirkan yang lain? Yoon Seo mencari Shi On dan akhirnya menemukannya di bangku taman. Yoon Seo mendekatinya dan berkata, “Aku bilang jangan pergi kemana - mana. Kau benar - benar tidak mendengarkan aku.” Shi On hanya menatapa Yoon Seo sekilas lalu kembali tertunduk.
Yoon Seo bertanya, Shi On belum makan siang kan? Yoon Seo menyodorkan sebuah roti agar Shi On memakannya. Shi On menolak makan, “Aku tidak mau makan” Yoon Seo memaksa bagaimanapun Shi On harus tetap makan bahkan saat dia sedang marah sekalipun. Yoon Seo terus memaksa, bahkan dia memaksa membuka mulut Shi On untuk memasukan roti yang di bawanya agar Shi On memakannya.
Kim Do Han menyaksikan apa yang sedang Yoon Seo lakukan pada Shi On, dia tertawa sini dan tak habis pikir. Setelah Shi On melakukan kesalahan besar pun orang-orang masih peduli padanya. Sepertinya itu yang semakin membuat Kim Do Han kesal.
Disaat Kim Do Han memendam kekesalannya itu, Profesor Kim Jae Joon, Dokter Kepala Departement HPB datang menemuinya, “Profesor Kim. Aku dengar kau mendapat masalah karena anak aneh itu? Oleh karenanya aku ingatkan kau bahwa kita semestinya tidak menerimanya. Kau semestinya tetap tinggal di departemenku. Mengapa kau membuat masalah sendiri dengan dipindah ke bagian Pediatri”
Kim Do Han tersenyum miris dan berkata dia tidak memiliki masalah apapun di Departemen Pediatri, lagipula sebenarnya setiap Departemen pasti memiliki masalahnya masing-masing. Dokter Kepala Kim mengatakan bahwa Departemen Pediatri itu punya banyak masalah, selain karena Park Shi On, ada juga Cha Yoon Seo yang sering membuat masalah. Kim Do Han bingung, “Cha Yoon Seo?”
Dokter Kepala Kim menjelaskan, “Ada pasien hepatoblastoma di Departemen kami. Dua hari lalu, Cha Yoon Seo menimbulkan masalah dengan bertengkar untuk memindahkan anak itu.” (Hepatoblastoma: penyakit hati ganas yang timbul pada bayi dan anak – anak) Dokter Kepala Kim membayangkan saat Yoon Seo bertengkar dengan anak buahnya untuk memindahkan anak itu ke Departemen Pediatri.
Raut wajah Kim Do Han langsung mengeras, apalagi setelah dia mendengarkan komentar selanjutnya dari Dokter Kepala Kim,
“Hanya karena dia rangking satu dikelasnya, apakah lantas dia meremehkan teman sekelasnya? Dokter Kepala Go mungkin sibuk menjaga dirinya sendiri. Mungkinkah,,, itu bukan perintahmu kan?”
Kim Do Han menjawab, “Bukan. Aku akan menegurnya”
“Kau harus. Kami tidak harus mengirimkan semua pasien anak ke Departemenmu, kan? Kau bahkan tidak akan mampu menanganinya. Ikuti saja aturan, dan jangan terlalu arogan. Ah, ada lagi... Jaga baik - baik Kepala Departemen-mu. Dia adalah kolegaku. Kolegaku..”
Kim Do Han hanya bisa menundukan kepalanya memberi hormat pada seniornya itu.
Kepala Perawat sedang mengomeli Perawat Jo yang berani-beraninya terlibat dalam operasi. Itu sama saja dengan mengabaikan tugasnya sebagai perawat Bangsal. Perawat Jo membela diri, dia itu tidak menjual rumah sakit, hanya sdikit kesalahan kecil yang tidak berakibat fatal, toh Seung Hoo juga akhirnya terselamatkan. Tapi tetap saja, apa yang akan terjadi jika ada keadaan krisis di bangsal selama Perawat Jo meninggalkan tugas.
