Sinopsis Salaryman Episode 3

Posted: Senin, 13 Februari 2012 by khyunkhyun in Label:
0



[Salaryman Episode 3]
Hang Woo menemui Woo Hee yang sedang mabuk di bar, ia ingin mengorek informasi mengenai obat yang ditelitinya. Hang Woo mencoba menghibur Woo Hee yang menangis dan menaruh obat ke dalam minumannya, Woo Hee yang meminumnya pun pingsan. Sementara itu Yoo Bang yang mengkhawatirkan Woo Hee kembali ke bar. Di tengah perjalanan Yoo Bang bertemu dengan Woo Hee yang telah digendong Hang Woo.
Yoo Bang segera menahan Hang Woo, dan menghampirinya.
“Siapa kau. Mau kau bawa kemana dia?”tanya Yoo Bang. Yoo Bang mencoba mengenali Hang Woo, Yoo Bang mengenali Hang Woo sebagai nomor 22 (relawan nomor 22 di uji coba klinis obat). Namun Hang Woo mengaku sebagai pacar Woo Hee dan meminta Yoo Bang jangan ikut campur. Hal itu tak lantas membuat Yoo Bang percaya. “Sejak kapan? Sejak uji coba klinis itu?”.
Hang Woo meminta kembali agar Yoo Bang menyingkir, namun Yoo Bang tak mau sebelum Hang woo bisa meyakinkannya. Hang Woo menurunkan Woo Hee di kursi, lalu menghampiri Yoo Bang.
“Kau…kau tahu berapa jumlah tulang dalam tubuh manusia?”tanya Hang Woo.
“Aku tidak tahu”jawab Yoo Bang tersenyum. “Tapi pernahkah kau berkelahi dengan 17 orang?”
“17 lawan 1?”
“Kalau 17 orang itu semua memukulmu 3 kali, berapa banyak pukulan yang kau terima?”jelas Yoo Bang.
Hang Woo menjawab 21, Yoo Bang yang tadinya bersiap maju membenarkannya.
“Yup, karena 7 kali 3 sama dengan 21”. “Kalau kau dipukul 7 kali ?”tanya Yoo Bang.
Lagi-lagi Hang Woo menjawab benar, Yoo Bang mundur kembali.
“Kau bercanda ya ?”tanya Hang Woo. “Hentikan leluconmu”, Hang Woo juga menyuruh Yoo Bang melawan atau pergi.
Dengan cepat Yoo Bang menendang alat vital Hang Woo wkwwkkw. Yoo Bang berkata kalau saja Hang Woo mencuri dompetnya ia pasti diam saja, tapi kenapa ia malah membawa Woo Hee yang sedang mabuk. Hang Woo memaki Yoo Bang seraya menahan sakit.
“Tadinya takkan kukeluarkan jurus mautku. Tapi kau memang pantas dibegitukan. Jangan salahkan aku, ya ?”, lalu Yoo Bang bersiap menendang Hang Woo kembali namun Han Shin langsung menyetrumnya dari belakang hingga pingsan.

Han Shin menghampiri Hang Woo menanyakan keadaannya dan membantu menepuk-nepuk punggung Hang Woo namun Hang Woo malah mendorongnya.
kau tidak apa-apa, Kepala Direktur ?
“Maafkan aku. Tindakan bocah (Yoo Bang) itu tak disangka-sangka”ujar Han Shin lalu membantu Hang Woo berdiri, namun Hang Woo menolaknya.
Hang Woo membawa Woo Hee ke apartemennya. Ia teringat kata-kata manager Choi saat menyerahkan obat yang dicampurkan ke minuman Woo Hee. Obat itu biasanya digunakan CIA untuk para criminal dan manager Choi telah bersusah payah meminta pada temannya yang bekerja di sana. Hang Woo mencoba membangunkan Woo Hee agar tersadar. Walau sempat membuka mata Woo Hee kembali tertidur di pundak Hang Woo, sepertinya Woo Hee dalam pengaruh obat. Hang Woo mulai mengintrogasinya.
“Sekarang, jawab pertanyaanku dengan jujur”, lalu Hang Woo menanyakan nama Woo Hee.
“Woo Hee. Cha Woo Hee”jawab Woo Hee.
“Pegawai Chunha Group divisi bioteknologi. Ceritakan tentang tugas dan jabatanmu”.
“Meriset obat baru, BB Project, kepala riset”jawab Woo Hee walau dalam keadaan tertidur.
“Berapa orang periset obat baru di tempatmu ?”tanya Hang Woo, Woo Hee menjawab ada 12 orang.
Dan tiba ke pertanyaan paling penting Hang Woo menanyakan password tempat penyimpan obat baru.

Dan tiba-tiba Woo Hee membuka matanya seperti orang yang telah tersadar. Walau sempat kaget Hang Woo tetap kembali bertanya passwordnya.
“YOU...! Kenapa bicara informal padaku ?”jawab Woo Hee.
“You! apa ? Katakan apa password tempat penyimpanan obat baru itu !”, Woo Hee malah seakan-akan mau muntah dan Hang Woo terus memaksa ia mengatakan apa passwordnya.
“Oh... Woo?”
“Okay, woo, terus apa ?”tanya Hang Woo lagi seraya mencatatnya.
Tak kuat lagi Woo Hee sudah mau muntah, Hang Woo menahan mulut Woo Hee agar tak muntah.
“Jangan muntah ! Itu hanya obat. Katakan sebelum kau muntah. Katakan apa passwordnya sebelum kau muntah !”paksa Hang Woo seraya menahan Woo Hee agar tak muntah.
Ternyata Han Shin menunggui Yoo Bang hingga tersadar, ia menyodorkan minuman pada Yoo Bang agar ia kembali fit. Yoo Bang mengeluarkan ponselnya dan bersiap menelepon, Han Shin bertanya Yoo Bang akan menelepon kemana.
“Kemana ? Cha Woo Hee telah diculik”jawab Yoo Bang. Han Shin meminta Yoo Bang pura-pura saja tidak tahu, Yoo Bang tak mengerti kenapa ia harus begitu.
Han Shin bingung menjawabnya namun ia akhirnya beralasan karena itu perintah Negara.
“Perintah negara ? Kenapa negara begitu cuek ?”tanya Yoo Bang tak percaya.” Duduk saja dan memberikan perintah seperti itu ?”.
“Karena perintah adalah perintah. Jangan banyak tanya, tutup mulut dan teruskan misimu. Itu adalah perintah, tahu ?”tegas Han Shin.
Lalu ponsel Yoo Bang berbunyi, manager Bun Kwae meneleponnya. Han Shin melarang Yoo Bang mengangkatnya, tapi Yoo Bang tak peduli ia tetap mengangkatnya. Bun Kwae bertanya di mana Yoo Bang, Yoo Bang menjawab bahwa ada yang ingin dilaporkannya. Han Shin segera menghalau ponsel Yoo Bang dengan tangannya.
“Kau lupa siapa yang memasukkanmu ke Chun Ha Group? Begitu kau lapor, selesai pula hubunganmu dengan Chun Ha Group. Kau mau dikeroyok preman lagi ?”ancam Han Shin. Bun Kwae bertanya apa yang ingin Yoo Bang laporkan berhubungan dengan Woo Hee?, Yoo Bang menjawab tidak terjadi aoa-apa.

