sinopsis good doctor episode 5 part 2
Posted: Kamis, 05 September 2013 by khyunkhyun in Label: Good Doctor
0
Yoon Seo memasukkan uang ke dalam sebuah amplop. Kebetulan
Do Han masuk ruangan dan melihatnya. Ia bertanya untuk apa uang itu? Yoon Seo
tak menjawab, tapi Do Han tahu maksud Yoon Seo yang sebenarnya (uang duka cita)
dan ia langsung melarangnya pergi.
Tapi Yoon Seo menolak. Ia tak akan pergi jika acara
penghormatan jenasah ada di tempat lain, tapi ini diadakan di rumah duka rumah
sakit. Dan ia pergi atas nama pribadi, bukan sebagai dokter. Dan Do Han pun
bertanya, “Sejak kapan kau menarik garis antara menjadi dokter dan individu?”
Yoon Seo menatap marah pada atasannya, membuat Do Han
melunak dan memintanya untuk tak pergi ke pemakaman. Tapi Yoon Seo tetap
memaksa pergi, sehingga Do Han mengancam akan menarik Yoon Seo dari semua kegiatan operasi selama sebulan
jika ia melihat Yoon Seo berada di dekat rumah duka.
Belum sempat Yoon Seo membalas, muncul Chae Kyung yang
menyapa Yoon Seo. Chae Kyung berbasa-basi dengan mengatakan kalau ia tahu Yoon
Seo mengalami saat-saat yang sulit dan wajah Yoon Seo sedikit kurang sehat,
jadi harusnya Yoon Seo mengambil cuti. Yoon Seo tak menjawab hanya menunduk.
Saat berdua saja, Chae Kyung memuji wajah Yoon Seo yang
sekarang semakin cantik tak seperti saat dulu. Dan ia pun merasa iri karena tak
pernah dimarahi oleh Do Han seperti itu.. Do Han mengatakan kalau Chae Kyung
tak pernah melakukan kesalahan. Tapi Chae Kyung mengatakan ia tentu pernah
melakukannya.
“Atau kau yang memang tak peduli padaku?” tanya Chae Kyung
dengan nada bercanda. Tapi dengan nada lebih serius ia meneruskan, kalau
menghukum atau marah adalah tanda bahwa Do Han peduli, “Tapi jika kau ingin dr.
Cha mengalami peningkatan, lebih baik
kau bersikap biasa-biasa saja padanya. Bersandar pada seseorang , itu akan
menjadi kebiasaan.”
Masih berbicara tentang surga, kali ini Shi On
membicarakannya dengan In Hye yang mengatakan kalau ia merasa pernah melihat
surga. Saat ia di UGD dan hampir mati, ia merasa sakit tapi tiba-tiba tidak dan
ia merasa nyaman, “Aku melihat cahaya putih. Dan aku seperti melihat tak
melihat sayap malaikat.”
Shi On melongo membayangkan apa yang dikatakan In Hye,
hingga In Hye berkata, “Tapi ternyata itu hanya karena efek obat. Mereka
memberikan obat anti nyeri yang saaangat kuat.”
Hahaha.. In Hye sudah
membuat harapan Shi On terbang. In Hye mengatakan kalau mereka bukanlah
anak-anak lagi. Kenapa juga percaya akan hal-hal seperti itu, “Sinterklas dan
surga itu hal yang sama. Orang-orang mengatakan kalau itu ada, tapi sebenarnya
tidak.”
“Kenapa tidak ada surga? Pasti ada!” Yae Eun, teman sesama
pasien, ternyata mendengarnya. Dengan wajah hampir menangis, ia langsung pergi,
membuat In Hye menyesal mengapa Yae Eun harus mendengar hal ini sekarang.
Terlepas larangan Do Han, Yoon Seo ternyata tetap datang ke
rumah duka. Di sana ia melihat kalau ternyata Do Han juga datang untuk
mengucapkan rasa belasungkawa atas nama bedah anak. Orang tua Min Hee rupanya
sudah lebih tenang sekarang dan minta maaf karena bertindak tak sopan
sebelumnya.
Ibu Min Hee juga meminta agar Do Han menyampaikan maaf pada
Yoon Seo karena ketidaksopanan mereka sebelumnya. Ibu Min Hee mengakui kalau ia
sebelumnya membenci Yoon Seo karena merasa ialah yang membuat Min Hee
meninggal.