Kepala perawat mengatakan jika Perawat Jo harus bersiap dengan hukumannya, menulis surat permohonan dan pemotongan gaji. Perawat Jo langsung protes, dia tidak suka dengan ide itu. Lebih baik dia menuliskan 100 lembar surat permohonan maaf dibanding pemotongan gaji, seharusnya Kepala perawat tahu, jika sewa rumah dan biaya makannya sama sekali tidak murah. Kepala perawat berkata, “Siapa suruh kau membuat masalah”
Tiba-tiba terdengar keributan para perawat diluar, hingga pintu ruangan Kepala Perawat terbuka karena terdorong dari luar, ternyata itu adalah pasien dari bangsal anak-anak. Mereka memberikan bungkusan pada Perawat Jo lalu berkata, “Ini. ini ada pasir. Lemparkan ke mata Kepala Perawat. Kau bilang begitulah cara kita mengalahkan orang lain!” Perawat Jo merasa bisa gila karena kelakukan anak-anak itu. Kepala Perawat menatap geram pada perawat Jo yang langsung membawa anak-anak untuk segera keluar dari sana.
Chae Kyung menemui Wakil Presdir Kang dan membicarakan tentang restruktur pegawai yang sepertinya sudah membuat Presdir marah dengan idenya. Wakil Presdir Kang akan membuat rencana lain kalau begitu. Chae Kyung memuji kemampuan Wakil Presdir Kang, “Kemampuanmu terlalu baik untuk rumah sakit kita” Wakil Presdir Kang berterimakasih mendengar hal itu.
Tapi… Chae Kyung jadi penasaran, itu menjadi hal yang misterius mengapa orang kemampuan setaraf Wakil Presdir Kang bersedia bekerja untuk menyelamatkan RS Universitas Sung Won yang biasa saja. Wakil Presdir Kang berkata, bahwa RS Universitas Sung Won adalah salah satu RS terbaik bahkan nilai sahamnya pun lebh tinggi dibanding RS lainnya. Chae Kyung berkata bahwa dia akan senang jika Wakil Presdir Kang mau mengajari kemampuannya itu pada Chae Kyung. Wakil Presdir Kang senang mendengarnya dan dia mendukung Chae Kyung untuk memimpin RS Universitas Sung Won nantinya.
Cha Yoon Seo datang ke ruang staf, dia memanggil Shi On yang enggan masuk, “Mengapa kau tidak masuk, Dokter Park” Dengan ragu-ragu Park Shi On masuk ke ruangan staf. Dokter yang lain kaget dan mengingatkan Yoon Seo dengan kata-kata Kim Do Han yang tidak ingin lagi melihat Park Shi On. Yoon Seo bilang, dia akan bertanggung jawab atas semuanya.
Kim Do Han datang, tapi dia mengabaikan keberadaan Shi On, dia malah memerintahkan Cha Yoon Seo untuk datang ke kantornya. Dokter lain, dan Yoon Seo jadi bingung karenanya, sepertinya ada masalah yang lebih penting dibanding rasa kesal Kim Do Han pada Park Shi On.
“Kenapa kau mengganggu Departemen HPB?” Kim Do Han mempertanyakan hal yang menganggunya. Yoon seo kaget, bagaimana bisa Kim Do Han tahu tentang hal itu. Yang Kim Do Han sesalkan adalah Yoon Seo telah berani mengganggu pasien Dokter Kepala Kim, orang yang paling berwenang di departemen HPB.
Saat keadaan pasien tidak bertembah buruk mengapa Yoon Seo berani meminta mereka memindahkan pasien ke Departemen Pediatri? Yoon Seo membela diri bahwa mereka tidak tahu apa-apa tentang keadaan pasien.
Kim Do Han menyuruh Yoon Seo untuk DIAM dan memberinya peringatan, “Jangan Pernah Sentuh Pasien Dokter Kepala Kim lagi” Yoon Seo hanya bisa menunduk dan menuruti perintah profesornya itu.
Na In Hae, salah satu pasien langganan bangsal anak RS Universitas Sung Won datang dengan riang sambil memakai baju seragamnya. Para perawat senang menyambut In Hae, “Ratu kecantikan dari bagian Pediatri, Na In Hae, telah kembali!”
