sinopsis good doctor episode 5 part 1
Posted: Kamis, 05 September 2013 by khyunkhyun in Label: Good Doctor
0
Ketika Do Han masuk, ia
melihat Yoon Seo terus memompa jantung Min Hee, walau grafik terus
menurun. Dan saat itulah terdengar suara tiiitt.. panjang, membuat semua orang
menoleh, melihat mesin pemantau.
Shi On shock melihat kenyataan itu dan terjatuh. Yang
lainnya pun terpaku, menyadari apa yang baru saja terjadi. Hanya Yoon Seo yang
terus melakukan memompa jantung Min Hi dan terus memohon,”Bertahanlah sedikit
lagi.. bertahanlah sedikit lagi..Kumohon..”
Shi On mengerjap-ngerjapkan mata, mencoba mengusir rasa
pusingnya. Tapi hampir tak ada yang memperhatikannya karena melihat Yoon Seo
yang terus memompa bahkan meminta alat kejut liisrik saat Jin Wook menahan
tangannya, memintanya agar berhenti. Akhirnya Do Han berbicara.
Dengan suara
rendah yang tenang, ia meminta Jin Wook untuk menjahit pasien kembali dan
membawanya ke ICU, “Dan panggil walinya dan beritahukan kematiannya.”
“Kumohon. Sudah kukatakan agar menunggu sebentar lagi!”
teriak Yoon Seo.
“Apa yang sedang kau lakukan, Han Jin Wook?!” bentak Do Han
keras.
Jin Wok menatap simpati pada seniornya dan berkata kalau ia
akan melakukannya. Tapi Yoon Seo berteriak, melarangnya, sambil terus memompa.
Jin Wook akhirnya memegang tangan Yoon Seo, “Yang kau lakukan ini sudah cukup!”
Yoon Seo menepis tangan Jin Wook dan menyuruhnya pergi
meninggalkannya. Ia kembali memompa dan terus memohon, “Ayolah.. ayolah..”
Akhirnya Do Han menyuruh semua orang untuk meninggalkan
ruang operasi, “Kecuali mereka yang belum bisa menerima kematian ini. Keluar!”
Semua orang keluar menyisakan Shi On yang masih terduduk
lemas dan Yoon Seo yang terus memompa. Ia terus menunggu sampai akhirnya Yoon
Seo menghentikan tangannya dan kemudian ia pergi meninggalkan ruangan.
Dengan tatapan kosong, Yoon Seo memanggil Shi On. Tanpa
melihat Shi On sedikitpun, ia menyuruh juniornya itu untuk menjahit dan mengembalikan
mayat pasien ke ICU kembali.
Di luar ruang operasi, teman-temannya masih menunggu. Tapi
Yoon Seo mengacuhkan mereka. Ia malah keluar ruangan dan menemui orang tua Min
Hi yang langsung bergegas menghampirinya dengan wajah berharap. Tanpa menatap
mata mereka, Yoon Seo berkata, “Sudah sangat terlambat…”
Orang tua Min Hee langung menangis mendengar kata-kata Yoon
Seo. Mereka meratapi nasib putri mereka yang sekarang sudah tiada. Dan dari
kesedihan yang mendalam itu, berujung pada menyalahkan dokter, yaitu Yoon Seo,
“Bagaimana mungkin dengan mudahnya kau mengatakan ia telah mati? Kenapa kau
biarkan anakku mati?! KENAPA?!!”
Yoon Seo tetap menunduk walau ibu Min Hee terus meracau,
“Kalau kau yang mengoperasinya, kau seharusnya bisa menyelamatkannya. Bisakah
kalian menyebut diri kalian sebagai dokter setelah membunuhnya?!”
Ayah Min Hee memegangi bahu istrinya yang kalap dan mencoba
menggoncang-goncangkan bahu Yoon Seo. Do Han muncul dan meminta ibu Min Hee
untuk tenang, “Kami telah melakukan sebisa kami, Bu.”
“Anakku sudah mati!” Ibu Min Hee memukul-mukul dadanya,
terisak-isak, “Anakku sudah mati!”
Do Han mengatakan kalau ia mengerti kesedihan mereka, tapi
hal ini bukan kesalahan dokter, “Saat ia datang ke rumah sakit ini, sudah
sangat terlambat untuk kondisinya.” Ayah Min Hee langsung emosi mendengar
perkataan Do Han dan berseru, “Diam!! Aku akan menuntut kalian, para dokter!