Woo Hee terbangun, ia sadar di tempat asing.
“Apa... apa yang terjadi kemarin ? Di mana ini ?”gumannya panic ditambah ia tidak mengenakan pakaian miliknya. Ia kembali pura-pura tidur setelah mendengar seseorang masuk. Orang itu tak lain adalah Hang Woo, pelan-pelan Woo Hee mengambil pot yang di samping tempat tidurnya lalu memukulkannya ke kepala Hang Woo yang membelakanginya. Namun Hang Woo tak pingsan atau apa, Woo Hee segera mencari alat pelindung lain, ia mengambil remot.
“Lihat apa kau ? Kenapa kau bawa aku ke sini...”cecar Woo Hee
“Pihak laundry akan membawa pakaian bersihmu ke sini”jawab Hang Woo santai.
“Apa ?”, Woo Hee tak mengerti.
“Sepertinya kau begitu sedih kemarin. Dan kau telah membawaku kedalam kesulitan. Teleponmu mati.
Dan aku tak tahu harus membawamu kemana”jelas Hang Woo, namun Woo Hee tak percaya dan tak ingat pernah bertemu.
“Kau tak mengenaliku ?”tanya Hang Woo, Woo Hee teringat saat ia menabrak relawan uji klinis obat dan kopinya mengenainya.
“Jadi... Mendadak kau menemuiku dalam keadaan mabuk ? Kau sengaja ?”
“Dengarkan aku, Cha Woo Hee. Kalau orang lain yang membawamu, kau
takkan tahu apa yang terjadi padamu semalam”ujar Hang Woo. Woo Hee berkata agar Hang Woo tak berbohong karena ia ingat semuanya.
“Kau ingat semuanya ?”ledek Hang Woo, lalu ia mendekat ke arah Woo Hee yang sigap dengan remot di tangan.
Hang Woo memeriksa pelipisnya yang berdarah. “Begini caramu balas budi ?”
“Tubuh manusia 70% adalah darah. Kalau cuma begini, kau takkan mati”.
“Aku takkan mati ? Hanya itu kata-katamu setelah melukai kepala orang ?”seru Hang Woo. Woo Hee bukannya menjawab ia malah meminta ponsel Hang Woo untuk mengecek apakah Hang Woo mengambil foto atau video aneh hahaha. Hang Woo menyerahkannya namun Woo Hee tak bisa membukanya karena ada passwordnya, Hang Woo menyebutkan passwordnya lalu Woo Hee segera mengecek isi foto dan video yang ada dalam hp tersebut.
“Jadi kau selalu dipermainkan oleh pria ? Kau tak pernah bertemu pria baik-baik ?”ujar Hang Woo, Woo Hee mengembalikan ponsel Hang Woo yang bersih dari foto dan video aneh.
“Aku tambahkan nomor teleponku ke teleponmu. Kalau "King Kong" muncul, itu nomorku. Kau jawab panggilan itu. Lalu Woo Hee meminta Hang Woo mengsms nomor rekeningnya, ia akan mengirim biaya hotel dan biaya perawatan tapi dibagi dua, lalu Woo Hee melangkah pergi namun ditahan Hang Woo.
“Apakah kau... masih mencurigaiku ?”
“Terserah apa katamu. Aku tak mau bertemu kau lagi”jawab Woo Hee.
“Kenapa ? Kenapa ? Kenapa kau tak ingin bertemu aku lagi ? Aku bertanya karena aku penasaran”.
“Memangnya harus ada alasannya ? SMS saja nomor rekeningmu”tegas Woo Hee lalu melepaskan tangannya dari genggaman Hang Woo dan pergi sebelumnya melepar repotnya ke kasur. Senjataa kok remot wkwkkw.
“Dia lebih suka diajak bertengkar, daripada...”guman Hang Woo tak percaya.
Woo Hee keluar melihat ruang tamu, ruangan yang terlihat mewah, ia tak percaya kenapa Hang Woo mau jadi relawan uji coba obat padahal ia mampu menyewa kamar yang mewah seperti itu.
Yoo Bang semangat 45 masuk kerja. Ia mengucapkan selamat pagi pada setiap orang yang ditemuinya, satpam gedung menghampirinya dan bertanya mau ke mana dia?.
Yoo Bang berkata bahwa ia telah diangkat jadi pegawai sana dan menunjukkan kartu pengenalnya.
“Aku pegawai baru, Yoo Bang”.
“Oh, kau pegawai baru”, lalu satpam tersebut memberitahukan bahwa presiden telah datang.
Lalu beberapa pegawai menyambut kedatangan presiden dengan berbaris termasuk Yoo Bang. Rombongan presdir Jin beserta jajaran staf pentingnya masuk, dipimpin satpam gedung semuanya mengucapkan selamat datang dan panjang umur.
Ho Hae berhenti sejenak dan memperhatikan Yoo Bang.
“Ada apa, wakil presiden ?”tanya Beom Jeung.
“Orang di sana itu”tunjuk Ho Hae ke arah Yoo Bang. Beom Jeung menjawab bahwa Yoo Bang adalah pegawai baru dengan nilai tertinggi.
“Nilai tertinggi ? Si goblok itu ?”, Ho Hae tak percaya, si Yoo Bang malah mamerin kartu pengenalnya wkwkwk. Beom Jeung bertanya apakah Ho Hae mengenalnya, “Tentu saja. Sangat kenal”jawab Ho Hae.
Bun Kwae menemui Beom Jeung diruangannya.
“Orang yang bernama Yoo Bang. Bagaimana menurutmu ?”tanya Beom Jeung.
“Apa maksudmu ?”
“Tidak mungkin dia bisa masuk ke sini dengan kemampuannya sendiri. Dengan melihatnya saja kau bisa tahu”ujar Beom Jeung.
“Ya, akupun berpikir begitu. Melihat tampangnya saja bisa membuatku gila”.
Beom Jeung menyarankan agar Yoo Bang di keluarkan saja, tapi Bun Kwae tak punya wewenang untuk itu. Lalu Beom Jeung menyarankan agar Yoo Bang menangani Yeo Chi.
“Dalam beberapa hari dia pasti akan gerah,dia akan angkat tangan lalu menyerah. Siapa yang akan protes mengeluarkan pegawai yang tidak mampu mengerjakan tugasnya ?”ujar Beom Jeung, Bun Kwae menerima saran tersebut.
Di rumah Yeo Chi menerima telepon dari kantor bahwa ia harus segera berangkat kerja namun ia tak mau di tambah ia masih sibuk dandan sana-sini, medicure kakinya pula hahaha. Sementara itu ahjusi kami Yoo Bang menuju apartemen Yeo Chi. Yoo Bang terngiang-ngiang kata-kata atasannya Bun Kwae bahwa Yeo Chi harus datang ke kantor dan semua ulahnya di kantor menjadi tanggung jawab Yoo Bang. Dan kalau Yeo Chi membuat gara-gara Yoo Bang akan dipecat, yah ini mah enak di Bun Kwae ga enak di Yoo Bang ckckckck. Bel rumah Yeo Chi berbunyi, ia mengira itu tukang pizza dan segera membukan pintu. Yeo Chi sontak kaget kenapa yang datang malah Yoo Bang wkwkkw.
“Aku memesan pizza. Kenapa kau yang datang ?”. “Kau siapa ? Apa yang kau lakukan di sini”tanya Yeo Chi.
“Kuberi kau waktu 10 menit. Bersiaplah untuk berangkat ke kantor”jawab Yoo Bang santai. Yeo Chi ingin menutip pintunya namun Yoo Bang menahannya, lalu Yoo Bang menyelonong masuk namun ditahan Yeo Chi.
“Kau sudah gila ? Kau pikir kau ada di mana ?”
“Kalau aku gagal membawamu ke kantor, aku akan dipecat”jawab Yoo Bang.
“Kenapa aku harus ke kantor dan kau dipecat ?”seru Yeo Chi.
“Aigo, 9 menit lagi”jawab Yoo Bang santai seraya melihat jam tangannya.
Yoo Bang melangkah masuk, Yeo Chi berteriak menyuruh Yoo Bang keluar.
Tak bisa dengan cara halus, Yoo Bang memaksa Yeo Chi ke kantor dengan memanggulnya (?), Yeo Chi berontak minta diturunkan.
“Diam. Atau kau akan kulempar”jawab Yoo Bang yang terus membawa Yeo Chi ke mejanya.
Orang-orang yang seruangan dengan Yeo Chi kaget tak percaya, melihat Yoo Bang membawa Yeo Chi dalam keadaan amburadul hahaha.
“Dia dibawa dalam keadaan begitu ?”tanya Bun Kwae, melihat Yeo Chi belum memakai pakaian kantor, rambut masih memakai rol dan handuk terkalung dilehernya ckckckc.
“Aku sebenarnya tidak ingin melakukan ini...”ujar Yoo Bang, Yeo Chi makin mengeluarkan sapah serapahnya.
“Kau minta gendong lagi pun, aku tak sudi”ujar Yeo Bang lalu mengejrotkan (?) Yeo Chi ke tempat duduknya. Tak terima dengan perlakuan Yoo Bang, plakkkkkk!!! Yeo Chi menampar Yoo Bang hiks3.
“Kenapa ? Marah ? Jangan lihat ke atas !”seru Yeo Chi, Yoo Bang merunduk hal itu malah dikira Yoo Bang mengintip ke dada Yeo Chi yang saat itu Yeo Chi sepertinya memakai kaos agak longgar, ia pun segera menutupinya dengan syal bulu.
“Lihat apa kau, cabul !”teriak Yeo Chi.
“Kau bilang jangan lihat ke atas”jawab Yoo Bang santai. “Kau membuat malu dirimu sendiri”lalu Yoo Bang duduk di bangkunya sambil menghadap ke arah Yeo Chi..
Teman-teman seruangan yang tadi menonton kembali duduk ke meja masing-masing.
Yeo Chi kembali duduk seraya mencabuti perawatan kakinya dan melemparkannya ke Yoo Bang.
“OK. Jadi begitu maunya ? Baiklah. Lihat saja apa yang akan kulakukan”.