Para perawat berpikir In Hae sudah baik-baik saja karena dia sudah lama tidak datang ke RS. In Hae berkata, dia kangen dengan sekolahnya setelah lama absen, tapi tadi pagi dia pingsan lagi. Perawat kaget dan bertanya apakah In Hae barus saja dari UGD? In Hae berkata, “Aku pikir aku sudah baik-baik saja. Tapi mereka menyuruhku untuk dirawat lagi. Aku sangat lelah dengan hal ini”
Park Shi On datang membawa sesuatu ke meja informasi perawat. Dia berdiri di samping In Hae dan membuat gadis kecil itu terpesona. Park Shi On menyerahkan yang dibawanya pada perawat dengan berkata Dr. Cha Yoon Seo memintanya untuk memberikan itu pada mereka. Setelah menyerahkan barang itu Park Shi On langsung pergi. Tapi In Hae masih terpesona, dia pun bergunam, “Aroma apa yang menyejukkan hati ini, yang telah menyebar keseluruh rumah sakit?” Na In Hae sepertinya jatuh cinta pada pandangan pertama pada Park Shi On^^
Kim Do Han menemui Park Shi On di ruang staf, dia berkata pada dokter muda itu, “Park Shi On, Mulai sekarang pulanglah setiap pukul 6 sore” Yoon Seo kaget mendengarnya, dia bertanya apa maksud Kim Do Han, Residen apa yang meninggalkan pekerjaannya seperti itu? Park Shi On pun menolak perintah itu,
“Saya akan tetap tinggal di Rumah sakit. Saya akan belajar dan menjaga pasien.” Kim Do Han mulai tidak senang, dia berkata agar Shi On tidak usah memikirkan hal ini dan bersiap saja untuk pulang. Dengan nada mengancam Kim Do Han berkata, “Jangan membuatku mengulanginya lagi” Park Shi On tidak bisa membantah lagi.
Kim Do Han pun pergi dari ruang staf. Yoon Seo yang tidak merasa puas mengejar Kim Do Han, “Profesor!” Kim Do Han berhenti dan menoleh ke arah Yoon Seo, “Apa?” Yoon Seo sangata mengerti alasan Kim Do Han memarahi Shi On pagi tadi, tapi membuatnya pulang cepat itu sangat keterlaluan. Bagaimanapun juga Park Shi On itu memiliki kemampuan.
“Kemampuan itulah yang menjadi masalahnya” Ujar Kim Do Han. Yoon Seo tidak mengerti. Park Shi On mungkin memang hebat karena mampu mendiagnosis penyakit dengan tepat. Dia berada 3 atau 4 tingkat di atas dokter lainnya, tidak,,, bahkan mungkin lebih dari itu. Tapi yang ada dipikiran Park Shi On hanyalah bagaimana caranya menyembuhkan pasien saja. Yoon Seo tetap membela Park Shi On, karena pemikiran Shi On juga tidak salah.
Tapi menurut Kim Do Han “Itu salah.” Apa yang dilakukan Park Shi On tidak berasal dari penilaian yang rasional ataupun keyakinannya. Itu seperti hanya respon mekanikal yang dihasilkan melalui pelatihan.
Kim Do Han berkata, “Dengan mengamati Park Si On selama 2 hari ini, menurutku dia adalah seorang robot. ‘Sembuhkan pasien, biar bagaimanapun juga’ Sepertinya program itu sudah dimasukkan kedalam robot. “ Yoon Seo masih tidak sependapat, karena menurutnya, “Park Shi On juga memiliki perasaan.”
Kim Do Han tahu Yoon Seo tidak salah, tapi yang Kim Do Han bicarakan adalah cara berpikirnya sebagai seorang dokter. “Park Shi On tidak memiliki pemikiran seorang dokter. Savant Syndrome? Jenius? Bukan, itu adalah ketidak mampuan otak dan efek sampingnya. Itu adalah manifestasi lain dari autisme.” Yoon Seo tetap membela Park Shi On, “Alasan mengapa ia kelihatan seperti robot bisa jadi karena kepribadiannya dimana dia tidak bisa mengekspresikan dirinya.”
Tapi bagi Kim Do Han bukan itu masalahnya, bagi seorang Dokter, mental adalah sebuah masalah yang sangat penting. Yoon Seo juga sudah melihatnya sendiri saat di ruang operasi kan? Saat dalam keadaan yang sangat ekstrim, Park Shi On akan menunjukan konklusif autisme. Yoon Seo pun mengingat kondisi Park Shi On di ruang operasi saat itu.
“Mengulangi tingkah laku yang aneh dan berbicara dengan nada tinggi. Adalah tendensi awal dari autisme. Jika dia terus seperti itu dalam situasi yang tegang, sebuah kecelakaan hanya tinggal menunggu waktu saja.” Kim Do Han mengemukakan pendapatnya.
