Sinopsis It's Okay Daddy's Girl Episode 5

Posted: Minggu, 19 Februari 2012 by khyunkhyun in Label:
0
Chae Ryung dan Ae Ryung gelisah menunggu Ayah yang sedang diperiksa oleh Dr. Hong. Pintu ruangan tiba-tiba terbuka dan terlihat Dr Hong yang berjalan ke arah mereka berdua.
“bagaimana keadaan Ayah kami? Apa ada sesuatu yang salah dengan Ayah?” tanya Chae Ryung
“apakah pendarahan otak menjadi lebih buruk?” tanya Ae Ryung
“kami sudah membiusnya dan kalian jangan terkejut ketika melihat dia diikat” jawab Dr Hong
“apa yang terjadi dengan Ayahku, mengapa Ayahku diikat?” teriak Chae Ryung 
“kondisi Ayahmu saat ini tidak dapat diprediksi, setiap saat bisa memburuk dan kejang bisa terjadi berulang-ulang, jika kami tidak mengambil tindakan sekarang, kondisinya akan lebih memburuk dan kesempatan untuk sembuh semakin sedikit” jelas dr Hong
“dokter, kamu tidak bermaksud untuk mengatakan kepada kami untuk mempersiapkan diri terhadap hal yang lebih buruk kan?” tanya Ae Ryung
Dr Hong terdiam dan tidak menjawab. Air mata di wajah Chae Ryung perlahan-lahan menetes “jadi, Ayah akan mati karena aku, ini semua salahku…. “ucap Chae Ryung dan jatuh ke lantai tak sadarkan diri.

Sementara itu di kediaman Hyuk Gi dan Wook Gi, pemilik kontrakan menyuruh mereka untuk segera meninggalkan rumah. Wook Gi dan Hyuk Gi tentu saja terkejut apalagi mereka sama sekali tidak ada persiapan dan terutama masalah uang. Hyuk Gi dan Wook Gi mencoba meminta keringanan kepada pemilik kontrakan dengan memberi mereka tenggang waktu selama 1 minggu, namun pemilik kontrakan tetap tak perduli dan malah mengatakan orang tua kalian saja tak perduli pada kalian, mengapa aku harus perduli. 
Wook Gi dan Hyuk Gi akhirnya mengambil inisiatif untuk tinggal sementara di rumah Sun Do, sahabat Hyuk Gi.
“selamat datang, jika kalian mau kalian bisa berkemas sekarang, apa kalian mau jika aku membantu?” ucap Sun Do senang
“gumawo” ucap Hyuk Gi
“terima kasih? Harusnya aku yang berterima kasih, aku bosan hidup sendirian” ucap Sun Do
“Hyung, kamu tidak senang jika tinggal denganku?” tanya Yun Do heran dan sedikit marah
“astaga, seorang namja cemburu” ucap Sun Do mengejek
“aku tidak cemburu, hey Wook Gi berapa umurmu?” tanya Yun Do pada Wook Gi
“aku 24 tahun” 
“Yun Do berusia 20 tahun, jadi bicara secara informal padanya” jelas Sun Do
“bagaimana kamu akan bekerja di Seoul, tempat ini sangat luas” tanya Yun Do lagi
“aku akan bekerja di klub karena Hyung Duk Gi sudah mendapatkan gaji dimuka” jawab Wook Gi
“Wook Gi juga mendapat pesan teks aneh, jadi kami ingin bersiaga dan memata-matai semua kegiatan yang terjadi di klub, jadi selama aku menjalani wamil, Wook Gi yang akan melakukannya” tambah Hyuk Gi.
Yun Do sedikit heran dan bertanya pesan teks apa yang diterima Wook Gi. Wook Gi menunjukkan pesan teks yang diterimanya dari orang misterius. “bukankah ini dari Shin Byung Chun?” ucap Yun Do.