Bun Kwae melapor ke Beom Jeung.
“Nona tiba-tiba berubah 180 derajat. Dan bekerja dengan rajin”lapor Bun Kwae.
“Apa katamu ?”, Beom Jeung tak mengerti.
“Bukan hanya itu, bahkan dia sudah mulai mau makan di kantin”.
“Mana mungkin dia mau begitu”. “Tapi apakah... ada gejala aneh
pada Yeo Chi? Apakah pandangannya kosong ? Atau air liurnya keluar ? Atau kata-katanya ngawur?”tanya Beom Jeung.
“Dia tidak terlihat gila”jawab Bun Kwae.
Beom Jeung masih tak percaya Yeo Chi bisa tiba-tiba bersikap dewasa dan menebak bahwa Yeo Chi sedang merencanakan suatu tipu muslihat.
Telpon berbunyi, Yeo Chi mengangkatnya. Si penelepon ingin berbicara dengan diretur Jang Ryang namun Yeo Chi mengatakan bahwa ia sekarang di kamar kecil. Lalu si penelepon berpesan agar direktur Jang Ryang menelponnya setelah selesai. Lalu Yeo Chi bertanya siapa si penelepon untuk dicatat namanya tapi dengan bahasa informal tak sopan hahaha.
“Hah? "Lu ?"tanya Yeo Chi.
“Hey, siapa ini ?!”
“Kalau 'Lu' penasaran datang saja dan lihat sendiri”jawab Yeo Chi cuek.
“Kau sudah tidak sopan... Hey, Awas kau jangan bergerak
kemana-mana !”, Yeo Chi malah semakin menantangin dengan bahasa tak sopan.
“Kau! Tunggu di situ dan jangan kemana-mana !
Yeo Chi mengiyakan.
Yeo Chi membuat kekacauan lagi, ia mengangkat telepon staf yang disebelahnya berdering.
Telepon itu dari J & G Kantor Pusat New York yang ingin mendiskuiskan tentang rencana investasi bulan depan.
“Oh! Ada belum tahu ? Aku tidak butuh investasi”jawab Yeo Chi.
“Apa ?”, si penelepon tak percaya dan Yeo Chi bertanya apakah ia tuli?.
Si penelepon tak kehilangan kesabaran, ia pun minta disambungkan dengan tuan Kim.
“Oh, Tuan Kim! Sayang sekali, semalam dia mati”, padahal tuan Kim ada di samping Yeo Chi mohon-mohon supaya teleponnya diberikan padanya ckckckc.
“Apa ?! Kau sedang mempermainkanku ?”, Yeo Chi mengiyakan dan memaki si penelepon lalu menutupnya.
Saat Yeo Chi menoleh ia melihat salah staf membawa dokumen.
“Oy! Dokumen itu... Apa itu ?”tanya Yeo Chi.
“Rencana kerja Semester 1”. Yeo Chi memintanya dan bertanya siapa yang menyetujui itu, staf tadi menjawab bahwa presdir Jin sendiri menyetujuinya.
“Bagus. Aku akan menemuinya sendiri. Biar aku yang bawa”.
“Nona, kau sendiri yang...?”tanya staf tadi.
“Kenapa ? Kau takut ?”, dan tak beda Yeo Chi membuat kekacauan lagi ia memasukkan dokumen tadi ke dalam penghancur kertas ckckckck.
“Woohoo! Kalian lihat itu ? Keren”ujar Yeo Chi tak merasa bersalah dan malah semakin memasukkan dokumen-dokumen tadi ke penghancur kertas, padahal sang staf sudah hampir stop jantung :LOL.
Tiba-tiba datang tuan Kim So Ha dan bertanya siapa yang mengangkat telepon untuknya.
“Siapa ? Akan kupecat orang itu, siapa ?”teriaknya. Yeo Chi menghampiri dan menepuknya.
“Aigo, Nona”sapa tuan Kim dan memberi hormat.
“Teleponmu tadi... 'gue' yang jawab”. Tuan Kim tak mengerti.
“Jadi kau akan memecatku ?”tanya Yeo Chi polos.
“Tidak. kau mungkin cuma bercanda”ujar tuan Kim.
“Tidak, aku melakukannya dengan sengaja, kok”jawab Yeo Chi cuek.
“Kau tidak tahu ? Aigo, kau pasti sangat lelah”ujar tuan Kim lalu pamit permisi karena ada janji makan siang, Yeo Chi tersenyum puas.