Yoon Seo tidak puas begitu saja. Kim Do Han memang benar, tapi itu karena Park Shi On belum sembuh 100% jika saja Profesornya itu mau lebih mengerti sampai Shi On menjadi lebih baik…
Kim Do Han menjadi semakin kesal, “Cha Yoon Seo. Yang harus kau khawatirkan adalah para pasien, bukan Park Si On. Jika kau berencana untuk mengabaikan tugasmu karena masalah yang tidak penting, maka kau pun enyah saja. Ingat itu.” Yoon Seo tidak bisa lagi membatah apapun setelahnya.
Di perjalanan pulang, Yoon Seo mengejar bis yang dinaiki Shi On, untungnya berhasil, “Kupikir aku hampir muntah darah untuk mengejarmu.” Shi On malah menjawab, “Aku menduga ada kerusakan pada esophagus atau gastric varix” Yoon Seo tertawa dan mengatakan maksudnya bukan benar-benar muntah darah, yang Yoon Seo maksud adalah sangat sulit mengejar Shi On, hingga membuat Yoon Seo berpikir dia akan mati. Ohhh,,, akhirnya Shi On mengerti.
Yoon Seo mencoba menenangkan Shi On, untuk sementara Shi On hanya perlu datang dan pergi ke RS sesuai jadwal saja. Yoon Seo yakin, mereka akan kembali mengembalikan kembali tugas Shi On seperti semula. Shi On hanya diam saja sambil menudukan kepalanya. “Apa kau marah?” tanya Yoon Seo, Shi On berkata dia tidak marah.
Lalu terdengar bunyi perut keroncongan Shi On yang sangat keras. Yoon Seo tertawa lebar, “Kenapa perutmu membuat suara yang lebih keras dari mesin bus?! Apa yang biasa kau makan?” Shi On tidak berani menatap Yoon Seo dan berkata, “Makanan dari minimarket, aku makan Jeonju bibimbap, samgak kimbap, atau sandwich American salad. Itu lezat.”
Yoon Seo heran, bagaimana Shi On bisa tahan memkan semua itu? Shi On bahkan tidak pernah bosan jika memakan semua itu setiap hari. Yoon Seo tiba-tiba mendapatkan ide, dia mengajak Shi On turun dari bis. Shi On protes, mereka harus melewati 8 kali pemberhentian lagi. Yoon Seo mengabaikan protes Shi On dan tetap mengajaknya turun.
Ternyata Yoon Seo mengajak Shi On ke supermarket untuk membeli bahan makanan. Yoon Seo berniah membuatkan makanan untuk Shi On. “Aku tidak akan masak untukmu setiap hari. Katakan padaku semua yang ingin kau makan.”
Shi On: “Iga bakar”
Yoon Seo: “Itu terlalu susah. Yang lain”
Shi On: “Bulgogi”
Yoon Seo: “Aku tidak menyukainya karena terlalu manis. Lainnya.”
Shi On: “Ayam pedas dan sayur kuah”
Yoon Seo: “Itu terlalu sulit membuatnya. Yang lain”
Shi On putus asa, semua menu makanan yang diajukannya ditolak Yoon Seo. Bener gak Sih Yoon Seo mau masak untuknya? Akhirnya Shi On berkata, “Aku akan makan samgak kimbap saja.” Yoon Seo menjadi sedikit marah, “Apakah kau merendahkan kebaikanku?” Shi On tidak menjawab. Yoon Seo mengambil beberapa bahan makanan lalu berkata, “Kalau begitu, mari kita makan telur gulung, rumput laut dan kimchi. Bagaimana menurutmu?” Shi On yang sudah lelah memberi ide hanya bisa menuruti keinginan Yoon Seo.
Ketua Yayasan Lee memarahi Dokter Kepala Go karena telah melakukan kecerobohan fatal dengan menggunakan obat Heta Vizen. Ini malah menjadi masalah untuknya padahal jika tidak ada kesalahan tesebut, mungkin ini bisa menjadi kesempatan mereka untuk menyingkirkan Direktur Choi.
Ketua Lee meminta bantuan Wakil Direktur Kang untuk mengatasi masalah ini agar Dokter Kepala Go tidak mendapatkan hukuman apalagi disingkirkan dari RS karena masalah ini. Dokter Kepala Gi adalah adik iparnya, Kepala Lee akhirnya berhasil membawa dia ke Seoul, dan tidak akan sanggup mengembalikannya ke Wolsan. Wakil Direktur Kang yang sejak tadi diam saja kemudian berkata, dia akan mencari cara untuk mengatasi masalah ini.
