0
Semua orang kaget ketika Woo Shik berdiri untuk menjadi saksi dipihak Hyung Woo. Karena mereka semua mengira ia akan bersaksi untuk Eun Jae. Eun Jae merasa keberatan dan berkata kalau Woo Shik bisa melakukan sumpah palsu sebab ia ingin menggagalkan perceraian ini. Wajah Eun Jae menunjukkan kalau ia tidak senang akan hal ini.
Testimonipun dimulai. Woo Shik dengan gugup menjawab pertanyaan Hyung Woo, berkata kalau ia mungkin mendapatkan uang lebih sedikit, tapi ia juga berkontribusi untuk firma mereka. Yang lebih penting, ia membangun image yang lebih bagus untuk Hope dengan banyak melakukan kerja sosial dan juga membantu kasus-kasus Eun Jae. Ia juga menyatakan kalau Eun Jae tahu kalau sebenarnya Hyung Woo tidak berselingkuh dan ia pernah mengatakannya padanya.
Ketika giliran Eun Jae, ia menantang Woo Shik dengan cerita dari sudut pandangnya. Ini seperti Eun Jae yang memberikan testimoni daripada menanyai saksi.
Monolog Eun Jae sebenarnya tidak mengandung bobot hukum, tapi bisa meyakinkan semua orang karena yang ada didalam ruangan itu semua punya hubungan dengan Hyung Woo dan Eun Jae. Eun Jae berkata dengan penuh emosional kalau ia sangat kesepian, Hyung Woo sering menghentikan apa yang ia katakan atau mengabaikannya. Dan ia harus mengumpulkan uang dan menjaga Hope sendirian, secara finansial dan emosional. Ia bertanya dengan nada terluka kenapa Woo Shik akan melawannya dan Woo Shik menjawab kalau ia melakukan ini karena ia masih mencintai Hyung Woo dan ia sendiri yang mengatakan itu padanya. Hyung Woo terkejut mendengarnya. Eun Jae berkata dengan pahit kalau sekarang ia tidak yakin apakah itu benar.
Karena Hyung Woo pernah menyebutkan kalau ia juga mampu mengurus Hope, maka Eun Jae mengumumkan kalau ia akan mundur dari Hope. Hasil dari percobaannya ini adalah seberapa bagus keadaan Hope tanpa dirinya yang akan menjadi bukti untuk sidang berikutnya.
Di kantor, Eun Jae memberitahu Hyung Woo kalau ia sangat kejam karena menggunakan Woo Shik sebagaia saksinya, karena baginya Woo Shik sudah dianggap sebagai ayahnya.
Eun Jae membereskan berkas-berkasnya dan memberitahu Hyung Woo kalau ia akan menyelesaikan kasus yang sedang ditanganinya kemudian mundur. Hyung Woo mencoba meyakinkan dirinya sendiri kalau ia mampu mengurus Hope seorang diri, tapi para staffnya tidak percaya kalau ia bisa melakukannya. Merekapun segera menyerahkan jadwal Eun Jae dan buku-buku keuangannya. Kecuali beberapa tagihan yang telah dibayar, ada daftar panjang tagihan yang sangat besar. Go Ki dengan gugup berkata kalau ia belum mendapatkan gajinya.
Eun Jae pulang ke rumah dan khawatir kalau Hyung Woo akan besar kepala. Ternyata ini dilakukannya untuk membuktikan kalau Hope benar-benar membutuhkannya.
Di rumah ibu Hyung Woo, kedua ibu itu sedang memperdebatkan tentang cucian piring mereka. Ibu Eun Jae berkeras kalau mereka harus mencucinya sekarang, sedangkan ibu Hyung Woo berkata kalau ia akan melakukannya nanti, ketika ia ingin melakukannya. Ibu Hyung Woo mirip dengan Eun Jae sedangkan ibu Eun Jae mirip dengan Hyung Woo. Merekapun membayangkan kalau menantu mereka membela mereka dan akhirnya mereka menyatakan kalau lebih baik mereka bertukar anak saja.
Sedangkan Eun Jae sedang mengkhawatirkan keberadaan ibunya bersama Tae Young. Mereka bernostalgia tentang masa lalu mereka. Mencoba tersenyum ketika mengingat kejadian yang menyedihkan seperti ketika ibu Tae Young menampar Eun Jae. Eun Jae pun berdiri dan berkata kalau wanita itulah yang mencuri pria itu dari ibunya.