Presdir Jin pusing tujuh keliling saat menerima laporan ulah cucu satu-satunya Yeo Chi. Jang Ryang melaporkan bahwa dua buah kontrak kerjasama dan 10 pegawai harus meminta maaf pada klien gara-gara Yeo Chi. Soha menambahkan banyak komplain-komplain dari berbagai departemen. Dilanjutkan dengan Beom Jeung yang mengatakan operasional bisnis diambang bahaya dan sudah termasuk tahap bencana. Presdir Jin bertanya tak adakah yang bisa menahan Yeo Chi?, ada kok Yoo Bang itu lho wkwk.
Ternyata Yoo Bang dihukum oleh atasannya Bun Kwae,
“Bukankah sudah kubilang kau bertanggung jawab atas perilaku Nona Yeo Chi? Karena kau, aku harus minta maaf kepada orang-orang!”seru Bun Kwae lalu menendang Yoo Bang, Yoo Bang sampai sempoyongan menahan sakit.
“Kau... kuberi surat peringatan pertama”.
“Hah? Peringatan ?”tanya Yoo Bang.
“Kau tahu artinya kalau mendapat 3 surat peringatan ? Gagal. Gagal menjalankan tugas. Dikeluarkan !”seru Bun Kwae, tiba-tiba datang staf yang melapor ada masalah besar di kantin yang berhubungan dengan Yeo Chi. Bun Kwae pusing tujuh keliling.
“Kenapa diam saja ?.. Pergi ke sana cepat !”teriak Bun Kwae. Yoo Bang melesat pergi.
Di kantin Yeo Chi memesan makanan khusus dan champagne terbaik serta ditemani iringan suara biola.
Yeo Chi meminta agar itu dijadikan makan dan tagihannya menjadi beban kantor.
Yeo Chi bersiap menyantap makananya, tiba-tiba Yoo Bang menghentakkan makanan di meja Yeo Chi.
“Apa-apaan ini ? Nafsu makanku jadi hilang”ujar Yeo Chi lalu menyuruh Yoo Bang pergi.
“Kau habis makan racun tikuS ? Apa sih yang sebenarnya kau inginkan ?”tanya Yoo Bang menahan kesal.
“Kudengar dari Manager Yoon. Semua ulahku, menjadi tanggung jawabmu”.
“Lalu? Kau mau membuatku dipecat ?”tanya Yoo Bang.
“Kenapa tidak ? ‘Beli sepatu, dipasar baru... Mengeluarkanmu, hal mudah bagiku...’”jawab Yeo Chi sambil berpantun ria wkkwkwkw.
“Kau pikir aku mudah dikalahkan ?”tantang Yoo Bang.
“Memangnya kau mau berbuat apa ? Apa yang bisa kau lakukan ?”
“Kau tahu bagaimana aku masuk perusahaan ini ? Aku juga ada ditepi jurang. Dan aku tak bisa kembali lagi”ujar Yoo Bang. Bagaimana menurutmu Kalau kita tak perlu melakukan pertumpahan darah di sini ?”.
“Kalau steak, aku perlu darah agar rasanya lebih enak”jawab Yeo Chi sambil makan steaknya.
Yeo Chi malah makan seraya memamerkan steaknya, Yoo Bang menahan kesal dengan memakan lahap makan siang yang ala kadarnya.
Lalu datang sekretaris Mo yang menyuruh Yeo Chi menyelesaikan makanannya dan menemui Presdir Jin karena beliau memanggilnya.
Yeo Chi menemui presdir Jin kakeknya di ruangannya tanpa merasa bersalah.
“Pengacau. Kurang dari setengah hari kau dikantor. Kau sudah menghancurkan perusahaan”ujar kakek Yeo Chi.
“Kembalikan hak keuanganku dan kirim aku belajar ke luar negeri. Maka semua akan berbahagia”jawab Yeo Chi. “Kakek, kau tak bisa mengalahkanku, OK ?”. Kakek Yeo Chi malah menanggapi sampai Yeo Chi belum minta maaf, dia masih jauh dari kemenangan.
“Minta maaf ? Apa ? Karena seekor ayam ?”tanya Yeo Chi, aduh Yeo Chi ayam tapi ayam harganya $2juta hahaha.
“Kau tahu kerapa kerugian yang kau sebabkan ?”
“Apa tidak salah ?.. Bukannya... kakek yang seharusnya minta maaf ?”ujar Yeo Chi. Kakek Yeo Chi tak mengerti.
“Kau sudah lupa ? Atau pura-pura lupa ? Lupakan saja”, lalu Yeo Chi berbalik melangkah pergi namun kakek Yeo Chi menahannya.
“Kau masih percaya kalau aku yang membunuh ayahmu ? Makanya kau membuat kekacauan ?”tanya kakeknya.
“Jadi hanya ayah yang kau bunuh ? Bagaimana dengan ibu ? Kau juga membunuhnya, bukan ?”. Tapi kakek Yeo Chi menegaskan bahwa ayah dan ibu Yeo Chi bunuh diri kecelakaan akibat mabuk sambil mengemudi.
“Kau tidak ingat ? Kau mengusirnya keluar rumah. Ayah lari keluar dalam keadaan mabuk. Dan ibu mengejarnya”cecar Yeo Chi. Kakeknya menyuruhnya diam.
“Aku sudah mengikuti kemauan mereka ! Mereka bilang akan mati bila tak disatukan, karena itu kuijinkan mereka menikah. Dan kuserahkan perusahaan ke tangan orang bodoh itu”.
“Aku tahu itu. Kau menyiksanya seperti sapi perah, dengan alasan perusahaan”seru Yeo Chi.
“Untuk orang yang tak kompeten, dan tak bertanggung jawab, tak perlu dipertanyakan lagi. Ayahmu mati karena tak bisa menanggungnya”bantah kakek Yeo Chi, dan mengatai ayah Yeo Chi bodoh lagi.
Yeo Chi bertanya dengan sedih apa kakeknya puas?. Kakeknya menjawab sampai matipun ia tak akan menyesal karena agar perusahaan bisa terus survive itulah caranya menanganinya kckckc.
Oleh sebab itu Yeo Chi membenci perusahaannya terlebih kakaknya yang mendominasi pekerja bagaikan raja.
“Jadi kau sedang membalas dendam? Dengan kelakuanmu itu ?”tanya kakek Yeo Chi.
“Kalau aku bisa, aku akan membalas dendam kepadamu”jawab Yeo Chi menahan air matanya.
“Kau sendiri mengerti tidak, artinya balas dendam ? Balas dendam adalah merebut benda yang paling berharga. Kudirikan Chunha Group dengan mengorbankan anakku”, kakek Yeo Chi menyuruh Yeo Chi balas dendam padanya dengan merebut harta berharga kakeknya yaitu Chun Ha group, tapi kakeknya mengejek bahwa Yeo Chi tak akan sanggup karena ia tidak kompeten dan mewarisi kelemahan ayahnya. Ini mah dengan terselubung menyuruh Yeo Chi balas dendam dan jadi pewarisnya?
“Akan kuingat semua kata-katamu. Tidak kompeten dan mewarisi darah orang lemah”, lalu Yeo Chi meninggalkan kakeknya yang mendadak sakit kepala dan terduduk jatuh.
Ternyata Yoo Bang menunggu Yeo Chi di luar ruangan, ia pun mengikuti Yeo Chi berjalan.
“Kau sedang bercanda ?”tanya Yeo Chi menahan marah.
“Mungkin kau anggap aku sedang bercanda. Tapi ini masalah hidup dan mati”, dan tiba-tiba Plakkkkk!!!! Yeo Chi menampar Yoo Bang lagi hiks3. Yoo Bang malah berkata bahwa ia sehat walafiat hahaha.
“Demi hidupku. Akan kuterima semua tamparan. Jadi, kau mau berjanji untuk
tidak berbuat keonaran lagi ?”, Yeo Chi bergegas meinggalkan Yoo Bang namun dengan setia Yoo Bang mengikutinya.

Di lab rahasia pengembangan obat Chun Ha group tepatnya ruang penyimpanan obat baru, Woo Hee kaget melihat salah satu tabung telah hilang karena harusnya ada 10 tabung namun tinggal 9 tabung.
“Direktur, satu tabung telah hilang”lapor Woo Hee pada direktur lab. Kim Dae Chul yang masuk ke ruangan penyimpanan obat. Direktur Kim Dae Chul tentu saja terbelalak tak percaya. Woo Hee akan melapor ke kantor pusat namun Direktur Kim menahannya.
“Apakah kau sudah gila ? Yang bisa membuka pintu ini hanya kau dan aku. Kalau bukan aku, kau pelakunya”ujar direktur Kim.
Woo Hee mengira pelakunya direktur Kim, direktur Kim segera menutup mulut Woo Hee.
“Bukan aku. Demi Tuhan, bukan aku”jelas direktur Kim.
“Jadi maksudmu, aku pencurinya ?”tanya Woo Hee.
“Mana kutahu”.
“Direktur !”teriak Woo Hee.
“Dengarkanm, kalau kau melapor, salah satu dari kita takkan selamat”ujar direktur Kim.”Kita cek cctv”.
“Tapi setelah kita tahu pelakunya, lantas..?”tanya Woo Hee, direktur Kim berkata bahwa mereka harus melakukan tindakan demi karir mereka, mereka harus menyelesaikan masalah itu!.
Tiba-tiba ponsel Woo Hee berbunyi, Hang Woo yang meneleponnya tapi Woo Hee mematikan teleponnya dan bergegas menyusul direktur Kim.
“Dia selalu menolak panggilanku”ujar Hang Woo.
“Akhirnya ada juga wanita yang menolakmu”kata Han Shin.
“Apa dia punya masalah mental atau fisik ?”pikir Hang Woo.
“Tapi dia dari universitas ternama dan kepala periset”. “Bagaimana kalau kita pakai cara lain ?”usul Han Shin, Hang Woo contohnya apa.
“Cha Woo Hee bukan satu-satunya yang tahu pasword tempat penyimpanan itu”.
“Maksudmu aku harus merayu Direktur itu ?”tanya Hang Woo, bukan begitu maksud Han Shin.
“Semua wanita seperti itu. Kalau mereka dianggap murahan, harga diri mereka akan terlukai. Tipe wanita yang bikin sakit kepala”potong Hang Woo.
“Direktur General. Kalau kita amati lebih lanjut...”, belum sempat meneruskan kata-katanya Hang Woo menyuruhnya diam.
“Diusahaku yang ketiga, mereka akan menyerah, tak usah kuatir”ujar Hang Woo penuh percaya diri.
“Tapi kau sudah melakukan dua kali pendekatan”.
“Aku belum bertemu dengannya secara resmi bukan?”
“Hey! Kau sudah bermalam dengannya, kalau itu tidak termasuk pertemuan resmi, maka...”ledek Han Shin, namun segera terdiam saat melihat wajah serius Hang Woo.
Lalu tiba-tiba presdir Jangcho goup, Oh Ji Rak masuk.
“Ada apa gerangan, Presiden ?”tanya Hang Woo. Presdir Oh menjawab ada pertemuan bisnis dan menyuruh Hang Woo ikut.

Dan ternyata pertemuan bisnis itu adalah bertanding bermain kartu dengan presdir Jin wkwkkw. Presdir ditemani Hang Woo sedangkan presdir Jin ditemani sekretarisnya Mo Ga Bi ckckck dan ada salah satu rekan mereka. Presdir Jin yang melihat kartunya tak bagus nampak kesal, dan Presdir Oh walaupun kartunya juga tak bagus tapi bersikap seolah-olah di atas angin. Lalu presdir Jin memilih call (???maksudnya apa ya? Pas gitu kali ya?). Rekan mereka juga sudah mati kartunya. Presdir Oh menyuruh presdir Jin membuka kartunya.
“Cerahnya hari ini, Triple King”ujar presdir Jin membuka kartunya.
“Maaf. Triple Ace”, presdir Oh menunjukkan kartunya lalu tertawa terbahak-bahak. Presdir Jin kesal melihatnya, mungkin seharusnya kalau tadi presdir Jin nggak call menang kali ya? Nggak ngerti juga main beginian jadi maaf kalau salah wkwkkwkw.
“Bagaimana kalau kita berhenti saja ? Kau takkan bisa mengalahkanku”kata presdir Oh.
Presdir Jin malah menyuruh sekretaris Mo memanggil direktur Choi Hang Ryang.
Direktur Choi masuk, ia saling lirik dengan Hang Woo namun bersikap seolah-olah biasa saja.
“Kau memanggil direktur keuanganmu ? Kau masih ingin terus main ?”tanya presdir Oh.
Lalu presdir Jin meminta akta tanah pabrik Ansung, dengan terpaksa direktur Choi memberikannya.
“Karena pedang telah dihunus, singkirkan semua koin-koin itu. Dan mari kita berjuang untuk
kemenangan pedang sejati!”ujar presdir Jin, jyah sekarang taruhannya bukan koin lagi tapi property ckckck.
Presdir Oh tak kalah sengit ia pun meminta orang-orangnya membawa dokumen perusahaan.
Dan tinggalah presdir Oh dan presdir Jin yang berduel.
Presdir Jin mempertaruhkan pabrik Incheon dan Keanggotaan Golf.
“Akan kulihat keanggotaanmu”ujar presdir Oh, lalu ia pun mempertaruhkan apartemen Dogokdong.
“Akan kulihat apartemenmu”, lalu presdir Jin menambahkan jet pribadinya sebagai taruhan. ”Kau sudah pernah lihat bukan ?”
“Akan kulihat pesawatmu”, lalu presdir Oh menambahkan perkebunan Hwenseong yang senilai 3 pesawat sebagai taruhan.
Kartu dibagikan permainan dimulai ckckckc. Melihat wajah masam presdir Jin, presdir Oh menambahkan umber air mineral Yongin untuk dipertaruhkan, presdir Jin sampai minum air putih hahaha.
“Mungkin kau mau mempertaruhkan obat awet mudamu ? Maka aku akan mempertaruhkan perusahaan farmasiku”tantang presdir Oh. “Kenapa ? Kau takut ? Mati sajalah”ledek presdir Oh. Presdir Jin nampak bimbang, lalu sekretaris Mo menyuruhnya ‘call’ saja.
“Biarpun kau kehilangan semua ini, harga dirimu lebih penting, Presiden. Jangan mundur, Presiden”sekretaris Mo meyakinkan. Presdir Jin pun memilih call seperti yang disarankan sekretaris Mo dan menambhakan pabrik Angsung sebagai taruhan.
Presdir Oh menyuruh membuka kartu Presdir Jin. Ternyata kartu presdir Jin hanya daun hitam bernilai 2 namun dengan komposisi 4,3,3 dan ace hati. Presdir Oh tak percaya melihatnya.
“Kenapa ? Ada apa ? Apa kartumu ? Aku tanya apa kartumu ?”tanya presdir Jin lalu membuka kartu presdir Oh. Ternyata kartu presdir Oh hanya, 4 ketupat,6 hati, 5 keriting dan daun hitam ace, jack, queen, king. Sekretaris Mo dan presdir Jin sontak kegirangan.
“Kau hanya menggertak.Kartu apa itu”.
“Sudah kuduga ! Aku benar, kan ?”seru sekretaris Mo senang. Presdir Jin mengambil semua taruhan dan menyerahkannya ke sekretaris Mo, keduanya berlonjak-lonjak kegirangan. Dan tentu saja presdir Oh kesal lalu memanggil Hang Woo namun tak ada karena Hang Woo menemui direktur Choi Hangg Ryang, kasian banget dah kwkkw
Woo Hee menerima bingkisan yang berisi kalung berlian dari Hang Woo yang di dalamnya telah terselip kamera mini pemberian direktur Choi Hang Ryang .
“Ada kiriman spesial untukmu, Manager Cha”ujar direktur Kim seraya menyerahkan paket untuk Woo Hee. Woo Hee melihat paket itu.
“Dari siapa ?”tanya direktur Kim. Woo Hee bertanya kenapa.
“Kenapa ? Aku hanya penasaran”.
“Kau mencurigaiku ? Bukan aku pelakunya”tegas Woo Hee.
“Siapa yang bilang aku mencurigaimu ? Tidak, kok”.
“Hanya masalah waktu sebelum yang lain mengetahuinya”.
“Selama kita tutup mulut, tak ada yang akan mengetahuinya. Jadi pisahkan obat yang ada menjadi 10 tabung”jelas direktur Kim.
“Kalau ketahuan, bagaimana ? Aku tak mau sengsara gaar-gara kasus ini. Sebelum terlambat, temukan jalan keluarnya”. “Kalau tidak, aku akan melapor ke kantor pusat”ancam Woo Hee.
Woo Hee melihat paket itu terkirim atas nama ‘King Kong’, Woo Hee pun membukanya.
Di mobil Van, Han Shin dan Hang Woo menunggu reaksi Woo Hee.
“Direktur General. Jangan terlalu dipikirkan”Saran Han Shin melihat Hang Woo nampak tegang.
“Aku tidak terlalu memikirkannya. 10 dari 10 wanita, pasti menyukai produk disainer”, lalu tiba-tiba ponsel Hang Woo berbunyi, Woo Hee meneleponnya Hang Woo tersenyum dan memperlihatkan panggilan itu pada Han Shin, ia pun keluar menerima telepon.
“Kirimanku...kau suka ?”tanya Hang Woo.
“Kau mengirimiku barang yang tidak berguna. Apa yang harus kulakukan dengan benda ini ?”jawab Woo Hee.
“Benda ? Itu asli”.
“Asli atau palsu, apakah aku harus menghargainya ?”tanya Woo Hee.
“Dengarkan aku, Woo Hee. Bisakah kau sedikit hargai pemberianku ?”.
“Jangan kuatir, berikan saja aku alamatmu agar bisa kukembalikan”. Hang Woo minta mereka bertemu dulu namun Woo mengingatkan bahwa ia tak tertarik pada Hang Woo.
“Tentu saja kau akan mulai tertarik padaku setelah kita ketemu lagi”elak Hang Woo. “Membuat kesimpulan sendiri tanpa memberiku kesempatan, kau akan menyesal nanti”.
Woo Hee bertanya kenapa Hang Woo masih memaksa padahal ia bilang tidak. “Apakah kau penguntit ?”
“Pe... nguntit ? Memaksa ?”, Hang Woo tak percaya mendengarnya.
Woo Hee sudah tak mau bicara lagi dengan Hang Woo dan meminta Hang Woo memberikan alamatnya saja.
“Hei Woo Hee. Terserah sesukamu, simpan atau buang saja”seru Hang Woo lalu menutup teleponnya.
Hang Woo kembali ke mobil van, “Sukses. Cha Woo Hee mengenakannya”kata Han Shin.
Hang Woo tentu saja kaget, namun ia tersenyum rencananya berhasil.
Terlihat dari monitor Woo Hee sedang mencoba kalung itu seraya bercermin.
“Cantiknya. Apa benar ini asli ?”pikir Woo Hee yang memperhatikan dirinya di cermin terlihat cantik dengan kalung tersebut. Woo Hee melihat jamnya ia pun pergi menuju ruang penyimpanan obat baru.
Woo Hee memencet passwordnya dan Hang Woo yang melihatnya menyuruh Han Shin menulisnya.
“Cha Woo Hee, kau yang pertama. Kau yang pertama membuat hatiku dag-dig-dug”guman Hang Woo. Sedangkan Woo Hee terus mencatat perkembangan obat tanpa menyadari bahwa ia telah disadap.
Yeo Chi terus melihat jam tangannya tepat menunjuk jam 6sore. Begitu teng jam 6 ia berniat pulang, ia smepat melirik Yoo Bang yang terus mengawasinya namun ia tak peduli dan pulang.
“Akhirnya dia pulang tepat waktu. Sekarang aku bisa bernafas lega”guman Yoo Bang yang sedari tadi bagaikan patung mengawasi Yeo Chi wkkwkw. Tiba-tiba ponselnya berbunyi, Han Shin meneleponnya. Han Shin memberikan misi penting untuk Yoo Bang yaitu memberinya kartu identitas untuk masuk ke laboratorium riset obat baru.
Yoo Bang nampak was-was, ia terus memperhatikan Bun Kwae dan staf yang lain sibuk melihat-lihat dokumen, Yoo Bang pun mengambil kesempatan. Yoo Bang mencoba menyerahkan dokumen ke Bun Kwae namun Bun Kwae menyuruhnya meletakkan ke mejanya. Yoo Bang menggunakan kesempatan itu menaruh dokumen seraya mengambil salah satu kartu identitas yang ada di dalam laci.
“Hey, kau !”panggil Bun Kwae, Yoo Bang was-was takut dirinya ketahuan namun ia bersikap seolah biasa-biasanya saja, ia segera menyelipkan kartu identitasnya. Yoo Bang nampak tegang apalagi Bun Kwae menghampirinya.
“Waktu aku masih pegawai baru, Aku selalu datang lebih pagi dan pulang terakhir”bisik Bun Kwae, Yoo bang mengiyakan hilang deh ketegangannya wwkkwkw.
Yoo Bang menemui Han Shin di sebuah kafe, Han Shin menanyakan kartu identitas yang dimintanya. Yoo Bang menunjukkannya, Han Shin bersiap mengambilnya tapi Yoo Bang menahannya.
“Apa yang akan kau lakukan dengan itu ?”tanya Yoo Bang, Han Shin menjawab bahwa Yoo Bang tak perlu tahu.
“Apakah mungkin...Kau hendak mencuri obat baru itu ?”tebak Yoo Bang tepat sasaran.
“Ada apa denganmu ?!”
“Coba pikir. Aku ingin digaji perusahaan ini seumur hidupku. Mana mungkin aku sendiri yang mengacaukannya”jelas Yoo Bang.
“Aku tak hendak mencuri obat baru itu. Hanya saja...mempersiapkan semua kemungkinan. Ini hanya sebagai jaminan”, Han Shin memberi alasan. Yoo Bang masih ragu, Han Shin meminta kartu itu diberikan.
“Tapi, sampai kapan kita akan melakukan ini ?”tanya Yoo Bang.
“Kalau tak mau, bilang saja. Kami tak mempekerjakan orang yang punya jiwa patriotisme rendah”, dengan berat hati Yoo Bang menyerahkan kartu indentitas tersebut.

Han Shin menyerahkan kartu identitasnya pada Hang Woo.
“Begitu obat baru itu ada ditangan kita, si dongok Yoo Bang tak berguna lagi buat kita”ujar Hang Woo.”Segera selesaikan tugas tanpa masalah”. Han Shin mengiyakan.
“Kali ini kau lagi yang masuk ?”tanya Han Shin.
“Hanya aku di sini yang mengerti lorong-lorong di dalam”. Han Shin berkata bahwa itu berbahaya.
“Aku pegang ID card. Dan aku tahu password pintu besinya. Risiko tertangkap dibawah 50%”ungkap Hang Woo penuh percaya diri.
“Tapi kalau kau tertangkap, kau akan dipenjara”.
“Aku pasti akan sukses. Kau lihat saja nanti”seru Hang Woo.

Jang Ryang memperhatikan Yoo Bang yang masih di kantor dari ruangannya.
“Para pegawai sama sekali tak merasa curiga”lapor Bun Kwae. Tapi Jang Ryang masih yakin bahwa ada mata-mata di dalam dan meminta Bun Kwae meneruskan pencarian.
“Um, Direktur. Tim kami kekurangan anggota. Kalau bisa mendapat dukungan dari tim lain...”ujar Bun Kwae. Jang Ryang menyuruh menggunakan pegawai baru saja yaitu Yoo Bang.
“Yoo Bang sedang ditugaskan untuk Nona Yeo Chi”jawab Bun Kwae.
“Itu tidak masalah. Kau tahu kata makian apa yang harus kudengar
dari Presiden setelah ia memanggilku ?”seru Jang Ryang. Bun Kwae mengerti ia pun pamit dan keluar ruangan.
“Manager hanya jabatanku tapi aku sendirian menjalankan semuanya disini ?”keluh Bun Kwae.
Lalu Bun Kwae menghampiri Yoo Bang yang siap menyantap ramen.
“Enakkah?”tanya Bun Kwae sontak Yoo Bang terkejut dan refleks berdiri. “Nasibmu buruk, nasibku juga...”guman Bun Kwae lalu menyuruh Yoo Bang mengikutinya.
“Masa makan saja tak sempat !”keluh Yoo Bang, namun Bun Kwae juga beralasan bahwa ia juga belum makan ckckckc. Yoo Bang menyusul Bun Kwae namun membawa mie ramen yang sudah di masaknya.
Han Shin dan Hang Woo mengawasi lab. riset obat baru Chun Ha goup. Han Shin yang melihat Woo Hee telah keluar melapor pada Hang Woo yang berada di mobil van. Lalu Hang Woo menjelaskan apa yang harus Han Shin lakukan.
“Selambat-lambatnya, jangan sampai lebih dari 30 menit. Bawa mobil sedekat-dekatnya dengan lokasi ini”. Han Shi mengerti lalu Hang Woo bersiap menjalankan aksinya namun Han Shin menahannya.
“Tunggu. Kalau kau belum keluar dalam 30 menit ? Apa yang harus kulakukan ?”tanya Han Shin.
“Ack, jeez... betapa malangnya”jawab Hang Woo, Hang Woo yakin rencananya berhasil.
Sebelum pulang ke rumah, Woo Hee membeli beberapa biscuit dan air mineral di minimarket. Dan ternyata Bun Kwae dan Yoo Bang mengawasinya. Bun Kwae nampak lelah ia pun mengambil multivitamin yang ada di mobil. Yoo Bang bertanya Bun Kwae makan apa.
“Multivitamin. karena aku makan tak teratur, aku harus makan ini”jawab Bun Kwae.
“Aku belum pernah makan ini. Bukankah lebih baik aku juga makan ini ?”, tapi Bun Kwae malah menyuruh Yoo Bang membeli sendiri dengan uangnya.

Han Shin menyamar sebagai pengantar makanan untuk mengecoh para penjaga pintu masuk laboratorium riset. Penjaga yang bertugas berkata tak memesan namun Han Shi bersikeras meyakinkan bahwa penjaga tersebut memesannya. Lalu penjaga yang dipos memanggil kedua temannya yang membawa anjing pelacak dan bertanya apakah mereka memesannya. Setelah semua penjaga terkecoh dengan ulah Han Shin, Hang Woo menyelinap masuk.
Woo Hee kembali ke mobil dan bersiap pergi namun ia tersadar kalungnya tak ada, ia pun teringat bahwa ia meletakkannya di wastafel saat cuci muka. Ia pun segera menjalankan mobilnya menuju laboratorium. Yoo Bang dan Bun Kwae pun mengikutinya.
Di laboratorium Hang Woo berhasil menyusup ke gedung, ia berpura-pura mencuci rambutnya di wastafel dan mengambil handuk untuk lolos dari kamera pengawas, jadinya Hang Woo melewati kamera pengawas dengan menunduk seolah-olah mengeringkan rambut dengan handuk. Ditambah para penjaga ruang kontrol malah asyik bermain catur. Di ruang lain Woo Hee kembali ke dalam laboratorium. Hang Woo sampai ke ruang meja Woo Hee dan menyalakan komputer.
Bun Kwae dan Yoo Bang juga telah sampai. Bun Kwae bertanya pada penjaga apakah Woo Hee kembali ke lab., penjaga mengiyakan. Lalu Bun Kwae menyuruh Yoo Bang masuk. Yoo Bang menurut.
Hang Woo menyalin data yang ada di komputer Woo Hee. Yoo Bang kembali ke mobil menemui Bun Kwae, Bun Kwae bertanya pada Yoo Bang kenapa.
“AKu tak punya kartu ID. Kau belum memberikanku”jawab Yoo Bang. Bun Kwae ingin memberikan idcardnya namun ternyata ia juga tidak membawanya. Lalu ia meminjam id card salah satu penjaga. Dann memintanya memberikannya pada Yoo Bang. Yoo Bang kembali masuk ke dalam lab.

Woo Hee berhasil mengambil kalungnya, saat ia ingin kembali menaiki tangga ia melihat sebuah ruangan sedikit terang, ia pun menuju ke ruangan tersebut. Data yang dicopi Wang Hoo baru mencapai 80%, sedangkan Woo Hee semakin mempercepat langkahnya.
Woo Hee sampai di ruangannya, ia segera menyalakan lampunya namun ruangan itu sudah kosong Hang Woo telah selesai mengcopy data dan segera menuju ruang penyimpanan obat.
Hang Woo mengeluarkan jari buatan yang sudah tertempel sidik jari Woo Hee, saat Woo Hee mabuk Hang Woo menempelkannya. Hang Woo masuk ke ruangan penyimpanan obat baru dengan sidik jari tersebut. Hang Woo membuka tempat penyimpanan obat dengan password yang telah didapat dan memasukkan tabung yang berisi obat baru ke dalam tas yang dibawanya. Woo Hee masuk ke ruangan itu dan mendapati tabung-tabung obat telah menghilang. Dengan cepat Hang Woo membungkam mulut Woo Hee dengan lakban dan mengikat Woo Hee, Woo Hee seperti di taruh di gudang.
“Diam saja disitu. Akan kulepaskan kau nanti”ujar Hang Woo lalu meninggalkan Woo Hee.
Hang Woo menyemprotkan sesuatu ke seluruh ruangan obat, seperti gas. Hang Woo menyalakan korek api,bersiap membakarnya.
“Jin Shi Wang, mimpimu akan segera berakhir”guman Hang Woo lalu melempar korek yang menyala,namun dengan cepat seseorang menahan tangan Hang Woo siapa lagi kalau bukan Yoo Bang<3 <3 doki-doki wkwkkw.
“Siapa kau ?”tanya Yoo Ban, Hang Woo pun menyerang Yoo Bang keduanya terlibat perkelahian yang sengit. Yoo Bang berusaha merebut korek api yang masih menyala, sayang terjadi perhelatan hingga korek api terlepas dan terlempar, secepat kilat api menyebar.
Hang Woo dan Yoo Bang saling pandang, dengan cepat Hang Woo menendang Yoo Bang. Yoo Bang dari belakang mencoba merebut tas yang dibawa Hang Woo, naas tas itu terlempar, Hang Woo berhasil menahannya sebelum tas itu terjatuh namun karena ruangan itu telah terlumuri gas dan juga tangan Hang Woo api menyambar tas dan tangan Hang Woo. Hang Woo berteriak kesakitan dan melepaskan tas tadi, tas itu pun lebur oleh api. Hang Woo mencoba memadamkan api yang mengenainya, Hang Woo hanya bisa melihat tas yang berisi obat lebur oleh api, menahan kesal dan marah ia menyerang Yoo Bang membabi buta, walau susah payah Yoo Bang berhasil mengimbanginya.
“Kau tidak bisa keluar. Kau mati ditanganku, atau kita mati berdua !”seru Yoo Bang, keadaan berbalik Hang Woo berhasil menjepit Yoo Bang, Yoo Bang mencoba mengenali Hang Woo melalui sorot matanya.
“Kau nomor 22. Kau nomor 22, kan ?!”desak Yoo Bang, Yoo Bang lalu mencoba melepas penutup wajah Hang Woo namun susah ia pun mencengkram tangan Hang Woo yang terluka. Hang Woo mencoba melepaskan diri dari Yoo Bang, begitu berhasil ia menendang Yoo Bang dan segera pergi. Yoo Bang yang sempoyongan mencoba bangkit dan bergegas menyusul Hang Woo namun terdengar suara dari dalam gudang.
Yoo Bang mencoba menggedor-gedor pintu dan bertanya ada orang di dalam, Yoo Bang mencoba mendrobak pintunya. Terlihat Woo Hee pingsan, Yoo Bang memgeluarkan dari ruangan itu dan mencoba membangunkannya.
“Tak ada waktu lagi ! Harap mengerti. Aku tak bermaksud cabul”ujar Yoo Bang lalu memberi nafas buatan pada Woo Hee.
Alarm berbunyi, Hang Woo yang berusaha kabur bertemu dengan Bun Kwae dan beberapa penjaga.
Bun Kwae menyuruh kedua penjaga yang bersamannya menangkap Hang Woo, namun kau dikalahkannya. Tinggalah Bun Kwae dan Hang Woo saling berhadapan.
“Kau. Pernah melawan 17 orang, hah? Kalau 17 orang itu, memukulmu 3 kali, berapa jumlah pukulan
yang kau terima ?”, dengan cepat Hang Woo menendang alat vital Bun Kwae, jyah ini Hang Woo mempraktekkan apa yang Yoo Bang lakukan padanya wkwkwk. Bun Kwae menahan sakit, Hang Woo melarikan diri, dua penjaga mencoba mengejarnya.