Shi On dan Yoon Seo sedang berjalan pulang menuju apartemen mereka. Yoon Seo berkata, setelah dia pikir-pikir Shi On itu sebenarnya orang yang pervet. Dalam kondisi normal seharusnya kemarin malam Shi On membangunkannya dan menyuruhnya pergi, bukannya membiarkannya tidur disana. Apakah Shi On sangat ingin melihat tubuh Yoon Seo? Shi On diam saja dan tertunduk malu. Yoon Seo jadi berpikir bahwa tebakannya benar.
Yoon Seo berkata, “Kau itu pervet, tapi setidaknya kau punya mata yang bagus. Ya, memang benar bahwa nama panggilanku di sekolah kedokteran dulu adalah "Godiva". Kependekan dari "God given Body". Shi On mencibir, apanya yang pemberian Tuhan… Yoon Seo jadi pura-pura kesal karena Shi On mencibirnya.
Shi On lalu berkata, “Aku tidak memandang tubuhmu yang setengah telanjang, tetapi aku memandang wajahmu.” Yoon Seo jadi bingung, “Wajahku? Mengapa kau memandang wajah orang asing?”
Shi On jadi tampak malu-malu dan berkata, “Karena itu cantik. Cahaya bulan bersinar mengenai wajahmu. Itu terlihat sangatlah cantik.” Yoon Seo seketika itu, jadi merasa salah tingkah karena dipuji cantik oleh seorang Park Shi On. Yoon Seo mencoba mengalihkan kegugupannya dengan berkata bahwa Shi On ternyata sudah tau caranya bertahan hidup dimasyarakat dengan cara memberikan pujian pada orang disekitarnya.
Sesampainya di Apartemen Shi On, Yoon Seo baru ingat jika dia lupa membeli minyak goreng. Dia meminta Shi On untuk membelikannya di toko dekat Apartemen mereka. Saat Shi On pergi, Yoon Seo membersihkan meja dapur Shi On dan membuang Choco pie serta “green scalpel” milik Shi On dari atas meja.
Kim Do Han membawa Yoo Chae Kyung ke bar tempat Yoon Seo mabuk (itu barnya paman Yoon Seo kan?) Pemilik bar menyambut Kim Do Han, “Wow, siapakah gerangan ini? Dokter terbaik dari yang terbaik, Profesor Kim Do Han, dan calon istrinya.” Kim Do Han sudah lama tidak datang kesana, tapi dia memesan minuman yang biasa. Pemilik Bar berkomentar, “Darah merah dan cairan infus? Tapi aku akan memilih makanan yang bisa dimakan dengan minuman mu”
Chae Kyung memperhatikan bar itu, dia mengenalnya, “Apakah itu disini? saat aku mengajakmu berkencan ketika aku mabuk?” Kim Do Han sepertinya tidak terlalu ingat tetapi dia tertawa. Chae Kyung bertanya pada tunangannya, “Oppa… akhir-akhir ini apa yang kau pikirkan, selain aku tentu nya” Kim Do Han menjawab, “Rumah sakit dan pasien” Chae Kyung sudah menebaknya.
Chae Kyung berkata pada Kim Do Han, “Aku bergurau saat aku mengatakan ini dengan serius, tetapi oppa, kau harus selingkuh sekali saja.” Kim Do Han kaget mendengar penyataan Chae Kyung, “Apa?” Chae Kyung tertawa dan menjelaskan, “Berbicara dalam bahasa medis, kau terlihat seolah kau berada dalam keadaan coma emosionalnya saat ini. Untuk bangun dari itu, aku rasa kau perlu sesuatu yang meransang emosimu. Keluarlah untuk berganti udara segar, dan kembalilah padaku.”
Kim Do Han merasa Chae Kyung berbicara bodoh, tapi sepertinya dia cukup serius dengan ide itu. Kim Do Han berkilah, Dokter sudah biasa seperti itu. Mereka akan bosan dengan gaya hidup mereka, namun kemudian segar kembali. “Akan ada waktunya saat aku akan belajar untuk dapat menikmati gaya hidup seperti ini sepenuhnya.”