Jong Seok yang sama sekali tidak merasa bersalah atas apa yang sudah diperbuatnya, mengajak Bora untuk menemaninya membeli sebuah mobil baru. Bora terus saja mengeluh dan mengatakan kepada Jong Seok kalau mereka seharusnya menemani Chae Ryung yang sedang bersedih apalagi semua yang terjadi pada Ayah Chae Ryung adalah kesalahan mereka berdua. 
“ini bukan kesalahan kita, lagipula aku mendengar jika kamu menyukaiku?” ucap Jong Seok
“itu….. kenapa kita membicarakan masalah ini, ini semua kesalahan kita karena mengajaknya ke klub itu. Tunggu dulu, bukannya kamu sempat berbicara dengan orang yang meninggal tersebut…..”
Jong Seok langsung menarik Bora kepelukannya. Semua itu dilakukan Jong Seok untuk membekap mulut Bora dan membuatnya melupakan apa yang telah terjadi di klub. Tapi dasar Bora yang menyukai Jong Seok, menyangka kalau cintanya pada Jong Seok berbalas.
Ae Ryung, Man Soo, Sook Hee dan Dr Kang menunggui Chae Ryung yang belum sadarkan diri. Dr Kang menjelaskan kepada Sook Hee kalau Chae Ryung shock sehingga tekanan darahnya tiba-tiba menurun dan akhirnya pingsan. Sook Hee hanya mengangguk dan lebih tertarik untuk melihat papan nama Dr Kang yang tertulis “wakil direktur rumah sakit”.

Sook Hee tersenyum dan mulai memuji ke dua putrinya di hadapan Dr Kang terutama tentang Ae Ryung. Dr Kang hanya tersenyum mendengar cerita Sook Hee sementara Ae Ryung memutuskan keluar dari kamar menuju ruang perawatan Ayahnya, daripada harus mendengar cerita Ibunya.
Segelas jus jeruk diteguk Jin Goo disaat Ricardo dan Marco bercerita mengenai gadis yang mereka temui di salon dan klub malam. Marco bahkan mengatakan kalau dirinya berhasil mengabadikan foto ke dua gadis. Jin Goo kesal dan merampas Hp Marco , namun kekesalannya sama sekali tidak mereda dan malah bertambah karena foto yang diabadikan Marco adalah foto kaki para gadis. 
“kamu ini benar-benar” teriak Jin Goo dan hendak memukul Marco dengan bantal sofa yang dipegangnya
Ricardo berusaha menahan Jin Goo “aku rasa kamu sebaiknya melihat mereka sebelum memutuskan menikah atau tidak”
“aku harus menikah demi mendapatkan banyak uang dengan begitu aku bisa menemui banyak gadis. Bagaimana mungkin kalian mengatakan kalau aku tidak boleh menikah?”
Mata Ricardo seketika berubah menjadi lebar ketika mendengar kata uang. “ya, kalau begitu menikahlah dan bantu kami keluar dari masalah ini, ya…. Hanya menikah!” ucap Ricardo. Marco ikut menyemangati Jin Goo dan bahkan bernyanyi dalam bahasa spanyol.

Sebuah mobil terparkir di depan rumah keluarga Eun. Terlihat mantan pacar Ae Ryung, Hyun Go yang berada di dalam mobil dan berusaha menghubungi Hp Ae Ryung. Tidak ada jawaban dan malah terdengar suara operator yang memberitahu jika nomor yang dihubungi sedang tidak aktif.

Hyun Go memutuskan turun dari mobil dan menyelipkan sebuah surat di kotak surat rumah Ae Ryung. Surat yang sudah dimasukkan, diambilnya kembali dan dibacanya 
“aku sudah menghubungimu berulang kali, namun tidak ada jawaban. Ada hal yang mendesak, jadi tolong hubungi aku sesegera mungkin”.
Seorang pria setengah baya tiba-tiba mendekatinya 
“apa kamu tinggal disini?”
“ya, ada apa?”
“aku setiap hari kesini, namun tidak ada seorang pun di rumah ini. Bisakah kamu menerimanya?” ucapnya dan memberikan sebuah kotak yang diatasnya tertera nama Eun Ki Hwan.
“ya”
Hyun Go mengambil inisiatif untuk bertanya pada tetangga di depan rumah Ae Ryung.
Ae Ryung terlihat terkejut saat melihat beberapa orang polisi berbicara dengan Dr Hong. Ae Ryung mempercepat langkahnya dan berusaha mengajak polisi untuk berbicara dengannya. 
“maaf, kami ingin mendengar keadaannya dari seorang professional” ucap salah satu polisi pada Ae Ryung
“keadaannya benar-benar down dan belum menunjukkan perubahan sama sekali” jawab Dr Hong masih dengan jawaban yang sama
Para polisi akhirnya memutuskan pergi.