Si jago merah terus melalab labortatorium riset Chun Ha. Ruang obat hancur lebur, Yoo Bang berusaha keluar dari lab tersebut dengan membopong Woo Hee sebelum lab. tersebut meledak.
Hang Woo menahan sakit saat Han Shin menggobati lukanya begitu ia sampai di mobil van.
“Mata-mata itu selalu mengacaukan pekerjaanku”keluh Hang Woo kesal. Han Shin minta maaf.
“Apapun itu, karena si Yoo Bang itu. Semua copy data riset obat itu terbakar ! Kesempatan untuk mendapat uang banyak, musnah”. Han Shin terbata-bata mendengar uang banyak.
“Benar.. banyak. Bukan jutaan atau muilyaran, tapi trilyunan!”jelas Hang Woo, Han Shin mengencangkan perban di tangan Hang Woo, Hang Woo berteriak kesakitan, eh Han Shin malah ikut-ikutan hahaha.
“Kau tak apa-apa tak pergi ke rumah sakit ?”tanya Han Shin.
“Kenapa ? Apa kau mau aku ketahuan sebagai si pembakar ?”. “Kalau mau tetap hidup, berpikir
dulu sebelum bertindak. Kau pikir apa gunanya kepalamu itu ?”ejek Hang Woo. Han Shin menawarkan minuman untuk meredakan kekesalan Hang Woo, namun ditolaknya.
Dan benar saja Yoo Bang ke salah rumah sakit mengecek apakah ada pasien luka bakar. Namun dokter mengatakan tak ada pasien seperti itu di rumah sakit itu. Yoo Bang bertanya apakah ia bisa mengecek di rumah sakit lain, karena ini pelaku pembakaran dan harus ditangkap. Yoo Bang menemui Woo Hee yang terbaring di rumah sakit. Melihat Woo Hee dia teringat dengan sorot mata pelaku pembakaran.
“Tidak ragu lagi. Nomor 22. Itu pasti dia”pikir Yoo Bang.

Hang Woo melaporkan pada presdir Oh bahwa laboratorium obat baru Chun Ha group ludes terbakar.
“Terus...Data riset obat barunya ?”tanya presdir Oh, Hang Woo menjawab semua terbakar musnah.
“Aku gagal membawanya keluar. Aku telah berbuat salah”ucap Hang Woo.
“Obat itu sudah pantas musnah. Tidak masalah”kata presdir Oh memenangkan. “Bagaimana caranya,
wartawan harus tahu tentang ini. Begitu orang tahu kalau riset obat itu
harus dimulai dari awal...Harga saham Chun Ha Groups pasti jatuh”, presdir Oh tertawa senang dan melangkah keluar.
“Jangan gembira dulu”tahan Hang Woo. “Percepat riset pengembangan obat baru. Mulai sekarang...Kita selangkah lebih maju dari mereka”. Presdir Oh membenarkan.
“Kalau sampai polisi menginvestigasi kita gara-gara kabar musibah itu. Itu hanya akan bikin sakit kepala saja”.
Tiba-tiba Hang Woo mendapat telepon dari seseorang yang mengabarkan bahwa presdir Jin tak sadarkan diri. Tentu saja presdir Oh senang mendengarnya.
Di kamarnya presdir Jin enggan berbicara dengan Jang Ryang dan direktur laboratorium yang menemuinya. Sekretaris Mo mencoba membujuknya.
“Minta surat pengunduran diri dari semua anggota BB Project. Dimulai dari kau, Jang Ryang”peritah presdir Jin.
“Obat baru itu...masih tersisa”ungkap Jang Ryang. Tentu saja presdir Jin terkejut mendengarnya.
“Tidak semua terbakar. Masih ada sisa satu tabung, Presiden”jelas Jang Ryang.
“Masih ada sisa obat ?”tanya presdir Jin yang mencoba bangun dibantu sekretaris Mo.
“Sebelum kejadian kebakaran. Seseorang telah mengeluarkan satu tabung dari laboratorium”ujar Jang Ryang.
“Apa yang kau katakan ?”, Presdir Jin tak mengerti. Direktur Kim Dae Chul segera bersujud meminta maaf.
“Maafkan aku, Presiden. Aku harusnya melaporkan ini segera”.
“Walaupun kau minta surat pengunduran diriku. Aku harus temukan sisa obat itu terlebih dahulu”ujar Jang Ryang penuh percaya diri. Sementara itu Yeo Chi berjalan menuju ruang kamar kakeknya.
Yeo Chi yang berada di luar kamar tak jadi masuk, ia pun mendengar obrolan kakeknya dan para stafnya.
“Tak ragu lagi. Ada penghianat diantara kita”. “Butuh berapa lama untuk kembali normal ?”tanya presdir Jin pada Dae Chul.
“Tergantung keberadaan obat baru itu. Paling tidak satu tahun”. Presdir Jin tak terima.
“Hey! Bagaimana kalua Jangcho group yang terlebih dahulu memproduksi obat seperti itu ? Kita akan hancur. Hancur”bentak presdir Jin. “Yang pertama harus dilakukan, cari obat itu. Bagaimanapun caranya”. Yeo Chi sepertinya mendapat sebuah ide.
Jajaran tim startegi melihat rekaman cctv saat kejadian.
“Orang ini tahu persis letak kamera di lab.”ujar Bun Kwae.
“Dia bisa menghindar dari bidikan kamera”tanya Jang Ryang, lalu Jang Ryang bertanya pada Yoo Bang, apakah Yoo Bang mengenalinya karena Yoo Bang bilang ia berkelahi dengan tersangka.
“Mungkin, kau ingat sukarelawan nomor 22 ?”tanya Yoo Bang pada Bun Kwae.
“Nomor 22?”, Bun Kwae tak mengerti.
“Matanya sangat mirip Nomor 22”ujar Yoo Bang.
“Nomor 22, kalau begitu...”guman Bun Kwae yang langsung dipotong Jang Ryang.
“Yang kau maksud adalah Direktur General Jangcho Group”tanya Jang Ryang, Yoo Bang dan Bun Kwae mengiyakan.
“Dia Direktur General Jangcho group ?”tanya Yoo Bang.
Hang Woo menelepon hyungnya, mengajaknya makan malam. Tiba-tiba Yoo Bang menghadangnya, Hang Woo pun memutuskan teleponnya. Yoo Bang mengeker dan membidik wajah Hang Woo penuh selidik, Hang Woo yang menahan kesal menghempaskan tangan Yoo Bang.
“Apa yang kau lakukan ?”.
“Mengapa kau mencoba mengelak? Tatapanmu itu yang memberitahuku”. “Kau yang melakukan pembakaran, bukan ?”tebak Yoo Bang lalu ia mencengkram lengan Hang Woo yang terluka. “Kau yang telah membakar lab itu”desak Yoo Bang. Hang Woo hanya tersenyum seraya menahan sakit.




Source pelangidrama

Related Posts by Categories

0 komentar: