SINOPSIS Who Are You Episode 7 Part 2
Posted: Minggu, 25 Agustus 2013 by khyunkhyun in Label: Who Are You
0
“Bruk!!!”
Sebuah mobil menabrak tubuh seseorang yang membuat orang itu terpental dan
tergeletak tak berdaya di jalan. Dia Woo-cheol, orang yang tertabrak.
Shi-on
yang tadinya akan menolong Woo-cheol ternyata tubuhnya telah didorong dulu oleh
Gun-woo sehingga Shi-on tak berhasil menyelamatkan Woo-cheol. Gun-woo sigap
dengan segera menelfon kekantor untuk melaporkan tabrak lari ini. “Telah
terjadi tabrak lari di persimpangan Ilsan. Nomor platnya adalah 57DA 8639.
Tolong segera kirim penaganan darurat”
Shi-on
segera menghampiri tubuh Woo-cheol yang sudah tak sadarkan diri, Shi-on
menangis histeris. Dia meminta maaf pada Woo-cheol, Shi-on sepertinya menyesal
karena tak bisa menyelamatkan Woo-cheol.
~~~
Woo-cheol
telah berada dirumah sakit, dia masih tak sadarkan diri. Shi-on menanyakan
keadaan Woo-cheol pada dokter yang menanganinya. Dokter sudah melakukan
pertolongan pertama pada Woo-cheol tapi mereka masih belum bisa memastikan apakah
keadaannya baik-baik saja. Shi-on tampak begitu khawatir.
~~~
Gun-woo
mengantarkan Shi-on kerumahnya, Gun-woo penasaran siapa sebenarnya Woo-cheol.
Shi-on mengatakan kalau Woo-cheol adalah orang yang ada ditempat kejadian enam
tahun yang lalu, Woo-cheol adalah orang pertama yang datang kesana. Gun-woo
benar-benar tak percaya bagaimana Shi-on melakukan penyelidikan ini sendirian,
“apa kau tak takut?”
Shi-on
tak menjawab pertanyaan Gun-woo malah menunjuk-nujuk kening Gun-woo, “Darah...”
Gun-woo
bingung, Shi-on menunjuk kalau di kening Gun-woo ada darah. Gun-woo mengusap
keningnya dan benar saja ada darah yang mengalir disana, membuat Gun-woo
sedikit terkejut.
Shi-on
membersihkan luka di kening Gun-woo, Gun-woo terus mengerang kesakitan dan
menyuruh Shi-on untuk lebih pelan. Shi-on kesal karena dia bahkan belum
menyentuh luka Gun-woo. Shi-on memukul pelan Gun-woo, “kenapa kau berlebihan?”
Gun-woo
tersenyum dan mengelak kalau dia tak berlebihan. Shi-on heran bukannya dari
tadi Gun-woo tak merasakan sakit sampai ketika Gun-woo melihat lukanya.
Gun-woo
membela diri kalau saat dia tak mengetahuinya itu tak terasa sakit. Shi-on
kembali membersihkan luka Gun-woo tapi Gun-woo terus saja mengerang. Shi-on
kesal, “Diam..Diam rewel”
Shi-on
mengambil plester untuk menutup luka Gun-woo tapi Gun-woo terus menjauhkan
kepalanya sehingga Shi-on menjewer telinga Gun-woo agar kepalanya mau mendekat.
“ini tak akan sakit”
Gun-woo
akhirnya diam, tapi jarak diantara mereka menjadi begitu dekat. Gun-woo
memandang Shi-on lekat-lekat, Shi-on yang menyadari pandangan Gun-woo jadi
sedikit canggung sehingga segera menempelkan plesternya ke kening Gun-woo.
Shi-on
menjauh, “Selesai, ini sudah selesai”
Untuk
beberapa saat mereka saling diam, Gun-woo mencoba mencairkan suasana, “Ngomong-ngomog,
kenapa rumahmu keliatan kuno?”
Shi-on
mengatakan kalau rumahnya terlihat kuno karena tak ada yang berubah selama 6
tahun, Gun-woo merasa kalau ada beberapa barang dirubah mungkin akan lebih baik
dan juga Shi-on harus megganti kuncinya. Tapi Shi-on merasa kalau keadaan
rumahnya yang seperti ini malah membuatnya nyaman dan mungkin bisa membantunya
mengingat kembali masa lalu.
~~~
Rumah Sakit Myeongjin
Seorang
suster mengecek keadaan Woo-cheol. Keadaan Woo-cheol masih stabil meski belum
sadarkan diri.
Sepeninggal
suster itu, sesosok bayangan memasuki ruangan Woo-cheol. Dia perlahan mendekati
Woo-cheol, orang ini sama dengan yang
menculik Shi-on dan yang menabrak Woo-cheol tapi yang jelas bukan Moon-sik.
Orang itu melepaskan alat bantu pernafasan Woo-cheol. Jelas saja Woo-cheol
langsung sesak dibuatnya, seketika matanya membulat dan melihat si pelaku.
Dengan suara yang tercekat Woo-cheol berkata, “kkkauu”
Orang
itu sudah mempersiapkan semuanya, dia sudah memakai kantong tangan untuk
membekap mulut Woo-cheol. Woo-cheol langsung mengerang tapi dengan keadaannya
tak ada apapun yang bisa ia lakukan.
Suara
mesin pendeteksi detak jantung sudah berbunyi menandakan tak ada lagi detak
Woo-cheol yang terdeteksi. Orang itu perlahan melepas bekapannya, dia
mengembalikan alat pernafasan Woo-cheol seperti semula dan segera kabur.
~~~
Woo-cheol
telah tiada, dokter menutup tubuhnya dengan kain. Shi-on memandangi mayat
Woo-cheol dengan perasaan sedih, entahlah sedih kehilangan sunbae ataukah
karena orang yang bisa memberinya petunjuk telah tiada, ataupun alasan yang
lain.
Gun-woo
menghampiri Shi-on yang kini sedang menangis dalam diam.
~~~
Shi-on
keluar dari rumah sakit dengan tergesa-gesa dan mengambil buku daftar barang, ituloh
yang kemarin dibuatin Seong-chan. Gun-woo mengejar Shi-on dan menghalanginya
untuk pergi. Shi-on menyuruh Gun-woo melepaskan genggaman tangannya, Shi-on
ternyata sedih karena merasa kalau dia adalah penyebab kematian Woo-cheol.
Shi-on
menangis dengan penuh penyesalan, “Jika saja aku membiarkan kasus ini, kasus ini
pasti sudah ditutup, kenapa aku begitu fokus pada menyatukan kembali ingatanku?”
Gun-woo
mencoba menenangkan Shi-on dengan memegang pundaknya, tapi seolah dia begitu
sulit untuk melakukan itu. Gun-woo akhirnya mengepalkan tangan dan mengurungkan
niatnya.
Shi-on
masih terus menangis dan membakar daftar barang yang telah disobek-sobek
olehnya.
~~~
Seong-chan
mengomentari keterlambatan Shi-on dan Gun-woo yang bersama-sama. Shi-on tak
menanggapi namun Gun-woo bersikap seperti akan menggeplak Seong-chan.
Seong-chan tak perduli dengan Gun-woo dan memeberitahu Shi-on kalau ada orang
yang meminta Seong-chan memberikan sesuatu pada Shi-on dan itu ada dimeja.
Shi-on
bertanya itu dari siapa. Seong-chan kurang tahu karena yang menerima itu
Seung-ha dan sekarang dia ada di basement.
Shi-on
mengambil amplop yang tergeletak dimeja. Gun-woo membulatkan matanya melihat
secarik kertas yang ada dikursi Shi-on, itu kertas plat nomor yang diberikan
Hee-bin. “Bagaiamana kau tahu hal ini?”
“Apa?”
tanya Shi-on tak mengerti. Gun-woo menunjukkan kertasnya, “Ini mobil orang yang
kemarin. Pada saat workshop, Aku melihat semua kamera di daerah jalur
pendakian.”
”
Malam itu, 20.45. Ini
terekam kamera karena mengebut.” Gun-woo menujukkan screencap mobil berplat no 57DA
8639. Shi-on bertanya tentang nomor regristasinya, tapi Gun-woo memberitahu
kalau itu mobil ilegal.”Baj*ngan seperti apa yang mengincarmu?”
Shi-on
memikirkan sesuatu, dia kemudian permisi untuk pergi. Gun-woo meminta untuk
pergi bersama, tapi Shi-on menolak karena dia akan pergi sendiri.
Selepas
kepergian Shi-on, Gun-woo bertanya. “Tidak taukah kau kalau aku khawatir?”
~~~
Shi-on
masuk ke ruang Hee-bin dengan kesal, “Ada apa dengan mobil ini?”