Ibu Min Hee terisak, tak dapat meneruskan ucapannya. Yoon
Seo yang mendengar dari jauh hanya bisa menunduk mendengarnya. Namun ibu Min
Hee meneruskan setelah lebih tenang, “Tapi kami salah paham. Ia telah melakukan
yang terbaik dan ia juga menderita seperti kami. Kami menyadarinya sekarang.”
Ayah Min Hee juga meminta agar Do Han menyampaikan terima
kasih pada dokter pria yang selalu berada di kamar jenasah, “Jadi Min Hee tak
merasa kesepian.”
Yoon Seo menangis, dan memilih pergi setelah memberikan uang
duka di meja penerima tamu. Sekembalinya dari rumah duka, ia bertemu dengan
bibi petugas kantin dan heran apa yang sedang dilakukan wanita itu?
Ibu Shi On yang sebelumnya memakai masker (untuk
menyembunyikan wajahnya) dan mengintip ke dalam ruangan residen, segera membuka
masker dan dengan canggung berkata kalau ia belum menyampaikan amanat Yoon Seo,
sehingga ia sekarang ingin melakukannya. Ibu Shi On menyerahkan bungkusan pada
Yoon Seo.
Yoon Seo menerimanya dan berjanji akan memberikan makanan
itu pada Shi On. Namun Yoon Seo tak dapat menutupi keheranannya, “Darimana bibi
bisa tahu kalau kami dari Bagian bedah anak, karena sepertinya saya tak
memberitahu bibi?”
Terbata-bata, ibu Shi On mengatakan kalau ia mencari tahu
sendiri. Ia pun pamit dan beranjak
pergi. Tapi ibu Shi On berhenti dan berbalik untuk memberitahu kalau ia melihat
Yoon Seo adalah gadis yang hangat dan bisa menjaga orang lain. Yoon Seo
terkejut, tak menduga dipuji seperti itu oleh orang yang baru ia kenal.
Shi On terkejut melihat makanan yang ia terima. Sup
bola-bola kentang, sama seperti yang ia tahu tak ada di menu kantin rumah
sakit. Saat ia merasakannya, ia lebih terkejut lagi karena rasanya mirip dengan
yang ia makan saat kecil dulu.
Yoon Seo hanya tersenyum melihat Shi On, membuat Shi On
menawarkan makanan itu padanya. Yoon Seo menolak dan Shi On pun kembali makan
dengan lahap. Yoon Seo menyampaikan rasa terima kasih orang tua Min Hee yang tadi didengarnya di
rumah duka dan bertanya, “Jika hal seperti ini terjadi lagi, apakah kau akan
tetap melakukan hal yang sama?”
Tetap lahap mengunyah, Shi On mengiyakan. Yoon Seo bertanya
lagi, “Walau aku dan Profesor Kim melarangmu?”
Berpikir sebentar, Shi On tetap mengangguk mantap. Ia
berkata kalau kakaknya dulu pernah berkata, ‘Tidak peduli betapa takutnya kau,
kau harus melakukannya jika kau mau. Orang yang bertahan, dan melewati semuanya
adalah orang paling keren di dunia.’
Shi On: “Bagiku orang dan dunia sama menakutkannya. Tapi ketika aku mengingat ucapan kakakku ktu, aku menjadi kuat.”
|
Siapa sebenarnya pria misterius itu? Wapresdir Kang sekarang
sedang menjamu pria itu di kaki lima dan tampak pria itu sangat menikmatinya.
Pria itu juga lama tinggal di Amerika namun memiliki banyak informasi dari
dalam. Ia mengatakan kalau ia tahu anak baru itu dipetisikan oleh para ibu
pasien.
Ahh… anak baru itu ternyata Shi On dan bukannya Do Han.
Silly me..
Wapresdir Kang juga terkejut mendengar pria itu mengetahui
petisi itu. Ia menjelaskan kalau dr. Go dan Direktur Lee yang melakukannya
tanpa ia ketahui.
Pria itu mengomentari kalau kedua biang kerok petisi itu
berpikiran dangkal. Ia pun bertanya apakah anak baru itu memang benar-benar
berguna? Wapresdir Kang mengangguk dan berkata kalau anak itu bisa mereka
manfaatkan dan berjanji akan menangani petisi itu.
Tapi pria itu melarangnya, karena dalam satu dua hari,
sesuatu yang bagus akan terjadi dan setelah itu tak akan ada yang meributkan
petisi itu lagi. Pria itu juga mengatakan kalau dengan kejadian itu akan membantu
tugas Wapresdir Kang nantinya.