Walaupun keluarga mereka berantakan, tapi Eun Jae menekankan kalau ayah Tae Younglah yang membuat kedua keluarga menjadi menderita. Tae Young mengaku, walaupun membutuhkan waktu yang lama, akhirnya ia sadar kalau ayahnya dan ibu Eun Jae benar-benar saling mencintai. Eun Jae, “Jika itu adalah cinta, maka aku belum tahu apa itu cinta.”
Karena merasa bersimpati dengan Eun Jae, Young Joo menjadi bersikap sombong pada Hyung Woo dan menyatakan kalau ia mungkin akan bersaksi dipihak Eun Jae. Para pria pun mendesah satu sama lain, kadang mereka tidak tahu kesalahan apa yang telah mereka perbuat dan ketika mereka meminta maaf untuk sesuatu yang telah mereka lakukan, mereka takut pada pertanyaan, “Untuk apa kau meminta maaf?” Dan mereka hanya mampu memberikan jawaban yang tidak memuaskan, “Untuk semuanya.”
Dalam perjalanan pulang, Hyung Woo mengingat saat-saat bahagia pernikahan mereka, sekarang ia merasa kesepian. Hari berikutnya, suasana di kantor Hope sangat suram. Deuk Hee memberikan surat pengunduran dirinya dan berkata paling tidak akan berkurang satu mulut yang harus diberi makan. Padahal Eun Jae menyuruhnya untuk tetap bekerja karena sebentar lagi ia akan kembali dan berjanji akan menaikkan gajinya.
Hyung Woo memutuskan kalau ia harus bisa mencari uang, ia pun menelpon teman-teman pengacaranya untuk mencari kasus, memberitahu mereka kalau ia memperluas cakupannya untuk jenis kasus yang lain. Kasus yang punya bayaran besar. Mereka semua mencemooh, memberitahunya kalau ia tidak perlu melakukan itu, ia beruntung karena mmempunyai pernikahan yang baik dan istri yang bisa mengurus semua urusan yang menyangkut dengan uang.
Ia pun meninggalkan acara makan siang itu dengan perasaan yang terpukul dan pergi ke rumah ibu. Ibu Hyung Woo segera menyuruh ibu Eun Jae untuk bersembunyi. Hyung Woo ingin meminjam uang pada ibunya dan ibu segera berkata, “Pergilah!” Hyung Woo berpikir kalau ibunya jahat. Tapi ibu Hyung Woo melakukan ini demi kebaikannya, karena ia takut ibu Eun Jae akan mendengar permintaannya itu, makanya ia segera mengusirnya. Ketika Hyung Woo mencoba untuk meraih segelas air, ibu segera berkata, “Aku tidak punya air yang bisa kuberikan padamu.” Ia pergi dan berpikir kalau ibunya kejam.
Setelah beberapa hari, Eun Jae dan Hyung Woo meneruskan pekerjaan mereka. Dan Hyung Woo gagal memperoleh bantuan dari kenalannya.
Eun Jae pergi minum-minum dengan beberapa pengacara yang mulai menggosipkan hal-hal buruk tentang Hyung Woo. Eun Jae mulai tersinggung dan bertanya kenapa mereka berusaha menjatuhkan suaminya dan kemudia ia mengumumkan kalau ada yang ingin mengeluh, dialah yang harus mengeluh, bukan orang lain.
Eun Jae pulang ke rumah dan merasa kesal karena harus bersabar menghadapi teman-teman pengacaranya yang berpikir kalau mereka lebih baik daripada Hyung Woo, padahal sampai saat ini, Hyung Woolah yang terbaik. Malamnya ia melihat sekeliling apartemennya yang kosong dan mendesah, “ini terasa berat.”
Woo Shik mencoba untuk memperbaiki hubungannya dan muncul disekitar apartemen Eun Jae setiap akan berangkat dan pulang kerja, tapi Eun Jae tidak mau mempedulikannya. Akhirnya, Eun Jae mau berbicara dengannya dan Woo Shik memberitahunya kalau ia melakukan itu bukan karena ingin menyakitinya dan Hyung Woo sangat merindukannya. Eun Jae pun menanyakan keadaan Hope karena ia mendengar kalau semuanya menjadi sulit dan hampir semua telepon mencarinya.