“aku minta maaf, ini bukan sesuatu yang kami bisa katakan sebelumnya….” Ucap Ae Ryung ketika Dr Hong akan pergi dan ucapannya tiba-tiba terhenti
“aku mengatakan kepada mereka sulit untuk mengetahui kapan Ayahmu bisa pulih lagi, bisa saja satu atau dua tahun atau waktu yang tidak ditentukan. Sekarang Ayahmu berjuang untuk hidup dan mereka datang setiap hari untuk membawanya pergi, ini tidak adil”
“komapsumnida, komapsumnida, komapsumnida” ucap Ae Ryung berulang kali 
“aku tidak berpikir mereka akan bertanya atau menelepon rumah sakit lagi” tambah Dr Hong dan berlalu pergi setelah memberi salam pada Ae Ryung.
Ae Ryung terus memandangi Dr Hong yang mulai menjauh. Sebuah suara yang memanggil namanya membuatnya terkejut apalagi ketika mengetahui sumber suara tersebut.
Ae Ryung terlihat sangat marah melihat Hyun Go datang ke rumah sakit. 
“ini adalah sepatu yang hendak kamu hadiahkan pada Ayahmu” ucap Hyun Go membuka pembicaraan
“jangan mengungkit tentang Ayahku lagi”
“itulah sebabnya kamu marah padaku? Mengapa tidak berterus terang? Kamu harus ke kampus besok, jika tidak kamu tidak bisa mengajar untuk semester yang akan datang”
“Ayahku sedang dalam kondisi kritis sekarang dan aku tidak tahu kapan dia akan datang. Aku tidak akan pergi”
“tapi bagaimana dia bisa seperti ini?”
“Ayah mengalami pendarahan otak”
“jadi, …. Dia tidak bisa bekerja lagi bahkan ketika keluar rumah sakit?”
“Ayah tidak dapat bekerja, apa itu yang kamu harapkan?”
“aku ingin mengatakan semuanya pada Ibu tentang kita”
“jika kamu benar-benar ingin menikah, kamu seharusnya mengatakan hari ini dan tidak menundanya selama 1 tahun. Kamu lebih pantas dipanggil pecundang”
“pecundang…. Bukankah itu terlalu keterlaluan?”
“pergi…. Kita sudah selesai dan aku tidak ingin melihatmu lagi Hyun Gyo. Pergi sekarang”
“baiklah, aku mengerti. Aku akan memberitahu Ibu kalau kamu tidak akan kembali untuk semester berikutnya…..”
Namun ucapan Hyun Go tiba-tiba terhenti saat Ae Ryung memutuskan pergi dengan kotak berisi sepatu yang hendak dihadiahkannya kepada sang Ayah tercinta. 
Langkah kaki Ae Ryung perlahan-lahan mulai melambat. Ae Ryung duduk berjongkok dan membuka kotak sepatu. Diambilnya kedua sepatu dan dipeluknya dengan erat. Salah satu sepatu terjatuh dari pelukan Ae Ryung dan seseorang berpakaian serba putih membantu mengambilkannya. 
“Ayahmu akan dapat memakainya lagi dan berjalan seperti sedia kala” ucap Dr Hong berusaha menenangkan Ae Ryung “aku akan melakukan yang terbaik” tambah Dr Hong dan berlalu pergi.
Sementara itu di ruang kerja direktur terlihat Dr Kang yang sedang berusaha membujuk Ayah Jin Goo agar menyetujui pernikahan Jin Goo dengan Ae Ryung. Sama seperti yang dilakukan Sook Hee padanya, Dr Kang pun memuji kehebatan Ae Ryung dan sifatnya yang sangat sabar. Direktur tidak menggubrisnya dan menyuruh Dr Kang untuk memeriksa pasien yang lainnya.
“dia sangat menyayangi Ayahnya dan dia bisa menjadi menantu yang baik, apa kamu tidak ingin menjadikannya menantu?” tambah Dr Kang sesaat sebelum pergi dan hal itu membuat Direktur berpikir.

Chae Ryung sudah siuman dari pingsannya. Ibu dan pamannya yang menjaganya terlihat mengobrol dengan Jin Goo.
“terima kasih Jin Goo, karena dirimu, kami mendapatkan kamar VIP” ucap Sook Hee
“iya, semua orang sepertinya tahu kalau kamu dan Ae Ryung adalah seorang pasangan” tambah Man Soo
“mungkin karena aku berteriak mencari Ayah dan menyuruh untuk menyiapkan ruang operasi sesegera mungkin” jawab Jin Goo sambil tersenyum
“oh, Noona sebaiknya kamu mulai memanggilnya menantu, bukankah mereka berdua akan menikah” ucap Man Soo
“iya, sejak aku ikut mengantar Ayah ke rumah sakit, aku sudah merasa menjadi menantu kalian. Bagaimana Ibu Mertua?” tanya Jin Goo
“Ibu Mertua? Omo, ini pertama kalinya seseorang memanggilku ibu mertua, oh, aku senang sekali” 

Ae Ryung tiba-tiba masuk ke dalam ruang perawatan Ae Ryung dengan membawa sepasang sepatu untuk sang Ayah. Ae Ryung menjelaskan kepada Sook Hee, Man Soo dan Jin Goo yang terlihat heran, kalau sepatu itu dibelinya untuk Ayah.
“dia bisa memakainya ketika keluar rumah sakit” ucap Man Soo sedih
“bukan ketika keluar rumah sakit tetapi untuk pernikahan kami” ucap Jin Goo yang mengundang rasa heran dari Chae Ryung, Ae Ryung dan Sook Hee.