Cha Yoon Seo sibuk membuatkan telur gulung di Apartemen Park Shi On. Yoon Seo heran mengapa telurnya tidak menggulung juga, dia berbalik dan melihat Shi On yang sibuk mencari sesuatu. Yoon Seo bertanya, “Park Shi On, mengapa kau tidak mengambil nasi?” Shi On malah bertanya apakah Yoon Seo melihat sesuatu diatas meja? Yoon Seo bingung, sesuatu seperti apa? Shi On menjawab, “Scalpel berwarna hijau” (Green Scalpel~~Aha,, ini judul awal drama ini, Scalpel/ Mess = Pisau bedah)
Yoon Seo bingung dan berkata, “Aku tidak tahu.. aku hanya membuang barang-barang yang berserakan disana. Apakah kau kehilangan sesuatu?” Shi On jadi agak panik, dan tanpa melihat ke arah Yoon Seo dimana dia membuangnya. Yoon Seo jadi merasa bersalah dan mengatakan dia membuangnya ke tempat sampah yang ada di luar. Shi On segera melesat keluar meninggalkan Yoon Seo yang masing memegang spatulanya.
Yoon Seo segera menyimpan spatula dan piring yang dipegangnya, dia langsung mengikuti Shi On keluar apartemen. Yoon Seo melihat Shi On membongkar tempat sampah dan mengelurkan sampah dari plastiknya. Shi On terus mencari dengan panik hingga akhirnya dia menemukannya. Shi On merasa lega dan terduduk sambil menatap Scalpel mainan itu. Tapi dia jadi cemberut mengingat Yoon Seo sempat membuangnya.
Yoon Seo jadi penasaran, “Apa itu? Apakah itu penting?” Shi On hanya menatap Yoon Seo sambil cemberut dan tampak marah. Yoon Seo jadi sedikit ketakutan. Shi On tidak menjawab pertanyaan Yoon Seo, dia langsung berdiri dan beranjak pergi meninggalkan Yoon Seo. Menyadari Shi On marah, Yoon Seo langsung mengejarnya dan meminta maaf, dia tidak sengaja melakukan itu.
Shi On masih marah dan berkata dengan kesal, “Jangan pernah lagi datang ke rumahku. Kau tidak perlu memasak untukku, aku akan makan samgak kimbap” Shi On langsung masuk ke rumahnya, dia tidak mempedulikan panggilan Yoon Seo padanya berkali-kali. Yoon Seo jadi bingung harus bagaimana, dia tak pernah berniat membuat Shi On menjadi marah padanya.
Kim Do Han berjalan sendirian di pinggir jalan sambil memikirkan ucapannya pada Yoon Seo di RS siang ini saat dia mengatakan Yoon Seo pun harus enyah jika dia sibuk dengan urusan lain dan mengabaikan tugasnya. Kim Do Han sepertinya merasa bersalah dengan hal itu. Dia pun berinisiatif untuk menelpon Yoon Seo.
Barang-barang Yoon Seo masih berada di rumah Shi On, saat ponselnya berdering. Shi On yang mendengarnya. Shi On mengambil ponsel itu dan melihat nama Profesor Kim Do Han yang menelpon Yoon Seo. Shi On menatap ponsel Yoon Seo, tapi kemudian tanpa ragu dia mengangkatnya, “Nde” Kim Do Han yang bingung medengar suara pria yang mengankat panggilannya untuk Yoon Seo,
“Bukan kah ini telepon Cha Yoon Seo?”
Shi On membenarkan dan berkata, “Ini… Park Shi On”
Makin bingung dan kagetlah Kim Do Han, “Park Shi On, mengapa kau bisa menjawab telepon Cha Yoon Seo?” Shi On tidak menjawab dan berkata agar Kim Do Han menunggu sebentar.
Yoon Seo yang sudah masuk ke Apartemennya baru ingat jika tas nya tertinggal dia berniat kembali ke rumah Shi On untuk mengambilnya. Di depan apartemen Shi On dia bertemu dengan Shi On yang membawakan tas dan ponselnya. Shi On menyerahkan ponselnya dan berkata Profesor Kim Do Han menelpon Yoon Seo, kemudian memberikan tas nya dengan buru-buru. Shi On langsung masuk kembali ke dalam rumahnya tanpa berkata apa-apa lagi pada Yoon Seo. Akh… dia masih marah^^
Yoon Seo yang masih sedikit bingung mengangkat teleponnya, “Ya, Profesor...” Kim Do Han sedikit penasaran, “Apakah sampai sekarang kau masih bertingkah sebagai wali dari Park Shi On?”