Karena kalian semua yang tak mau menerima Min Hee, kalian itu orang-orang yang
menbuat Min Hee-ku meninggal.”
Yoon Seo semakin tertunduk saat orang tua Min Hee jatuh
terduduk dan meratapi kematian putrinya. Tanpa sepatah katapun ia meninggalkan
mereka, meninggalkan Do Han.
Di ruang operasi, Shi On menjahit bekas operasi Min Hee
dengan tangan gemetar dan terus mengerjap-kerjapkan mata, menahan agar air
matanya tak keluar. Jin Wook mendekatinya dan mengambil pinset serta gunting dari
tangannya, “Aku akan melakukannya.”
Di ruang ganti, masih mencoba menahan air matanya, Shi On
memegang baju terakhir yang dipakai Min Hee. Sementara Yoon Seo mengetik status
penyebab kematian Min Hee, tetap tak mengeluarkan air mata.
Do Han menghadap dr. Go dan dimarahi habis-habisan olehnya, “Karena
itulah, kenapa kita seharusnya mengirimkan pasien itu ke rumah sakit lain!”
Do Han berkata kalau mereka mengirimkan pasien ke rumah
sakit lain, itu akan membuat pasien malah mati di jalan. Tapi dr. Go tak peduli
karena kasus seperti ini dapat menyebabkan masalah besar untuk rumah sakit
mereka, “Orang tua pasien itu akan menuntut kita karena malpraktek. Aku yakin 100%!”
Ihh… dokter ini.. ada nggak sih dokter beneran yang kaya
gini? Do Han pun bertanya, “Jadi apakah kita harus menolak pasien karena kita
takut dituntut?” dr. Go hanya terdiam dan Do Han pun melanjutkan, “Dr. Cha
telah melakukan operasi sebaik-baiknya dan tak membuat kesalahan apapun.”
Dr. Go mengeluh frustasi, dan bertanya apa orang tua pasien
akan peduli akan hal itu? Dengan sinis Do Han bertanya balik, “Jadi apakah
karena ini, Dok, Anda membuang operasi ini ke kolega yang belum pernah memimpin
operasi?”
Terbata-bata dr. Go berkilah kalau ia tak menyetujui operasi
ini dan Cha Yoon Seo yang memutuskan hal itu sendirian. Argumen dr. Go membuat
Do Han marah, “Melakukan tindakan bedah dengan memilih pasien? Apakah itu yang
dilakukan seorang dokter sekarang ini?”
Dr. Go bangkit, marah karena Do Han berani menghinanya. Tapi
Do Han mengatakan kalau kata-kata itu memang pantas ia ucapkan pada dr. Go.
Shi On melakukan tindakan aneh. Ia menjahit baju yang sobek
tidak menggunakan tangan, tapi menggunakan gunting dan pinset. Terlebih lagi
baju yang ia jahit adalah baju Min Hee yang tak mungkin dipakai lagi oleh si
pemilik. Do Han masuk, melihat tindakan Shi On dan bertanya, “Apa yang sedang
kau lakukan?”
Shi On langsung berdiri gugup dan berkata kalau ia sedang
menjahit baju Min Hee. Saat ditanya alasannya, Shi On menjawab, “Jika Min Hee
pergi ke surga, akan memalukan jika bajunya terlihat sobek.”
Do Han langsung merebut baju itu dan berkata tajam, “Mati
bukan berarti orang itu akan pergi ke suatu tempat tapi orang itu kehilangan
nyawanya.” Shi On menggeleng dan berkata kalau kelinci dan kakaknya juga pergi
ke surga.
Do Han mengatakan kalau yang terjadi adalah pasien itu mati
dan yang dilakukan Shi On sekarang hanyalah untuk menghibur diri sendiri. Shi
On tetap membantah, yang ia lakukan memang demi Min Hee.
“Kalau kau benar-benar
mau melakukan sesuatu untuknya, seharusnya kau yang menyelamatkan nyawanya!!”
bentak Do Han membuat Shi On menggeleng-gelengkan kepala gugup.
Shi On mengatakan kalau surga itu memang ada. Do Han
akhirnya menyuruh Shi On untuk tetap percaya dengan keyakinannya itu,”Karena
keyakinanmu itu malah membuatmu terlihat semakin konyol.” Dan ia pergi setelah mengembalikan
(melempar, sih sebenarnya) baju Min Hee pada Shi On.