Jin Goo mengajak Sook Hee dan Man Soo makan malam bersama ke sebuah restoran. Di tengah makan, Hp Jin Goo berbunyi dan telepon tersebut berasal dari Ibunya. Tanpa basa basi Jin Goo menyuruh Ibunya untuk datang ke restoran dan membayar bill, jika tidak Jin Goo akan menggunakan nama Ayahnya. 
Sementara itu, Ae Ryung menemani Chae Ryung dan membantu Chae Ryung untuk makan.
“Unnie, makanlah juga” ucap Chae Ryung
“gwaenchanae, kamu lebih membutuhkannya”
“dimana Ibu?”
“dia bersama Dr Hong”
“aku merasa dia dapat dipercaya, dan aku pikir dia bisa menyelamatkan Ayah. Aku berharap orang yang dijodohkan denganmu adalah dia dan bukanlah Jin Goo. Apa kamu akan menikah dengan Jin Goo?”
“aku bersyukur karena dia membawa Ayah ke rumah sakit, tapi apa kamu pikir aku harus menikah dengannya?”
Chae Ryung terdiam sesaat “aku ingin Unnie menikah dengan seseorang yang kamu cintai, tapi sekarang aku ingin Ayah mendapatkan perawatan yang terbaik. Aku juga tidak ingin jika Ibu sakit, bagaimana?”
Ibu Jin Goo pada akhirnya datang ke restoran dan pembicaraan yang kembali diperbincangkan masih mengenai pernikahan Jin Goo dan Ae Ryung.
Ae Ryung memandangi Ayahnya melalui kaca pintu ruang perawatan. Matanya mulai berkaca-kaca ketika melihat sang Ayah masih terbaring koma. Pandangannya beralih kepada Dr Hong yang memeriksa keadaan Ayah dan berucap “tolong cepat bangun”.
Sementara itu di kediaman Hyuk Gi dan Wook Gi
“besok kamu akan kembali ke basecamp militer, jadi istirahatlah” ucap Wook Gi pada Hyungnya
“kamu sendiri kenapa tidak tidur?” tanya Hyuk Gi balik dan melihat langit-langit rumahnya
“aku tidak pernah tahu akan ada hari terakhir di kamar ini”
“dan kita tidak pernah menduga jika akan ada hanya kita berdua” tambah Hyuk Gi
“kamu akan lulus ujian, Hyung Duk Gi bermimpi mempunyai sebuah toko dan aku akan bekerja di sebuah perusahaan mobil sehingga kita bisa membeli rumah baru dan keluar dari rumah ini, apa kamu mengingat janji yang sudah kita buat?” (tetapi pada kenyatannya impian Donghae tidak akan terjadi, penasaran, tunggu di episode terakhir ^____^)
“ya, bagaimana kita bisa melakukannya sekarang?”
“beri aku setengah tahun Hyung Duk Gi”
“tapi, apa yang akan kamu lakukan selama setengah tahun?”
“aku akan melunasi hutang Hyung Duk Gi dan mengungkap apa yang sebenarnya yang terjadi pada kematiannya. Aku akan membuat orang tersebut menyesal terhadap apa yang sudah dilakukannya”
“beri aku setengah tahun juga Duk Gi, jika aku tidak bisa mengungkap siapa pembunuhmu, aku tidak memiliki hak untuk menjadi pengacara”.

Jong Seok mengantar Bora kembali ke showroom mobil setelah mengajaknya jalan-jalan. Bora kembali bertanya kapan mereka akan bertemu lagi. Jong Seok menjawabnya dengan sebuah sun di kening Bora sebelum Bora bertanya lebih jauh lagi. Bora tentu saja senang dan terlihat tidak rela saat Jong Seok memaksanya masuk ke dalam mobilnya sendiri.
Sepeninggal Bora, Jong Seok mengelap bibirnya hingga berulang kali. Sebuah sms membuat Jong Seok panik, marah dan ketakutan.
“apa semuanya berjalan dengan baik?”
Jong Seok melihat ke sekeliling namun tidak ada siapapun. Jong Seok mencoba menghubungi nomor yang sudah mengirimkannya sms namun tidak aktif. 
“Shin Byung Chun, dimana kamu? Ayo keluar! Keluar sekarang! Jika kamu seperti ini, aku akan membunuhmu”.
Wook Gi dan Hyuk Gi menatap rumah kontarakan mereka untuk terakhir kali. Semua kenangan yang mereka lalui bersama dengan Duk Gi kembali terbayang di kepala mereka.