Yoon Seo jadi kebingungan untuk menjawab, namun Yoon Seo merasa ada yang lebih penting untuk dikatakan, “Mengapa anda menghubungiku?” Kim Do Han meminta Yoon Seo memeriksa protombine time nya Eun Ji besok. Yoon Seo hanya bisa menjawab ya.
Setelah menutup panggilannya pada Yoon Seo Kim Do Han tersenyum kecil dan misterius (aku nggak tau apa maksud senyumnya, tapi aku suka sama senyum nya >.<)
Shi On sudah bersiap untuk tidur, dia membersihkan scalpel mainannya kemudian mengingat kenangannya bersama sang kakak. Saat dia bermain-main dengan kakaknya, dia berperan sebagai dokter yang memeriksa perut sang kakak dengan stetoskopnya lalu pura-pura membedah nya dengan green scalpel nya. Kakaknya merasa gelid an tertawa-tawa, dia duduk dan balik menggelitik Shi On yang hanya menatapnya kosong tanpa ekspresi. Bagi Shi On, itu adalah salah satu kenangan Indah bersama sang Kakak.
Shi On kembali menatap Scalpel mainannya. Lalu sebuah tangan mulai mengelus kepalanya. Itu adalah tangan kakaknya (tentu saja itu hanya bayangan Shi On kan? Good Doctor bukan drama horror, hehehe) Shi On memanggil kakaknya, “Hyung-a…” Kakaknya memperhatikan Shi On, berhenti mengelus kepalanya. “Kau tahu… Hari ini.. Aku merasa seolah aku berlari 10 kali mengelilingi lapangan” Shi On mengeluhkan betapa lelahnya Shi On hari ini. Kakaknya menepuk-nepuk pundak Shi On, hingga dia tertidur.
Esok harinya, Yoon Seo mencoba kembali mendekati Shi On yang sedang membaca buku dengan serius. “Apakah kau masih marah?” Shi On mengabaikan Yoon Seo, sekali lagi Yoon Seo bertanya dan meminta maaf, tapi Shi On masih mengabaikannya dan tetap serius membaca buku. Yoon Seo bertanya, apakah Shi On bisa menjelaskan apa yang salah kemarin itu? Shi On langsung cemberut, Yoon Seo menebak, apakah Scalpel mainan itu hadiah dari cinta pertama Shi On? Shi On makin cemberut dan menjatuhkan wajahnya ke atas buku sambil cemberut. Yoon Seo merasa dugaannya benar, dan sedikit terlihat kesal, tapi dia masih meminta kepastian.
Jin Wook memanggil Shi On, “Park Shi On Ayo ke NICU*” Park Shi On langsung bersemangat dan meninggalkan Yoon Seo begitu saja. (*NICU= Neonatal Intensive Care Unit = ICU untuk bayi). Haaa,,, Shi On merasa terselamatkan dari desakan Yoon Seo sepertinya^^
Wakil Presdir Kang menemui Direktur Choi membicarakan masalah Dokter Kepala Go. Direktur Choi telah merencanakan pertemuan Komite Etika untuk membicarakan kelalaian yang dilakukan oleh Dokter Kepala Go. Direktur Choi tahu itu sepertinya tidak adil bagi Dokter Kepala Go, tapi masalah itu sangat serius. Wakil Presdir Kang menyarankan agar masalah kali ini diabaikan saja demi kebaikan Departemen Pediatri, karena saat ini Direktur Choi sedang bermasalah Dewan Direksi karena masalah Park Shi On. Jika Direktur Choi mempermasalahkan hal ini, Wakil Presdir Kang khawatir jika Dewan direksi berpikiran bahwa Direktur Choi ingin melakukan perubahan personalia sebagai tindakan balas dendam.
Direktur Choi merasa itu tidak masuk akal, dia sama sekali tidak berpikiran seperti itu. Wakil Presdir Jang mengerti, tapi Dewan Direksi belum tentu mengerti. Wakil Presdir Kang memberi saran pada Direktur Choi “Demi Departemen Pediatri dan juga agar dokter Park Si On dapat dengan nyaman bekerja disini, mohon pertimbangkan hal ini.” Direktur Choi mulai berpikir, apa yang harus dia lakukan sekarang?
Di NICU, Shi On menemani Jin Wook untuk melihat kondisi pasien bayi yang ditangani Departemen Pediatri. Tak ada masalah dengan bayi itu. Namun perhatian Shi On terlaihkan pada pasien bayi yang ditangani oleh Departemen HPB.
Dokter Kepala Kim menjelaskan pada orang tuanya, bahwa bayi mereka sulit untuk diselamatkan karena ususnya sudag terkena necrosis dan beratnya hanya 550 gram, akan sangat sulit bayi mereka untuk bertahan hidup, dan mereka tidak bisa melakukan operasi. Orang tuanya sangat berharap Dokter Kepala Kim bisa menyelamatkan Bayi mereka, karena mereka sangat menantikan bayi itu setelah 7 tahun. Dokter Kepala Kim tidak bisa membantu, jika mereka pergi ke RS lainpun jawabannya akan sama. Ibu sang bayi menangis sedih setelah Dokter Kepala Kim pergi. Shi On mendekati Sang Bayi dan memperhatikan keadaan bayi itu dari jauh.
Kim Do Han masuk ke ruangan direktur Choi, dia mempertanyakan mengapa Direktur Choi membatalkan pertemuan Komite Etika untuk membahas kasus Dokter Kepala Go? Masalah itu tidak dapat diselesaikan hanya dengan peringatan semata, karena itu menyangkut nyawa pasien. Direktur Choi berkata, Dokter Kepala Go adalah bagian dari keluarga mereka juga, Kim Do Han tidak bisa menerima hal itu. Tapi bagaimanapun Dokter Kepala Go adalah Kepala dari Departemen Pediatri, suka ataupun tidak suka.
Kim Do Han jadi berpikiran lain, “Apakah ini karena Park Shi On? Apakah mereka menyuruh anda untuk menutupi kasus Dokter Kepala Go, sebagai timbal balik dari penerimaan Park Si on?”
Direktur Choi terkejut mendengar dugaan Kim Do Han, “Apa yang kau katakan Profesor Kim…?”
Kim Do Han masih tetap dengan pikirannya dan berkata dia tidak bisa melihat Direktur Choi lebih hancur lagi karena Park Shi On, Kim Do Han bertekad akan mengurus Shi On sekehendak hatinya. Kim Do Han pun pamit pergi, Direktur Choi jadi panik dan khawatir, dia mencoba memanggil Kim Do Han, namun panggilannya diabaikan, Direktur Choi tahu, Kim Do Han telah salah paham.
Kim Do Han menahan amarah dan kekesalannya saat dia kembali ke ruang staf Departemen Pediatri. Kim Do Han menatap Park Shi On yang langsung berdiri saat melihat kedatangannya. Dia sudah siap memarahi Park Shi On. Cha Yoon Seo yang ada di ruang staf sudah khawatir pada apa yang akan terjadi.
Tapi Kim Do Han teringat kata-kata direktur padanya, ‘Do Han-a, Bahkan Jika hanya tinggal kau. Bantulah Shi On. Ini adalah permintaan terakhir dari seorang guru yang tak punya kekuasaan.’ Dia pun mengingat perkataan Chae Kyung padanya, bahwa Dewan Direksi menerima keberadaan Shi On agar bisa dengan mudah menyingkirkan Direktur Choi. Park Shi On sudah ketakutan melihat tatapan Kim Do Han.
Cha Yoon Seo akhirnya bertanya, “Profesor… apakah terjadi sesuatu?” Kim Do Han menghela nafas dan mendesis dia meninggalkan Shi On, kemudian berjalan menuju kantornya.
Dokter Kepala Kim Jae Joon masuk ke ruang staf Departemen Pediatri dengan penuh amarah. “Kim Do Han!” Dokter Kepala Kim langsung menarik kerah baju Kim Do Han, “Sudah Aku katakan, Jangan terlalu arogan!” Kim Do Han bingung, “Apa yang sebenarnya terjadi? Bicara padaku dan lepaskan tanganmu dariku!” Kim Do Han melepaskan cengkaraman tangan Dokter Kepala Kim dari kerah bajunya.
“Kupikir aku sudah memperingatkanmu, tapi berani - beraninya kau mengambil pasienku?” Dokter Kepala Kim mengatakan alasan kemarahannya. Kim Do Han semakin bingung. Cha Yoon Seo angkat bicara,