Hyung Woo sedang tidak beruntung dalam mencari kasus yang baru, jadi ia berusaha mencari jalan lain, yaitu menghubungi surat kabar yang dulu menawarinya untuk mengisi kolom, tapi ternyata juga tidak berhasil. Ketika seorang klien yang berpotensi datang menemuinya dengan kasus tabrakan mobil, ia menolaknya dan menyuruhnya mencari pengacara yang lain. Kelihatannya ia punya masalah dengan kecelakaan mobil.
Flashback.
Hyung Woo sedang mengendarai mobil bersama adiknya yang baru datang dari Amerika. Adiknya ingin tidur, tapi Hyung Woo memaksanya untuk mengobrol, ketika sebuah truk berbelok didepannya. Mobil mereka pun bertabrakan dan terbalik. Adiknya meninggal, meninggalkan Hyung Woo yang didera rasa bersalah, menangis, “Seharusnya aku yang mati.”
Woo Shik menemukan Hyung Woo tertidur dan demam. Ia pun segera menelpon Eun Jae yang memberikan jawaban yang angkuh, tapi akhirnya ia datang juga. Walaupun ia sebenarnya khawatir, tapi Eun Jae berkata kalau sakitnya Hyung Woo menunjukkan kalau ia tidak bisa mengurus Hope dan memotret keadaan Hyung Woo untuk bukti.
Eun Jae memaksa Hyung Woo untuk pergi ke rumah sakit dan menggunakan kasusnya sebagai alasan untuk berpura-pura tidak peduli, “Jadi aku bisa mengambil fotomu disana juga.”Ketika Hyung Woo terkantuk-kantuk di kursinya, Eun Jae meletakkan kepala Hyung Woo ke bahunya dan meminta perawat melewatinya dulu supaya Hyung Woo bisa beristirahat sejenak.
Lucunya, ternyata Hyung Woo sangat pengecut. Ketika melihat jarum, ia sangat ketakutan dan berteriak pada perawatnya, “Belum! Belum!” Eun Jae harus mengalihkan perhatiannya ketika seorang perawat memasang jarum IV.
Eun Jae harus pergi setelah menerima kabar buruk: Klien terbesar Hope, Presdir Hwang, tiba-tiba mengumumkan kalau mereka tidak lagi menggunakan jasa mereka. Eun Jae menunggu didepan kantornya dan berusaha untuk berbicara padanya, tapi Presdir Hwang mengabaikannya, meninggalkan Eun Jae tanpa penjelasan.
Woo Shik mencari Prof Jo untuk bergabung dalam rencana barunya untuk menghentikan perceraian itu. Mereka harus mencari bukti tambahan. Kelihatannya ada lebih banyak hal dalam perekam suara itu daripada yang mereka pikirkan, yang ingin ia ungkapkan dalam kesaksiannya, tapi tidak bisa ia lakukan. Bisikan Woo Shik membuat Prof Jo tertawa gembira, walaupun ia menekankan kalau mereka tidak bisa memaksa Hyung Woo dan Eun Jae untuk memasukkan hal itu sebagai bukti. Woo Shik berkata kalau mereka harus mencari cara agar mereka mau melakukannya.
Woo Shik menjelaskan kalau ia berbicara dari sudut pandang duda yang kesepian dan Prof Jo mengaku kalau ia juga kesepian dan ketika mereka berdua merasa kesepian, mereka bisa saling menelpon untuk saling bertukar catatan siapa yangh lebih kesepian.
Ibu akhirnya memberi Hyung Woo pinjaman, jadi dengan penuh kemenangan, ia meminta para staffnya untuk mengecek rekening banknya. Eun Jae mampir ke Hope karena telah ditelpon oleh Prof Jo. Hyung Woo pura-pura terlihat sukses didepannya. Ia berpura-pura menerima telpon yang memberi berita bagus, hanya saja tiba-tiba telponnya itu berdering.
Prof Jo datang dan mengingatkan tentang ulangtahun ke 80 dari salah satu dosen mereka, Prof Go. Prof Jo menyuruh keduanya untuk menyiapkan pesta ulangtahun itu dan merahasiakan perceraian mereka dari Prof Go. Jika sampai Prof Go tahu, mereka akan mati.
Eun Jae melihat kalau Hyung Woo sudah sembuh dan Hyung Woo menjawab, “Kenapa. Khawatir kalau aku bisa mengurus Hope dengan lebih baik sekarang?” Eun Jae membalas kalau seharusnya ia memperlakukannya semanis ia memperlakukan Green Tea dan Hyung Woo mengingatkannya kalau Green Tea adalah ibunya. Ia menambahkan kalau ia seperti dirinya juga. Ia tahu bagaimana rasanya punya luka yang sangat menyakitkan, “Bagiku, ibuku adalah sebuah luka.” Kata-kata Hyung Woo yang tidak jelas itu membuat Eun Jae bertanya-tanya untuk pertama kalinya, apakah ia berkata dengan jujur.
Ternyata Hyung Woo telah menulis email selama dua tahun terakhir ini, berpura-pura sebagai adiknya. Ibu masih percaya kalau adiknya masih hidup.
Eun Jae menelpon ibu mertuanya untuk mengecek, sedangkan ibu kandungnya duduk dan ikut mendengarkan. Kemudian Hyung Woo menelpon ibunya untuk berterimakasih dan ibu memberitahunya kalau ia mengusir ibu Eun Jae dari tokonya. Ia kemudian meutupnya supaya Hyung Woo bisa menelpon ibu Eun Jae. Tapi Ibu menyuruh ibu Eun Jae untuk tidak mengangkatnya, “Anak-anak ini harus segera sadar.”
Eun Jae diberitahu kalau Presdir Hwang ingin bertemu dengannya, ia pun segera pergi dengan semangat yang tinggi, berpikir kalau Presdir Hwang akan menggunakan jasa Hope lagi. Ternyata Presdir Hwang memperkenalkan pengacaranya yang baru, yang juga dikenal oleh Eun Jae. Ternyata perceraian Eun Jaelah yang menyebabkannya memutuskan hubungannya dengan Hope.
Dalan situasi seperti itu, Eun Jae tidak bisa memohon, jadi ia hanya tersenyum dan membungkuk dengan hormat. Ia meminta Presdir Hwang untuk mencarinya jika ia butuh bantuan.
Ia berjalan keluar sambil menahan air mata kekalahannya dan berkata pada dirinya sendiri, “ Tidak apa-apa.”
Kemudian ia pulang ke rumah dan menemukan kalau pintu depannya tidak terkunci dan apartemennya berantakan, dengan laci-laci dikosongkan dan barang-barang yang berserakan.
Eun Jae ketakutan dan ia pun memeriksa setiap ruangan. Ia jatuh terduduk di lantai dengan gemetar.
Hyung Woo menunggu Tae Young di bar untuk bertanya dimana ibu Eun Jae berada. Tae Young memarahinya, seharusnya ia bisa melakukan hal yang lebih baik untuk perkawinannya. Tae Young ditelpon oleh Eun Jae yang sedang ketakutan. Ia menangis dan meminta Tae Young untuk datang ke rumahnya dan Tae Young pun bergegas pergi.
Hyung Woo mendengar nama Eun Jae disebut , ia merasa ada sesuatu yang salah dan segera waspada. Ia ingin tahu apa yang sedang terjadi dan Tae Young memberitahunya kalau Eun Jae menangis dan gemetar.
Hyung Woo berkata kalau ia yang akan pergi dan segera pergi ke apartemen mereka. Ketika ia sampai disana ia melihat Eun Jae duduk ditengah apartemen mereka yang berantakan. Ia pun menjadi sedikit lega.
Dalam kekhawatirannya, ia berteriak pada Eun Jae, “Ada apa denganmu? Sadarlah!” Sebenarnya ia ingin mengatakan “ Kenapa kita berada dalam situasi seperti ini?”, tapi yang keluar malah tuduhan yang membuat Eun Jae menangis lebih keras, “Apakah dirampok itu salahku?”
Ia meraba-raba mencari telponnya dan bertanya kenapa Tae Young tidak datang-datang. Hyung Woo memeluknya dan Eun Jae menangis, “Kenapa semua orang melakukan ini padaku? Apa kesalahanku?” Hyung Woo meminta maaf karena ia salah bicara dan meyakinkannya kalau semua ini bukan kesalahannya.
Eun Jae terus menangis, “Aku tidak punya tempat yang kutuju dan orang yang bisa kuhubungi.” Hyung Woo memberitahunya, “Seharusnya kau menelponku.”