Sementara itu di basecamp Sun Do, Yun Do dan teman Sun Do terlihat bersiap-siap menyambut kedatangan Hyuk Gi dan Wook Gi. Sebuah spanduk kecil terlihat tertempel di dinding. Pintu tiba-tiba terbuka, Yun Do dan teman Sun Do refleks memainkan alat music sebagai ucapan selamat datang untuk mereka berdua.
“apa yang kalian lakukan?” tanya Sun Ae “apakah kalian menungguku?” tambah Sun Ae lagi

Belum sempat jawaban Sun Ae dijawab, Hyuk Gi dan Wook Gi datang dengan setumpuk tas dan beberapa kotak kardus. 
“berhenti menatap mereka seperti itu” ucap Sun Do pada Sin Ae yang menatap Hyuk Gi dan Wook Gi dengan tatapan aneh “apa yang kamu lakukan disini?”
“aku kebetulan lewat, makanya aku singgah, tetapi siapa mereka?” tanya Shin Ae penasaran
“aku teman Sun Do, aku Choi Hyuk Gi dan dia Choi Wook Gi” jawab Hyuk Gi
Sun Ae refleks tertawa mendengar nama Wook Gi yang terdengar lucu di telinganya. Puas tertawa, Sun Ae memanggil Yun Do dan teman Sun Do yang sedang mengatur barang bawaan Hyuk Gi dan menyuruh mereka berempat untuk berdiri menghadapnya.

Sun Ae mulai berhitung siapa yang akan menemaninya keluar jalan-jalan dan pilihannya jatuh pada Hyuk Gi. Sun Do hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah konyol Sun Ae, sementara Wook Gi berusaha menutup wajahnya dan Hyuk Gi menghela nafas.

Man Soo sedang berada di kafetaria sebuah Bank. Seorang teman meneleponnya dan mengajaknya bekerja sama dalam sebuah bisnis. Man Soo yang pernah melakukan sebuah kesalahan dengan mengikuti ajakan temannya dan mengakibatkan rumah yang sekarang ditempatinya bersama keluarga Eun menjadi jaminan di Bank kembali tergiur. 
Belum sempat mereka berbincang lebih jauh, teriakan Sook Hee membuat Man Soo mengakhiri telepon. 
“kenapa bisa seperti ini? aku tidak pernah mengambilnya sedikitpun dan uang ini aku maksudkan untuk biaya rumah sakit” teriak Sook Hee terkejut
“kami minta maaf, kami tidak tahu, tetapi di buku rekening tertera penarikan terakhir dilakukan beberapa waktu yang lalu. Jung Oh Sung 50.000 dan Wang Jae Sub 10.000 won” jawab teller bank

Ayah pacar Ho Ryung kembali mendatangi perusahaan tempat Ayah Chae Ryung dulu bekerja. Dengan langkah mantap, dia pun masuk ke dalam gedung dan bertanya kepada resepsionist.
“apa maksudmu dia tidak lagi bekerja disini, itu mustahil dan tidak mungkin. Aku beberapa hari yang lalu baru saja berkunjung ke sini” 
Resepsionist hanya terdiam dan baginya satu kali jawaban sudah cukup untuk menjawab pertanyaan Ayah pacar Ho Ryung. 
Seorang wanita paruh baya melintas di belakangnya dan dia pun bergegas menghampirinya. Wanita tersebut adalah mantan sekretaris Eun Khi Hwan dan dia berencana untuk menjenguk mantan bosnya. Mantan asisten Eun Khi Hwan membenarkan apa yang dikatakan resepsionist dan menambahkan kalau Tuan Eun sekarang berada di rumah sakit karena pendarahan otak yang dialaminya.
Sook Hee masuk ke dalam kamar perawatan Chae Ryung dengan lesu. Suster yang memeriksa keadaan Chae Ryung baru saja keluar dan hal itu membuat Sook Hee lebih leluasa untuk bercerita tentang rekening tabungan Ayah Chae Ryung yang berkurang. Sook Hee akhirnya mengetahui kemana suaminya mengalokasikan dana tersebut setelah teller Bank memberitahukan nama pengirim yang ditujukan.
“Ae Ryung, temui dokter yang merawat Ayahmu dan minta dia untuk menulis surat keterangan sakit ayahmu dengan begitu kita bisa meminta Ho Ryung untuk segera pulang”
“dia baru saja pulang bu” ucap Chae Ryung
“biar aku yang melakukanya” ucap Man Soo
“jika Ho Ryung datang dan melihat Ayah, ia tidak akan dapat…” ucap Chae Ryung dan ucapannya dipotong Sook Hee
“Ho Ryung harus kesini dan mencari tahu kemana uang tersebut dikirim”
“uang apa?” tanya Chae Ryung heran