Shi On terdiam, tapi dalam hati ia berkata kalau ia memang
menyadari kalau orang mengolok-oloknya, tapi ia sudah terbiasa sejak kecil.
Di kamar jenazah, orang tua Min Hee menangisi putrinya yang
sudah dingin tak bergerak. Dan Shi On berdiri di luar ruangan, seakan menunggu
sesuatu. Ia hanya bisa memandangi ayah ibu Min Hee keluar ruangan yang terus menangis
meratapi putrinya.
Di ruang residen, Il Kyu menyalahkan Shi On atas semua
kejadian ini. Jika bukan karena Shi On, Do Han tak mungkin diskors sehingga
Yoon Seo tak perlu melakukan operasi Min Hee. Jin Wook menyuruh Il Kyu untuk
tak menyimpulkan seperti itu, karena sistuasinya tak akan berubah walau Do Han
yang melakukannya.
Il Kyu tetap bersikeras mengatakan kalau setiap kali Shi On ada,
hal-hal buruk selalu terjadi. Jin Wook pun membentaknya, “Woo Il Kyu! Kalau
Park Shi On memang melakukan kesalahan, kita berhak menegurnya. Tapi selalu
menimpakan kesalahan padanya, sebagai residen tahun keempat, mulai sekarang aku
tak akan membiarkannya. Mengerti?”
Il Kyu bergumam pelan, mengiyakan. Para residen pun bubar
setelah Yoon Seo datang dan dengan gaya judesnya yang biasa, menyuruh para
residen untuk mulai bertugas.
Do Han menghadap dr. Choi untuk meminta pihak manajemen
untuk menarik perintah skorsingnya untuk sementara waktu. Ia pasti akan
melakukan hukumannya di kemudian hari. Dr. Choi mengijinkan dan berkata kalau
komite pasti akan mengerti karena situasi yang pelik seperti sekarang ini.
Dr. Choi menyayangkan keterbatasan rumah sakit daerah yang
tak memiliki setidaknya satu dokter bedah anak sehingga hal ini tak perlu
terjadi. Do Han mengatakan kalau hal itu tak mungkin dilakukan, karena yang
ditugaskan pasti dokter magang atau residen tahun pertama sehingga yang bisa
mereka lakukan tetap adalah menolak pasien. Dr. Choi mendesah, menyetujui hal
itu.
Dr. Choi juga menanyakan tentang keadaan Yoon Seo, “Kehilangan
pasien saat operasi pertamanya, itu akan menjadi bekas luka yang besar.”
Do Han menelepon Chae Kyun untuk meminta maaf kalau ia tak akan
kembali ke vila karena ia harus menangani masalah ini dan Yoon Seo juga
nampaknya terpukul dengan masalah ini. Tentu saja Chae Kyung marah mendengarnya
karena ada dr. Go yang bisa menangani hal ini dan Yoon Seo bukan anak kecil
lagi yang tak bisa mengendalikan emosi.
Do Han tak mau berdebat panjang dan berjanji akan menyuruh
sopir untuk menjemput Chae Kyung.
Jin Wook dan para residen pria lain menemui Shi On untuk
mengajak Shi On beranjak dari kamar jenasah. Sementara Jin Wook berkata dengan
lemah lembut, Il Kyu malah membentak-bentaknya membuat Jin Wook melirik tajam
pada rekannya itu. Tapi Shi On tetap diam dan tak menjawab ajakan mereka. Mereka
akhirnya meninggalkan Shi On karena ada kasus gawat darurat di UGD.
Sementara Yoon Seo tetap tenang dan mengerjakan pekerjaan
hariannya, membuat dua suster penggosip itu kagum sekaligus heran melihat
ketenangan Yoon Seo yang seperti tak terpengaruh oleh kejadian itu.
Tapi Suster Kepala berpendapat lain dan memarahi mereka, “Apa
kalian tahu bagaimana pikirannya? Apakah perasaan orang itu sama seperti kulit?
Kelihatan jelas kalau luka atau berdarah?”
Do Han kembali bertugas. Memeriksa sekaligus mengajari para
residen. Dan ia menanyakan tentang Yoon Seo yang tak ada bersama mereka. Jin
Wook berkata kalau ia yang meminta teman-temannya untuk tak mengajak Yoon Seo bertugas
dulu, karena merasa Yoon Seo perlu istirahat.
Hal itu membuat Do Han menegurnya tajam, “Apa itu tugasmu
untuk memutuskan hal itu?” Jin Wook pun meminta maaf.
Yoon Seo ternyata pergi ke ruang jenasah dan ia melihat Shi
On. Saat ditanya alasan Shi On berada di sana, Shi On menjawab kalau ia selalu
berada di tempat seperti ini sama seperti saat kelinci dan kakaknya pergi ke surga.
Walau ruang jenasah menakutkannya, tapi ia tak suka jika memikirkan mereka
sendirian di tempat itu.
Yoon Seo hanya berkata pendek, “Aku lebih tak suka jika
dirimu mulai berlaku seperti anak-anak seperti sekarang ini.” Ia pun
menghempaskan badannya ke kursi dekat Shi On.
Shi On bertanya apakah Yoon Seo juga tak percaya surga itu
ada, sama seperti Do Han? Yoon Seo berkata ia tak percaya, “Itu hanya ada di
pikiran orang tua yang ditinggalkan dan teman. Itu hanya kata-kata manis yang
tak berguna bagi kita.”
“Bagi anak-anak, hidup itu sendiri adalah surga. Menerima
kasih sayang orang tua dan bermain dengan teman-temannya,” kata Yoon Seo dengan
tatapan kosong, “Kita telah mengambil surge dari Min Hee.”
Shi On menggeleng dan berkata kalau Min Hee pasti berterima
kasih pada Yoon Seo. Saat ia magang di Chooncheon, hal seperti ini telah
terjadi 3 kali. Dokter di sana menolak mengoperasi, “Anda adalah dokter pertama
yang tak menolak dan mau melakukan operasi.”
Shi On : “Direktur (dr. Choi) pernah mengatakan ini padaku. Merawat
pasien itu penting, tapi yang lebih penting lagi adalah memberikan
kesempatan pasien untuk hidup.”
“Kesempatan? Kita bahkan tak punya kesempatan itu!” jawab
Yoon Seo marah. Matanya berkaca-kaca saat berkata, “Jika mereka datang satu jam
lebih cepat..kita dapat menyelamatkannya. Jika aku punya satu jam lagi, Min Hee
dapat diselamatkan.”
”Ketika terjadi asystole (otot jantung berhenti mutlak), kupikir
jantungku berhenti berdetak. Aku tak bisa melakukan apapun. Sekarang.. kupikir
aku tak akan bisa melupakan wajah Min Hee,” Yoon Seo menunduk, menangis. “Setiap
aku memegang pisau bedah lagi, aku akan selalu memikirkan Min Hee. Apa yang
harus aku lakukan sekarang?”
Yoon Seo menutup wajahnya dan menangis terisak-isak,
melepaskan kesedihan yang selama ini dipendamnya. Shi On diam tak menjawab tapi
perlahan tangannya terulur untuk menyentuh Yoon Seo. Namun tepat pada saat itu
handphone Yoon Seo berdering, membuat Shi On menarik tangannya kembali.
Ternyata telepon itu dari Do Han yang menyuruhnya untuk memimpin
operasi usus buntu, Saat ini Do Han sedang diskors karena itu Yoon Seo yang
pimpin dan ia akan mengawasi. Yoon Seo bertanya apa Do Han tak melewati batas? Ia
tahu kalau Do Han ingin melatih kekuatan mentalnya untuk menjadi dokter bedah,
tapi ia tak suka dengan cara satu dimensi seperti ini. Do Han menjawab, “Tak
peduli satu dimensi atau dua dimensi. Tapi memang kenyataan kalau kau lemah.”
Ughh.. Do Han dingin dan cuek banget, sih?
Yoon Seo masih ragu saat ditanyai kepastiannya untuk mau
memimpin operasi ini. Tapi saat do Han berkata kalau ia akan meminta dr. Go saja,
Yoon Seo langsung berkata, “Aku akan melakukannya.”
Yoon Seo pun muncul ke ruang operasi dan mulai memberi perintah
pada anggota timnya, walau mereka memandang Yoon Seo dengan khawatir.
Di atas Do Han
mengawasi mereka dan Yoon Seo hanya bisa melirik tajam, jelas marah padanya.
Namun Yoon Seo tetap professional. Dengan tenang, ia meminta pisau dan mulai
melakukan pembedahan.
Semua dokter bedah anak ada di ruang operasi kecuali Shi On
dan dr. Go. Shi On ada di kamar jenasah sedangkan dr. Go menemui Wapresdir Kang
untuk menyerahkan petisi yang menginginkan dr. Park Shi On mengundurkan diri.
Ughh.. dari trio jahat ini, yang paling nyebelin si dr. Go ini. Dr. Go bahkan
sudah memberikan tembusan petisi ini ke Yayasan.
Dengan senyum sopan, Wapresdir Kang bertanya kenapa dr. Go
tak memberitahukan hal ini sebelumnya dan apakah dengan petisi ini mereka dapat
mengeluarkan Park Shi On dan dr. Choi? Dr. Go yakin, 100% positif. Wapresdir
Kang tetap tersenyum sopan, namun mimik wajahnya tak dapat dibaca.
Di kantin, Presdir Lee memberitahu dr. Choi kalau ada petisi,
tentang Park Shi On yang tak pantas menjadi dokter, sudah masuk ke Yayasan. Dr.
Choi heran karena tak ada complain tentang Park Shi On yang masuk ke rumah
sakit. Dan Presdir Lee menduga ada orang yang memanipulasi petisi itu apalagi
hingga masuk ke yayasan.
Operasi masih berlangsung saat Do Han mengambil speaker
untuk menegur Yoon Seo kalau operasi yang dilakukan terlalu lama. Yoon Seo tak
mempercepat operasinya, tetap konsentrasi pada layar. Setelah beberapa saat,
operasi berhasil selesai. Yoon Seo pun meninggalkan ruangan setelah menatap
tajam pada Do Han.
Namun di kantin, ia tak dapat menyembunyikan tangannya yang
gemetar saat mengangkat sendok. Jin Wook yang mengerti perasaan Yoon Seo
memintanya untuk tak melakukan operasi jika terjadi kasus gawat darurat nanti
malam dan meminta Yoon Seo untuk memberitahu Do Han. Yoon Seo mengatakan kalau
ia tak apa-apa, dan malah bertanya tentang keberadaan Shi On yang masih ada di
ruang jenasah.
Sepertinya ia akan menyuruh Shi On makan tapi tak jadi
karena ada panggilan dari perawat. Ia pun meminta tolong bibi petugas kantin.
Saat melihat bibi petugas kantin itu, saya merasa familiar
dengan wajahnya (di pikiran saya ia adalah Ratu di Princess Hours). Apakah
mungkin dia seperti Bibi Choi di I Miss You? Peran sederhana yang ternyata
sangat penting?
Jawabannya adalah ketika bibi petugas kantin itu membawakan baki
makanan ke ruang jenasah dan melihat Shi On duduk di depan ruang jenasah.
Sontak tangannya yang memegang baki gemetar.
Dan saya pun teringat wajah itu. Wajah bibi itu sama dengan wajah
yang melindungi Shi On saat ayah Shi On marah dengan brutal. Bibi itu adalah ibu Park
Shi On!
Buru-buru ibu Shi On mengundurkan langkahnya dan pergi,
sekilas sempat berpapasan dengan orang tua Min Hee. Shi On menoleh melihat
kepergian ibunya, tapi ia tak memperhatikannya. Ia memperhatikan orang tua Min
Hee yang datang masih dengan menangis.
Ia pun bangkit dan tanpa sepatah katapun ia mengulurkan baju
merah Min Hee. Ayah Min Hee menerima baju itu dan Shi On pun pergi meninggalkan
mereka. Ibu Min Hee memeluk baju itu, baju terakhir yang dikenakan putrinya dan
menangis tersedu-sedu.
Di tangga, ibu Shi On teringat akan permintaan Yoon Seo
untuk membawakan makanan pada Shi On. Ia pun buru-buru kembali. Tapi Shi On
sudah tak ada di sana.
Komentar :
Yoon Seo pasti merasa terpukul saat ia harus kehilangan pasien
untuk pertama kalinya. Ia mencoba untuk tampak kuat di depan teman-temannya
untuk tak membuat mereka cemas. Ia mencoba kuat di depan Do Han, orang yang ia
sukai, yang ia tahu Do Han tak suka jika ia lemah.
Ia hanya mampu menangis di depan Shi On yang ia tahu, ia tak
perlu malu jika menangis di hadapannya. Dan saat Yoon Seo meminta ibu Shi On
untuk membawakan makanan, apakah saat ini Yoon Seo mulai suka pada Shi On?
Entahlah... Cinta pertama itu susah hilang. Apalagi cinta pertama itu adalah
sosok seperti dr. Kim Do Han.