Shi On masih ada di rumah sakit hingga malam hari, membuat
Perawat Jo senang melihat Shi On yang kelihatan seperti residen yang sebenarnya
dan berharap agar Shi On dapat segera bekerja menjadi residen yang sebenarnya.
Perawat Jo ini sepertinya memang bisa ngemong anak, deh.
Saat Yae Eun lewat, ia segera menyapa Yae Eun dengan riang. Tapi Yae Eun hanya
melewati mereka dengan murung. Perawat Jo da Shi On buru-buru mengejar Yae Eun.
Yae Eun pun mengungkapkan kegundahannya. Ayahnya
mentransplantasi hati untuknya karena ia
menderita atresia bilier dan setelah itu diketahui kalau ayahnya terkena kanker
hati dan meninggal, “Jika surga itu tak ada, lalu ayahku sekarang ada di mana?”
Perawat Jo mencoba menghibur dan mengatakan kalau surga itu
memang ada. Tapi Yae Eun percaya dengan kata-kata In Hye. Sama seperti
sinterklas yang juga tak ada.
Shi On pun berjongkok di depan Yae Eun dan bertanya apakah
Yae Eun ingat akan wajah ayahnya? Yae Eun mengangguk. Apakah Yae Eun ingat saat
bermain dengan ayahnya dan saat ayahnya memberikan hadiah? Yae Eun mengangguk
lagi.
Maka Shi On pun berkata, “Kalau begitu tak masalah. Di dalam
dirimu, ada sebuah pintu yang akan membawa ayahmu ke surga.”
Yae Eun bingung, “Pintu?” Shi On mengangguk dan mengetuk
dadanya , “Jika kau tidak percaya surga, pintunya akan menghilang. Tapi jika
kau memikirkan saat-saat bahagia dengan ayahmu dan selalu tersenyum,sebuah
pintu besar akan muncul. Dan dengan pintu itu,
ayahmu dapat pergi ke surga dan ia dapat datang sesekali untuk
mengunjungimu. Kelinci dan kakakku juga begitu.”
Yae Eun terdiam dan memikirkan ucapan Shi On. Perawat Jo
langsung menyahut dengan mengatakan kalau ia teringat sebuah lagu dan
menyanyikan lagu Gun’nRoses, “Knock-knock-knocking in your heaven’s door..”
Menurut Shi On, kalau orang yang tak percaya kalau surga itu
ada, itu karena orang itu tak memiliki pintu surga di hatinya. Ucapan Shi On
membuat Yae Eun tersenyum dan berkata kalausekarang perasaannya jauh lebih baik
sekarang. Ia pun mendongak dan mengetuk dadanya, memanggil ayahnya, “Ayah akan
sering datang, kan?”
Shi On tersenyum dan melakukan hal yang sama, memanggil
kelnci dan kakaknya. Perawat Jo pun tak mau kalah. Ia juga ingin melakukannya.
Ia mengetuk dadanya dan dengan suara lembut ia berkata, “Ibu.. apa Ibu sudah
makan?”
Aww… perawat Jo ini manis banget, sih..
Shi On pergi ke rumah duka yang sudah sepi. Baju merah yang
dijahitnya, diletakkan dengan rapi di bawah foto Min Hee. Sambil memandang
foto Min Hee, ia berjanji dalam hati kalau ia akan meminta kakak dan kelincinya
untuk bermain-main dengan Min Hee agar Min Hee tak bosan.
Di rumah, ia pun mulai menggambar di dinding putih
apartemennya. Sedangkan Do Han juga sudah kembali ke rumah dan mengambil foto
lamanya. Foto yang diambil di klub, saat ia minum-minum dengan Yoon Seo dan
teman-temannya.
Yoon Seo juga masih belum tidur. Ia sedang bekerja di depan
komputer saat teringat ucapan Shi On yang mengatakan kalau mengobati pasien itu
penting, tapi memberikan kesempatan bagi pasien untuk hidup jugalah penting.
Dan sepertinya kata-kata itu sangat membekas di benaknya, karena ia terdiam
lama dan baru bergerak saat handphonenya berbunyi.
Telepon itu dari Do Han yang rupanya sudah ada di bawah dan
memintanya untuk keluar menemuinya. Melihat sikap Yoon Seo padanya, Do Han
bertanya apakah Yoon Seo masih marah padanya.
Yoon Seo menjawab kalau ia tak marah pada Do Han tap ia
marahi lebih pada dirinya sendiri. Ia merasa 10 tahun ini ia bekerja tanpa
berpikir. Sekarang ia bukan seorang dokter yang mengobati pasien tapi hanya
seorang tekhnisi. Padahal ia bekerja di bagian bedah anak, bukan pabrik bedah,
“Memberik kesempatan anak-anak untuk hidup adalah tugas utama dari bagian bedah
anak. “
Do Han mengatakan kalau dokter bedah yang masih memiliki
idealisme seperti itu akan segera jatuh. Tapi menurut Yoon Seo, itu bukan
karena idealisme-nya, melainkan karena orang-orang itu (dia) memiliki
ketekutan, ketakutan untuk mempertahankan idealismenya., “Ketakutan itulah yang
membuat dokter bedah lemah. Dan saya tak ingin seperti itu.”
Do Han berkata kalau Yoon Seo sekarang mirip dengan Shi On. Ia
mengingatkan Yoon Seo kalau mengabaikan tanggung jawab dan memiliki perasaan
iba akan mengacaukan seorang dokter bedah dalam mengambil keputusan dan itu
akan berakibat fatal.
Di dalam, Shi On masih terus menggambar yang sekarang sudah
terlihat jelas apa yang ia gambar. Seorang gadis kecil, kelinci, kakaknya dan
sebuah tangga. Yoon Seo mengatakan kalau Shi On bukannya mengabaikan tanggung
jawabnya. Mulanya ia juga salah paham padanya. Tapi Shi On bukanlah robot. Ia
juga meminta agar Do Han tetap mengijinkannya tinggal di Bagian Bedah Anak.
Do Han mengatakan kalau itu bukanlah wewenangnya, tapi Yoon
Seo tak percaya karena Do Han pasti bisa melakukannya. Ia merasa Do Han yang
terus mengabaikan Shi On adalah bentuk kekerasan dan ia tak dapat membiarkannya
terus berjlanjut.
Tapi Do Han mengatakan kalau yang akan Yoon Seo lakukan ini
akan menjerumuskan Shi On lebih dalam lagi dan meminta gadis itu untuk tak
menutupi Shi On lagi, karena Yoon Seo
akan menyiksa Shi On dengan memberinya harapan, “Tak peduli seberapa banyak
bantuanmu, tak akan merubah banyak.Hasilnya sama saja.”
Yoon Seo kembali ke apartemen, dan saat melewati
apartemen Shi On, ia melihat Shi On ada
di teras. Shi On mengatakan kalau ia tak bisa tidur walau sudah menghitung
hinggal 1785 capung. Yoon Seo pun bertanya apa ia boleh berkunjung ke apartemen
Shi On? Dan saat ia masuk, ia terkagum-kagum dengan lukisan yang digambar Shi
On dan memuji kemampuan menggambar Shi On.
Ia segera mengenali gambar gadis kecil yang adalah Min Hee.
Melihat gambar tangga, ia pun bertanya apakah itu surga? Shi On menggeleng dan
mengetuk dadanya, “Di sini.” Yoon Seo masih tak mengerti maksud Shi On, maka
Shi On berpikir untuk memberi jawaban.
Akhirnya ia menyanyi ‘Knock knock knocking on the heaven’s
door..” sebelum memberi penjelasan lanjutan. Tapi Yoon Seo tersenyum dan
mengatakan kalau ia sepertinya paham maksud Shi On. Shi On mengacungkan
jempolnya pada Yoon Seo dan berkata kalau Yoon Seo memang benar-benar dokter
yang pintar.
Yoon Seo tersenyum dan memeluk Shi On, “Terima kasih.
Karenamu, noona ini dapat menghindar hanya menjadi seorang tekhnisi saja.”
Dan Shi On cegukan. Hehee.. jadi ingat Geul Oh di SKKS. :)
Di taman sambil makan kimbap, Yoon Seo bertanya tentang
kakak Shi On yang meninggal. Maka Shi On pun menceritakan kejadian di goa
tambang itu, “Kakakku meninggal karenaku. Karena aku takut, maka ia menemaniku
masuk ke dalam goa. Dan goa itu runtuh.”
Shi On mengambil sapu tangannya, dan membuka isinya. Yoon
Seo segera mengenali pisau bedah mainan yang dulu pernah tak sengaja
dibuangnya. Shi On berkata kalau pisau bedah mainan itu adalah hadiah ulang
tahun sebelum kakaknya pergi ke surga, “Ia memintaku untuk menjadi dokter,
bagaimanapun caranya. Hyung menabung uang sakunya dan membelianku seperangkat
mainan dokter-dokteran. Aku harus memenuhi janjiku. Aku harus menjadi dokter.”
Yoon Seo tersenyum. Ia memegang bahu Shi On dan berkata
kalau Shi On harus memenuhi janji itu. Harus. Shi On mengangguk patuh.
Keesokan harinya, Yoon Seo memencet bel apartemen dan
langsung membuka pintu Shi On (passwordnya belum diganti!) saat pintu tetap tak
terbuka dan mengomeli Shi On yang masih tidur dan tak membuka pintu.
Shi On tak menjawab, malah membalikkan badannya, untuk tetap
tidur. Tanpa canggung, Yoon Seo menepuk
pantat Shi On, menyuruhnya bangun. Shi On terbangun, dan setelah sadar ada Yoon
Seo, ia langsung menutupi badannya yang hanya memakai celana pendek. Yoon Seo
tertawa menggodanya, kalau ia sudah pernah melihat semua sebelumnya jadi tak
ada gunanya.
Shi On melihat jam dan terkejut karena mereka sudah
terlambat, membuat Yoon Seo tertawa lagi dan berkata kalau sekarang adalah hari
Minggu. Kedatangannya ke rumah Shi On adalah untuk mengajaknya jalan-jalan
karena ia menduga kalau Shi On belum sempat jalan-jalan di Seoul. Ia pun
menawarkan diri untuk pergi jalan-jalan ke tempat yang diinginkan Shi On,
“Nonton? Wisata kuliner? Atau warnet?” Yoon Seo memainkan jarinya, mengajaknya
untuk main game.
Seperti anak kecil, Shi On hanya ‘euhh.. euhh..’ bingung mau
apa. Yoon Seo semakin menggodanya, menyuruhnya segera memberikan jawaban
sebelum hitungan kelima. Shi On semakin panik dan menggoyang-goyangkan kakinya,
berpikir, sementara Yoon Seo mulai menghitung. Dan akhirnya ia berseru, “Aku..
aku mau ke sana!”
Ternyata Shi On ingin ke kebun binatang. Haha.. kayak anak
kecil aja. Shi On tampak senang melihat harimau putih, anjing laut, dan
menakuti-nakuti anak-anak lain saat di kandang beruang kutub, membuat Yoon Seo
harus menarik Shi On menjauh dari sana.
Dan Yoon Seo pun jadi seperti kakak yang membawa si adik
yang riang dan antusias, lari ke sana kemari, membuat Yoon Seo lelah. Hingga
Shi On berdiri diam, memandang monyet yang berlompatan ke sana kemari. Yoon Seo
bertanya apakah Shi On benar-benar sangat menyukai binatang?
Shi On mengangguk. Baginya, binatang mirip dengan anak-anak,
sama-sama manis dan lucu dan keduanya bisa bermain dengan baik. Yoon Seo
tersenyum dan menyindir Shi On, “Benar. Kau memang benar. Dan keduanya
juga mirip, sama-sama susah
dikendalikan.”
Yoon Seo memperhatikan salah satu monyet dan berkata kalau
pasti hari ini terasa sangat panas, hingga salah satu monyet nampak lemas
lunglai. Shi On melihat monyet itu, dan buru-buru langsung pergi, membuat Yoon
Seo mengeluh karena Shi On kabur lagi.
Ternyata Shi On mencari dokter hewan. Di klinik kebun binatang,
dokter hewan itu membenarkan dugaan Shi On kalau monyet itu terkena radang usus
dan akan menimbulkan masalah besar jika Shi On dan Yoon Seo tak melihatnya. Ia
menduga kalau keduanya adalah dokter hewan dan tercengang saat tahu kalau kedua
penyelamat monyet itu adalah dokter bedah anak.
Kembali ke kebun binatang, Yoon Seo bertanya apa Shi On
adalah Horse doctor? Bagaimana Shi On bisa tahu? Shi On menjawab kalau saat ia
menjad dokter muda dulu, ia sangat jarang bisa mengikuti operasi pasien
anak-anak. Oleh karena itu, setiap akhir minggu ia pergi ke rumah sakit hewan
untuk melihat operasi yang dilakukan. Ia membayangkan binatang itu adalah
anak-anak.
Yoon Seo pun bertanya apakah Shi On tak ingin menjadi dokter
hewan? Shi On sebenarnya mau, tapi ia tak dapat, “Karena kami sama-sama bodoh.”
Yoon Seo heran mendengar ucapan Shi On dan mengulang
kata-kata Shi On lagi, “Kalian berdua sama-sama bodoh?” Shi On mengangguk dan
menjelaskan kalau binatang itu bodoh dan ia harus menjadi cerdas. Tapi hal itu
tak terjadi.
Mendengar penilaian Shi On yang rendah pada dirinya sendiri,
membuat Yoon Seo mengerutkan kening.
Wapresdir Kang sedang menjadi penengah antara Presdir Lee
yang diserang oleh Chae Kyung yang meminta ibu tirinya untuk membangun rumah
sakit anak sendiri jika memang tak mengambil keuntungan dari bisnis itu.
Perdebatan mereka terhenti saat ada Sekretaris Presdir Lee
masuk dan memberikan sebuah dokumen. Dari wajah Presdir Lee, terbaca kalau
dokumen itu tak membawa kabar baik.
Wapresdir Kang kembali ke ruangannya dan teringat akan
ucapan pria misterius yang mengatakan akan ada berita baik dalam sehari dua
hari ini.
Ternyata dokumen itu juga sampai di meja dr. Choi. Dokumen
itu adalah dokumen penghentian dukungan dari perusahaan Woomyung yang tak akan
memberikan dana kepada RS Universitas Sung Won.
Di UGD ternyata juga ada kasus darurat karena Yoon Seo dan Jin
Wook terburu-buru berlari ke sana. Ada kasus pasien anak berusia 10 tahun. Namun
mengapa juga tangan residen Kil Nam berdarah-darah? Terdengar suara gonggongan,
membuat Yoon Seo heran, “Apa ada anak anjing di dalam sana?”
Shi On juga bergegas ke UGD setelah diberitahu oleh salah
satu suster penggosip yang panik. Dan saat ia masuk, ia melihat Yoon Seo
mundur, menghindari cakaran. Untung cakaran itu tak mengenainya hanya menyobek
lengan jasnya.
Memang siapa pasien itu yang mempunyai cakar binatang? Ternyata
seorang anak yang berbadan kumuh dan sekarang menggeram, mengancam semua orang
yang akan mendekatinya. Shi On yang melihatnya, perlahan-lahan merundukkan badannya
dan merangkah mendekati anak itu.
Yoon Seo berseru mencoba menghalangi niat Shi On, tapi Shi
On tetap merangkak maju. Saat sudah berhadap-hadapan, Shi On mengulurkan
tangannya perlahan-lahan.
Anak itu memandang tangan Shi On.. dan menggigitnya. Shi On
berteriak kesakitan dan anak itu langsung meloncat ke atas tempat tidur, menggeram
dengan buas.
Komentar :
Entah kenapa, kok saya merasa Yoon Seo menganggap Shi On
sebagai adiknya saja, ya? Dilihat dari umur pun memang seperti itu. Yoon Seo
adalah sudah hampir menyelesaikan residensi bedah anaknya, sementara Shi On
baru masuk di tahun pertama. Dan perhatian Yoon Seo pada Shi On pun seperti
noona pada dongsaengnya.
Seperti yang saya katakan sebelumnya, susah mengalahkan
cinta pertama, apalagi cinta pertama seperti dr. Kim Do Han. Karena walau
sekejam apapun pada Shi On, tapi kekejamannya itu berbeda dengan kekejaman dr.
Go.
Uhh.. sebel deh kalau inget dr. Go. Siapa sih nama
lengkapnya? Mungkin dr. Go To Hell, kali ya..
Dan saat melihat akhir episode 5 ini, pasti semua berpikir..
whoa.. werewolf boy? Tapi yang ini bukan boy, tapi girl. Dan saya langsung
teringat dengan werewolf boy-nya Song Joong Ki.
Asyik kali ya, kalau ternyata yang datang adalah werewolf
boy Song Joong Ki, yang akhirnya bisa ‘dijinakkan’ oleh Shi On dan mereka
berteman baik, membuat Do Han kesal. Setelah werewolf boy sembuh, werewolf boy
pun kembali, membuat Do Han tenang kembali.
Tapi ketenangannya tak berlangsung lama karena muncul dr.
Maru yang sangat baik dan perhatian pada Shi On, membuat Yoon Seo memperhatikan
dr. Maru dan Do Han menjadi kesal karena tersisih. Dan yang membuat Do Han
lebih kesal karena Maru ternyata sama pintarnya dengan dia.
Hahaha… intinya fanfiction ini mah, nyiksa Do Han karena
kejam sama Shi On dan untuk ngebuat dia sadar akan perasaannya pada Yoon Seo.