Namun belum sempat Sook Hee menjawab, sebuah ketukan pintu terdengar. Mantan sekretaris suaminya datang berkunjung bersama dengan Ayah pacar Ho Ryung. 
“Annyeonghaseyo” sapa mantan sekretaris Eun Khi Hwan yang bernama Jung Hee Sung
“oh, apa kabar” jawab Ae Ryung dan memperkenalkan Jung Hee Sung pada ibu dan pamannya
Man Soo terdengar sedikit terkejut saat mendengar nama Jung Hee Sung “Jung Oh Sung…. Uang?” ucap Man Soo pada Sook Hee dan mereka pun saling bertatapan
“apakah kamu tahu Jung Oh Sung, Ayah mereka mengirimkan uang untuk orang tersebut” tanya Sook Hee
“ya, dia adalah adik perempuanku”
Man Soo sontak terkejut “apa yang kamu katakan? Lalu apa kamu tahu Wang Jae Sub?”
Pacar Ayah Ho Ryung sontak terkejut dan dengan cepat berlari meninggalkan kamar Chae Ryung tanpa sempat berkata apa-apa.
Sementara itu di ruang perawatan Tuan Eun
“bukalah mata kamu? Dapatkah kamu mengerti? Bisakah kamu mendengarku?” ucap Dr Hong disamping Eun Khi Hwan

Ayah Chae Ryung perlahan-lahan membuka matanya

“jika anda dapat melihat, kedipkan mata anda dua kali” 

Ayah Chae Ryung mengedipkan mata dua kali

“bisakah anda berbicara? Apakah anda ingat apa yang baru saja anda katakan”

Ayah berbicara terbata-bata dan menyebut nama Choi Duk Gi
Kembali ke kamar Chae Ryung
“mengapa Ayah mengirimkan uang pada adikmu?mengapa dia mengirimkannya?” tanya Sook Hee
“adikku,…. Jadi di kantorku….”
“aku tidak memiliki kesabaran sekarang, jadi berbicara dengan keras dan cepat”
“Ibu, dia ingin menjenguk Chae Ryung” ucap Ae Ryung berusaha menenangkan Ibunya
“kita sekarang tidak memiliki uang untuk tagihan Ayahmu, apakah aku punya waktu untuk menjadi baik sekarang dan kita tidak memiliki uang untuk membayar operasi?”
“aku akan membayarnya dengan gajiku setiap bulan”
“aku tidak tahu berapa banyak gajimu, tapi apakah kamu berpikir uangmu cukup untuk membayar biaya operasi suamiku?”
“aku minta maaf”
“Ibu, cukup” teriak Chae Ryung tiba-tiba
“kita sekarang tidak memiliki uang dan rumah kita akan disita” teriak Sook Hee dan mulai menangis
Man Soo tiba-tiba masuk dan terlihat heran melihat Sook Hee menangis “Ae Ryung, dr Hong ingin berbicara dengan anda”.
Inti dari pembicaraan dr Hong dan Ae Ryung adalah agar Ae Ryung mencarikan psikiater untuk Ayah mereka.

Ae Ryung kembali ke kamar perawatan Chae Ryung dan tanpa sengaja berpapasan dengan mantan sekretaris Ayahnya yang berusaha menghapus bekas tetesan air mata di wajahnya. Mantan sekretaris Ae Ryung kembali meminta maaf karena dia sama sekali tidak tahu jika uang yang dipinjam dari Ayah Ae Ryung adalah hasil pinjaman di bank juga dengan bunga yang sangat tinggi.