Hee-bin
bertanya apa mobil yang melakukan tabrak lari, apa kau menemukannya. Shi-on
makin kesal dengan kepura-puraan Hee-bin dan mengulangi pertanyaannya. Hee-bin
sedikit tergagap tapi kemudian dia meyakikan Shi-on, “Aku sudah mengatakannya
padamu, Mobil itu menabrak papan reklameku dan kabur.”
“Baj*ngan
dengan mobil ini. Apa kamu yakin ini adalah tabrak lari?” Shi-on kembali
bertanya untuk meyakinkan dirinya sendiri.
Hee-bin
tergagap, “Unni, apakah kamu hidup dengan kebohongan sepanjang hidupmu? Apakah
aku terlihat seperti seseorang yang akan membohongi seorang polisi?”
Shi-on
masih kesal tapi mencoba percaya dengan Hee-bin, “Jika mobil ini muncul lagi,
pastikan memberitahuku.” Shi-on pun pergi.
Hee-bin
memandang tajam seseorang dihadapannya, “Kamu ini siapa? Apa yang begitu
spesial dengan mobil itu sehingga Dia seperti tadi?”
Hyung-joon
hanya memandang Hee-bin, dingin. Hee-bin bertanya apakah Hyung-joon tahu apa
yang terjadi. “Lihat kesini, Oppa yang tampan(iahhhh...). Apa hubunganmu
dengan Yang Shi-On unnie?” Hyung-joon masih terdiam seribu bahasa, Hee-bin
bertanya lagi apa Hyung-joon memiliki rasa tak suka pada Shi-on. Hyung-joon
menunduk , Dia adalah wanita yang aku cintai.
Hee-bin
benar-benar tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Hyung-joon. Hyung-joon
kembali mengulangi ucapannya, masih dengan tatapan cool’nya. “Orang yang aku
cintai.”
~~~
Moon-sik
bertanya apakah Gun-woo sudah yakin, Gun-woo memang tak ragu lagi. Moon-sik
dengan malas berkata siapa yang mengejar Ketua Tim Yang, Gun-woo bilang kalau
dia akan mengejar mereka jika dia tahu.
Moon-sik
menanyakan tentang surat untuk pencarian mobil itu.
Gun-woo
: “Belum ada penggilan sama sekali. Ini adalah mobil yang tidak terdaftar.”
Moon-sik
: “Dia pasti sudah mengganti mobilnya sekarang bukan? Tapi siapakah pensiunan
polisi yang meninggal itu?”
Gun-woo
mengatakan kalau Mereka bilang dia adalah detektif pertama yang tiba saat
kejadian enam tahun lalu. Gun-woo mendekatkan tubuhnya pada Moon-sik, Gun-woo
meminta Moon-sik untuk membantu mencarinya, Gun-woo kasian pada Shi-on karena
mengalami masalah sulit. Moon-sik mengatakan kalau ini masalah spesial, bahkan
dia tak tau.
Moon-sik
curiga dengan kasus ini, Gun-woo juga merasa aneh karena Kasus itu disimpan
dengan begitu rahasia dan tersembunyi. Mereka berdua sama-sama terdiam dengan
pikirannya masing-masing, Gun-woo sepertinya menyadari sesuatu dan izin untuk
pergi.
Moon-sik
menyandarkan kepalanya ke botol minumya, dia juga terlihat begitu kelelahan dan
begitu banyak pikiran.
~~~
Shi-on
pulang kerumahnya sendirian tanpa ditemani Gun-woo. Namun saat dia mencoba
membuka pintu rumah dia merasa ada yang aneh karena pintu sudah terbuka. Shi-on
berjalan mengendap endap memasuki rumahnya, dia melongok sedikit dari pintu
tapi kemudian berbalik untuk mengambil sesuatu untuk perlindungan, sapu. Keke
Tanpa
pikir panjang, Shi-on langsung menerobos pintu dan memukul orang yang ada
didepannya tanpa melihat siapa itu. Shi-on berusaha memukul orang itu, tapi orang
itu menghentikan Shi-on dan Shi-on merasa suara itu familiar sehingga dia
membuka matanya. Gun-woo lah yang telah jatuh terjerembab dengan
keterkejutannya.
Gun-woo
telah memasangi rumah Shi-on sebuah CCTV. Shi-on bertanya kenapa CCTV ada
disana.
Gun-woo
: “Kemanan rumah ini tidak cuma sekedar buruk. Begitu buruknya sampai aku harus
memasang CCTV di sini?”
Shi-on
menghela nafas, “Detektif Cha. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku, tapi ini
masalahku. Aku akan menghadapi masalahku sendiri.”
Gun-woo
mengingatkan Shi-on, “Ketua Tim. Kau hampir mati dua kali. Di hutan, dan di
jalan. Jika aku tidak ada di sana-“
Shi-on
benar-benar berterimakasih, tapii... Gun-woo memotong perkataan Shi-on dan
mengingatkan kalau baj*ngan itu tak hanya mengincar Shi-on tapi juga berusaha
membunuhnya. Shi-on juga tahu akan hal itu, dengan mata berkaca-kaca Shi-on
mengatakan, “Kang Woo Cheol Sunbaenim meninggal karena aku. Ini masalahku. Aku
tidak ingin kamu ada dalam bahaya karenaku. Aku akan menolak hal itu.”
Gun-woo
: “Ketua Tim, Aku juga menolak untuk mati. Ini hanya CCTV seperti yang ada di minimarket. Periksalah
setiap malam ketika kau pulang, dan jika ada sesuatu yang aneh, lalu periksa
monitor.”
Gun-woo
pun pamit pulang.
Dalam
perjalanan, Gun-woo bergumam. Apakah sangat sulit hanya untuk mengatakan
‘Terima kasih, Cha Geon-Woo’
Shi-on
juga tengah memperhatikan Gun-woo dari laptop yang terhubung dengan CCTV.
Shi-on menjadi teringat dengan apa-apa yang telah Gun-woo lakukan padanya. Saat
dihutan waktu workshop dan juga saat Gun-woo menolong Shi-on di kecelakaan yang
menyebabkan Woo-cheol tertabrak.
Shi-on
hanya menghela nafas.
~~~
Moon-sik
tengah melihat arsip kasus tahun 2007 tentang Kasus korupsi internal Pelabuhan
Incheon. Moon-sik membacanya dengan seksama, namun tiba-tiba komputer yang
digunakan Moon-sik layarnya menjadi tak jelas. Moon-sik menggetok-ngetok tapi
belum juga kembali semula. Moon-sik mengetoknya dan mencoba meng-klik-klikan
dan akhirnya komputer berjalan seperti semula.
Ternyata,
ini semua efek dari kedatangan hantu Handsome. Hyung-joon berjalan mendekati
Moon-sik yang kembali melihat arsip itu.
~~~
Didepan
kuil Hee-bin, Seorang ibu setengah baya sedang menelfon dengan kesal, “Aku
tahu. Aku akan bertanya sekali lagi. Jika ia berkata tidak, Aku akan membuat
keputusan tegas.”
Hee-bin
meregangkan tubuh sambil bergumam kenapa
dia(she) belum datang. Namun kemudian Hee-bin terkejut dengan sudah adanya
Hyung-joon yang duduk bersila didepannya, “kau menakuti ku!”. Hyung-joon tak
menjawab, stay cool lah.
Orang
yang ditunggu Hee-bin datang, membuat Hee-bin segera merubah sikapnya.
Hee-bin
heran melihat pengunjungnya menggunakan kacamata dipagi hari. Hyung-joon
memberitahu kalau wanita itu dipukul suaminya. Hee-bin melirik Hyung-joon,
berkedip-kedip heran.
Hee-bin
segera berubah sikap sok tau pada pengunjung dan memberi nasehat, “Bibi, tipe
pria terburuk adalah mereka yang menggunakan kepalan-nya terhadap wanita.”
Si
bibi terkejut karena tanpa dia memberitahu tapi Hee-bin telah mengetahuinya
terlebih dahulu. Si bibi membuka kacamatanya dan benar saja ada lebam disekita
kelopak mata. Hee-bin juga terkejut kembali melirik Hyung-joon. Dengan menaik
turunkan alisn, Hee-bin bertanya tanpa suara pada Hyung-joon, apa?
Hyung-joon
dengan malas atau sok mengatakan kalau suami si bibi ketahuan selingkuh.
Hee-bin kembali menatap si Bibi dengan percaya diri, Hee-bin ber-akting seolah
tau segalanya. “Bibi, kenapa kau tinggal dengan pria yang menggunakan tenaganya
di tempat lain. Pria yang menggunakan tenaganya pada wanita lain, dan kemudian
menampar istrinya dengan sisa tenaganya. Apa yang bisa dipelajari anak-anak
dari hal itu?”
Bibi
tambah terkejut lagi, “Itulah yang ingin aku katakan.”
Hee-bin
menggeleng-geleng kepala seolah prihatin dan tak percaya dengan perlakuan suami
si bibi. Hyung-joon yang melihat Hee-bin tersenyum, seperti biasa sangat-sangat
tipis.
Hee-bin
mengitung uang yang diperolehnya dengan riang. Hee-bin sok jual mahal, ”
Kamu pikir aku akan
mendengarkanmu dengan mudah karena kau melakukan hal ini?”
Hyung-joon
tak bersuara hanya menatap Hee-bin dalam diam. Hee-bin menaruh uangnya, tampak
putus asa, “Oppa, walaupun kau mencitai wanita itu”. Hee-bin ragu mengucapkan
kata selanjutnya, tapi kau sudah mati.
Hyung-joon
menunduk, “Apakah kamu pikir aku datang kesini untuk cinta terlarang?
~~~
Shi-on
diruangannya sedang sibuk berfikir, dia kemudian mengingat amplop yang dia
dapat dan belum sempat dilihatnya. Shi-on pun membukanya, ada sebuah note dan
nametag. Shi-on membaca notenya, ‘Ada sesuatu dengan barang-barang Woo Cheol. Aku
merasa seperti harus memberikan ini padamu’
Shi-on
membalik nametag itu, benar saja itu nametag Hyung-joon yang diambil Woo-cheol.
Shi-on bertanya-tanya apa Hyung-joon juga detektiv.
Shi-on
mencari identitas Hyung-joon dengan memasukkan identitas yang tertera di nametag
itu. Sh-on menunggu dengan cemas, namun hasilnya nihil. Tak ada informasi
apapun yang bisa diperoleh Shi-on.
Shi-on
berkata dalam hati, “Detektif Lee Hyeong
Joon. Meninggal enam tahun yang lalu setelah tertembak di atas kapal. Aku tidak
mempunyai akses ke berkas-berkas itu juga informasi tentang latar belakangnya. Aku juga tidak bisa menemukan
benda apa yang berhubungan dengannya. Kenapa seorang detektiv pergi ke
sana(kapal) malam itu?”
Shi-on
menatap nametag Hyung-joon lekat-lekat. Shi-on menemukan sebuah kata yang
terlintas diotaknya, “Sebuah pengintaian, pengintaian...”
~~~
Shi-on
masih memikirkan tentang pengintaian, dia teringat kata-kata seorang polisi
yang menginterogasinya saat dia baru bangun dari koma. “Pada malam 21 Juli
2007, ada dua orang polisi dengan intel penyelundupan yang sedang bertugas
menyamar. Tapi
satu mayat ditemukan tertembak dan mati.”
Shi-on
berjalan seolah menguatkan tekadnya untuk kembali menemukan bukti tentang
Hyung-joon.
Shi-on
memasuki sebuah ruangan, sepertinya ini gudang tempat penyimpanan semua dokumen
yang ada di seluruh divisi. Shi-on berjalan memasuki salah satu lorong rak.
Disisi
lain lorong dalam ruangan ternyata juga ada Moon-sik yang mengambil sebuah
dokumen.
Shi-on
masih mengitari lorong untuk mencari dokumen.
Moon-sik
membuka lembar demi lembar dokumen yang diambilnya, dia menemukan sebuah kertas
file yang bertuliskan,Lee Hyung-joon – Choi Moon-sik.
Moon-sik
mengambil kertas file itu dari dokumen.
Shi-on
sudah sangat dekat dengan Moon-sik, Shi-on terkejut melihat sesuatu. Ada
Hyung-joon yang berjalan mendekati Shi-on yang membuat Shi-on berjalan mundur.
Ternyata Hyung-joon mencoba membuat Shi-on bersembunyi dari Moon-sik.
Moon-sik
berjalan keluar dari lorong rak-nya, Shi-on sudah berada di lorong rak yang
lain jadi Moon-sik tak melihat keberadaan Shi-on. Shi-on akan mengatakan
sesuatu, tapi dengan segera Hyung-joon menempelkan telunjuknya kebibir, memberi
tanda agar Shi-on diam.
Moon-sik
seolah merasa ada sesuatu yang janggal dan tengak-tengok. Namun kembali
berjalan.
Moon-sik
membuka pintu ruangan namun tangannya kembali tertahan dan berbalik masuk lagi.
Moon-sik melongok kembali kedalam ruangan dan berjalan semakin dekat.
Hyung-joon dengan seksama mendengarkan langkah Moon-sik dan segera bersikap
waspada.