Di dalam kamar
Chae Ryung semakin sedih dan bergumam “apa yang akan dilakukan selanjutnya?”
Ae Ryung tiba-tiba masuk dan terlihat heran melihat wajah Chae Ryung yang kalut
"Ibu dan Paman pergi meminjam uang, tetapi jika mereka tidak mendapatkan pinjaman apa yang akan terjadi pada Ayah?" ucap Chae Ryung
Ae Ryung menghela nafas dan duduk di samping Chae Ryung
"berikan nomor telepon Jong Seok" ucap Ae Ryung
"untuk apa?"
"Ayah sudah sadar dan terus mencari Choi Duk Gi. Aku akan meminta orang tua Jong Seok untuk berbicara dengan keluarga Duk Gi dan meminta mereka untuk menemui Ibu"
"kenapa kamu menginginkan mereka berdua bertemu?"
"bahkan jika mereka tidak memaafkan kita asalkan Ayah sudah mendengar sesuatu dari mulut mereka, itu sudah cukup. Ayah harus menjalani pemeriksaan psikologis"
"apa yang akan kita lakukan pada Ayah sekarang?" tanya Chae Ryung semakin sedih
"jangan menangis, kita harus berhenti menangis dan harus kuat" ucap Ae Ryung menguatkan Chae Ryung, sang adik meskipun dia sendiri tak yakin pada dirinya, apa kuat dalam menghadapi semua cobaan ini.

Keesokan harinya
Ae Ryung ditemani Jong Seok mengunjungi basecamp Sun Do. Ae Ryung mengucapkan terima kasih pada Jong Seok dan meminta Jong Seok untuk pulang saja. Jong Seok menolak dan berkata kalau dia akan menemani Ae Ryung saudara Duk Gi.
Sementara itu di dalam basecamp sendiri, Hyuk Gi sedang bersiap-siap untuk kembali ke markas melanjutkan sisa-sisa hari wamil. 
"tolong jaga Wook Gi baik-baik" pesan Hyuk Gi
"tenang saja, jika kamu sudah menyelesaikan wamilmu, Wook Gi mungkin sudah menjadi adikku" ucap Sun Do dan memeluk Wook Gi yang hanya bisa tersenyum

"permisi" ucap Jong Seok
"anda siapa?" tanya Wook Gi
"dia adalah putri Eun Khi Hwan" ucap Hyuk Gi 

Chae Ryung menatap Ayahnya yang mencoba mengenali wajah ke dua orang yang berada di hadapannya
"Ahjussi, kau tahu siapa aku kan?" tanya Wook Gi dan menggenggam tangan Ayah Ae Ryung "aku adik Duk Gi, aku datang kesini dengan kakak tertuaku" tambah Wook Gi
"cepat bangun, jika kamu patah hati, Duk Gi akan sedih disana" ucap Hyuk Gi
"anda harus kuat dan dengan begitu kita bisa membuktikan kalau anda tidak bersalah" tambah Wook Gi
"mianhae, aku menyesal, aku minta maaf " lirih Ayah Ae Ryung
Ae Ryung tak kuasa membendung kesedihannya melihat kondisi sang Ayah dan rasa bersalah yang seharusnya bukan menjadi tanggung jawabnya. dr Hong yang berdiri tepat disamping Ae Ryung pin ikut menjadi sedih.

Jong Seok menjenguk Chae Ryung di kamarnya. Man Soo tak henti-hentinya memandangi Jong seok dengan tatapan sinis.
"kenapa anda terus memandangiku?" tanya Jong Seok
"karena kamu memandangiku"
"aku melihat anda karena anda terus melihatku"
"kamu sangat aneh"
"tapi ini bukan kali pertama kita bertemu"
"aku tahu, tetapi semakin lama aku melihatmu, kamu semakin terlihat aneh"
"itu bukan sesuatu yang harus aku perdulikan" jawab Jong Seok cuek dan beralih kepada Chae Ryung yang duduk membelakanginya
"apa yang kamu perlukan?" tanya Jong Seok
"kami membutuhkan uang sekarang" jawab Man Soo ketus
"jika kamu membutuhkan uang katakan saja kepadaku" ucap Jong Seok pada Chae Ryung
"jika memang kamu mau membantu, seharusnya kau membantu agar biaya kompensasinya lebih ringan" 
"pergilah" ucap Chae Ryung
"tolong jaga dia dengan baik" ucap Jong Seok dan pergi.
Sepeninggal Jong Seok, Man Soo terus saja mengomel. Chae Ryung yang masih sedih memikirkan nasib sang Ayah dan keluarganya menyuruh Man Soo untuk diam.
Sementara itu di rumah keluarga Jin Goo sendiri
Ibu Jin Goo berusaha membujuk suaminya agar menyetujui Jin Goo untuk menikah kali ini. Ayah Jin Goo mengatakan kalau pernikahan itu bukanlah mainan dan Ayah Jin Goo sendiri tidak yakin kalau Jin Goo akan serius kali ini sama seperti pernikahan yang sudah direncanakan sebelumnya.
Di kamar, Jin Goo sedang bersiap-siap untuk menemui Ayahnya
"bagaimana penampilanku?" tanya Jin Goo ketika adiknya masuk ke dalam kamar
"bagus sekali" puji sang adik"
"tapi ingat jangan sampai melakukan kesalahan yang akan membuat Ayah marah"
"aigoo, kamu harusnya menjadi anakku" ucap Jin Goo senang dan mengacak rambut adiknya
"bagaimana mungkin aku bisa menjadi anak kakak, kakak sudah gila ya?" ucap adik Jin Goo dan merapikan rambutnya yang berantakan
"apakah aku mengatakan anak? aku pasti gila" ucap Jin Goo terbata-bata
"cobalah tenang agar tak melakukan kesalahan"
Jin Goo terlihat ketakutan berdiri di hadapan sang Ayah.
Jin Goo mulai mengutarakan keinginannya untuk menikahi Ae Ryung. Ayah Jin Goo hanya terdiam dan hal itu membuat Ibu Jin Goo kesal dan tanpa sadar mulai berkomentar yang membuat suaminya menjadi kesal dan berteriak menyuruh mereka berdua untuk keluar.

Lagi, lagi dan lagi, Ibu Jin Goo tak henti-hentinya mengutuki dirinya sendiri yang tak bisa menjaga mulutnya. 
"bagaimana apa berjalan dengan lancar?" tanya Adik Jin Goo
"Nenekmu mengatakan hal...." dan ucapan Jin Goo tiba-tiba terhenti oleh sebuah pukulan ibunya
"kenapa kakak mengatakan Ibuku adalah Nenekku, tadi kakak mengatakan aku adalah putri"
"aku tahu, mengapa kata-kata ini keluar terus dari mulutku" ucap Jin Goo

Sepeninggal adiknya, Ibu Jin Goo memukuli Jin Goo karena sama sepertinya yang tak bisa mengontrol mulutnya.

Perawat masuk ke ruang perawatan Chae Ryung dan memberikan tagihan rumah sakit perawatan Ayah dan Chae Ryung.
"bagaimana?" tanya Chae Ryung namun Ae Ryung dengan cepat melipat kertas tagihan 
Disaat yang bersamaan, Ho Ryung tiba-tiba datang
"Oppa" ucap Chae Ryung
"kenapa kamu tidak memberitahu hal yang sebenarnya, apa benar rumah kita akan dijual dan kita tidak bisa membayar biaya rumah sakit Ayah?" tanya Ho Ryung dan memberondong pertanyaan pada Ae Ryung
"aku tahu, tolong tenanglah karena Chae Ryung juga sedang sakit"
"apakah kamu tahu bagaimana perasaanku saat mendengar dari pacarku kalau kita sudah bangkrut dan dia tidak ingin menikah denganku, apa yang akan terjadi pada masa depanku nanti?" teriak Ho Ryung emosi

Di depan pintu rumah sakit, Ae Ryung tak hentinya memandangi biaya tagihan rumah sakit. Hatinya semakin sedih dan perih saat memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya pada dirinya dan keluarganya. Disaat bersamaan, sebuah suara wanita tak jauh di dekatnya semakin membuatnya sedih.

Wanita tersebut memanggil dr Hong dengan sebutan sayang dan dia adalah pacar dr Hong. Ae Ryung ternyata diam-diam menyukai dr Hong karena perhatian ekstra yang dilakukan dr Hong terhadap sang Ayah. 
Ae Ryung berusaha mengalihkan perhatiannya dari dr Hong dan kembali memandangi kertas tagihan rumah sakit. Jin Goo tiba-tiba muncul dan menarik kertas tagihan dari tangan Ae Ryung.

"ini gila, apa yang mereka lakukan? mengapa tagihan ini begitu tinggi?" teriak Jin Goo
"berikan padaku" ucap Ae Ryung
"serahkan padaku Ae Ryung, aku akan mengurus semuanya"
"mengapa harus anda, Jin Goo?"
"mengapa? kita bukan orang lain lagi sekarang. Ayahmu adalah Ayahku juga sekarang. Aku akan pergi sekarang" ucap Jin Goo dan berniat pergi namun Ae Ryung menghentikannya dengan sebuah kalimat yang membuat Jin Goo terkejut setengah mati

"Jung Jin Goo-si, apakah kamu.... apakah kamu.... (Jin Goo menunggu) apakah kamu... mau menikah denganku???"

Related Posts by Categories

0 komentar: