Can’t Lose Episode 6

Posted: Sabtu, 31 Desember 2011 by khyunkhyun in Label:
0


Akhirnya ibu Hyung Woo dan Ibu Eun Jae tahu status mereka. Mereka sama-sama menggunakan menantu mereka sebagai pengacara untuk pertempuran mereka berdua. Sikap mereka pun berubah menjadi canggung. Tiba-tiba kedua ibu itu merubah gaya bicara mereka, biasanya mereka saling berteriak dengan bahasa banmal, sekarang mereka berbicara dengan sopan menggunakan bahasa jondae, tentu karena ternyata mereka berbesan dan harus bersikap sopan.
 

Eun Jae pun menghambur keluar dan Hyung Woo mengejarnya untuk menjelaskan semuanya. Eun Jae berteriak padanya karena telah bertemu dengan ibu dibelakangnya dan Hyung Woo hanya menjawab kalau ia ingin memberitahunya tapi tidak bisa mengatakannya.
Hyung Woo juga memberitahunya kalau mengurus masalah tanah itu yang menyebabkannya membatalkan kepergian mereka ke Jepang. Ia juga mengusulkan supaya mereka masuk dan menyelesaikan masalah ini. Eun Jae mengejek kemampuannya yang tidak bisa membaca situasi, kelihatannya Hyung Woo tidak mengerti seberapa buruk hubungan Eun Jae dan ibunya. Eun Jae pun pergi meninggalkan Hyung Woo.
 

Hyung Woo kembali masuk ke dalam restoran untuk mencoba memuluskan hubungan kedua ibunya yang kelihatannya sulit. Ibu Eun Jae berusaha bersikap ceria, tapi setelah semua orang pergi, ia mendesah sambil memandang foto-foto pernikahan Eun Jae. Ia tidak diundang dalam pernikahan itu dan hanya melihat dari jauh.
Ia menelpon Eun Jae yang mengangkatnya dengan dingin dan ketika ibu bertanya apakah ia tidak lelah bersikap dingin terus seperti ini. Eun Jae mengingatkannya kalau ibunyalah yang telah menelantarkan putrinya. Ibu tidak bisa membela diri dan Eun Jae menyuruhnya untuk tidak menelponnya lagi.
 

Flashback.
Ibu memutuskan untuk kembali pada “laki-laki itu” karena ia sakit dan tidak ada yang merawatnya ketika semua anaknya menelantarkannya. Eun Jae tidak mau membiarkan ibunya mengalami sakit hati lagi, karena laki-laki itu telah banyak menyakiti keluarga mereka. Tapi ibu tetap berkeras melakukannya.
Eun Jae pun memberikan ultimatum: Pilih laki-laki itu dan ibu tidak akan melihat putrinya lagi. Karena merasa marah, Ibu memilih laki-laki itu, sambil berteriak kalau sekarang Eun Jae sudah tidak membutuhkan ibunya lagi. Eun Jae memasukkan kata-kata ibunya ke dalam hati dan bersumpah tidak akan menemuinya lagi. Mungkin sebenarnya ibu tidak bermaksud begitu, ia hanya terdorong rasa marahnya saja dan Eun Jae terlanjur memasukkannya dalam hati.
 

Hyung Woo mencoba menjelaskan semuanya pada ibunya yang merasa tidak senang karena Hyung Woo merahasiakan hubungan perbesanannya. Ia merasa tidak bisa melakukannya dengan ibu Eun Jae. Dengan manis, Hyung Woo menyuruh ibunya untuk mengenal ibu Eun Jae, karena ia tidak suka melihat ibunya sendirian.
Ibu berkata kalau ia tidak sendirian, karena ia punya dua putra. Ia kemudian bercerita kalau kemarin ia menerima surat dari Hyung Joo di Amerika. Ibu menyuruh Hyung Woo untuk mengkhawatirkan istrinya saja.
Ibu bisa merasakan hubungan yang dingin antara Eun Jae dengan ibunya dan menduga kalau masalah mereka lebih rumit karena telah membuatnya hidup tanpa melihat ibunya. Kata-katanya membuat Hyung Woo tertegun.
 

Ketika Hyung Woo kembali ke kantor, Eun Jae sedang melihat foto bukti dari kasus suami yang berkhianat dan membuat Hyung Woo bertanya kalau ia tidak mengerti bagaimana para suami bisa mengkhianati istrinya yang cantik.
Ia memberitahunya paling tidak semua kesalahpahaman mereka selama ini sudah berakhir, karena oarang yang selama ini ditemuinya adalah ibu Eun Jae. Eun Jae memberitahunya kalau bertemu dengan ibunya secara rahasia itu lebih buruk daripada berkhianat, karena baginya itu pengkhianatan terbesar.
 

Hyung Woo tidak mengerti. Karena ibu yang memintanya untuk tidak mengatakan apapun, apa yang seharusnya ia lakukan? Eun Jae menjawab, jika ia yang ada disituasi itu maka ia akan pulang ke rumah dan memberitahunya dan bertanya apa yang ia pikirkan.
Eun Jae: “Karena kau yang terpenting dalam hidupku. Tapi aku bukan orang yang terpenting bagimu. Itu sebabnya kita selalu bertengkar.”
Untuk menegaskan kalau ia ingin bercerai, Eun Jae menyeret Hyung Woo untuk membuat pengumuman didepan staff mereka. Eun Jae mengatakan kalau mereka belum memutuskan untuk bercerai dengan damai lewat kesepakatan perceraian atau membawanya ke pengadilan.
Hyung Woo berkeras kalau itu tidak akan pernah terjadi, sedangkan para staff Hope terkejut. Sebenarnya mereka sudah tahu, tapi tetap kaget ketika mereka mengakuinya dengan jujur. Woo Shik khawatir kalau Eun Jae akan terus melakukan keinginannya, tapi Hyung Woo meyakinkan mereka kalau ia akan mengubah pikiran Eun Jae.
 

Ia meminta waktu untuk berbicara dan Eun Jae setuju, ia tidak boleh menghindari dialog, karena itu ada dalam salah satu keluhannya di surat perceraian mereka. Sambil minum anggur, Hyung Woo mengaku kalau ia yang salah karena tidak ,membicarakan dengannya dulu sebelum bertemu dengan ibunya.
Hyung Woo menjelaskan pemikirannya kalau ia mengasumsikan seiring dengan berjalannya waktu ia bisa membuat Eun Jae berdamai dengan ibunya. Eun Jae berkata kalau ini alasan lain kenapa mereka harus bercerai, karena Hyung Woo akan terus bertemu dengan ibunya secara terbuka dan setiap ia pulang ke rumah, ia akan menyuruh Eun Jae untuk berdamai dengan ibunya.
Eun Jae: “Kemudian aku menjadi orang yang jahat karena tidak mau bertemu dengan ibuku.”
Eun Jae memberitahunya kalau ada luka yang tidak ingin kau ingat, lebih baik berpura-pura kalau luka itu tidak ada karena akan mengingatkanmu akan rasa sakit yang disebabkannya. Bagi Eun Jae luka itu adalah ibunya.
Hyung Woo memberitahunya kalau ia mengerti (kelihatannya Hyung Woo juga punya pengalaman yang sama). Tapi Eun Jae berkata kalau Hyung Woo tidak akan pernah mengerti kecuali kalau ia mengalaminya sendiri.
Hyung Woo mencoba mengajak Eun Jae pulang, tapi Eun Jae mengingatkannya kalau ia sudah mengusirnya dan menambahkan kalau ia tidak boleh menyebutnya istri lagi, tapi sebagai Pengacara Lee yang menangani kasus perceraian istrinya.
 

Hyung Woo pulang ke rumah ibunya dan memikirkan kembali kata-kata Eun Jae. Ia kemudian mengambil sebuah foto dari laci. Itu foto dirinya, ibu dan adiknya Hyung Joo.
 

Di rumah, Eun Jae menangis memikirkan ibunya dan mulai berbicara dengan keras. Ia bertanya kenapa ibu tidak membeli baju untuk dirinya sendiri, kenapa ia terlihat dan menderita seperti itu, kenapa ia tidak mendengarkan putrinya.
Ia menangis seperti anak kecil. Ia jelas-jelas benci melihat ibunya menderita.
Paginya ia mengejutkan ibu dengan kehadirannya. Ibu bertanya apakah ia diusir, Hyung Woo hanya menjawab kalau mereka berpisah sementara sampai mereka dapat menyelesaikan masalah mereka. Hyung Woo segera mengomel karena rumah itu berantakan dan meminta makanan pada ibunya, membuat ibunya juga mengomel. Ternyata Hyung Woo lebih pembersih daripada ibunya.
Eun Jae memulai harinya dengan semangkuk sereal yang dingin. Ia melihat apartemennya yang berantakan. Ia bertanya-tanya betapa sangat nyaman hidup tanpa omelan. Ia terlihat setengah senang dan setengah meyakinkan dirinya kalau ia senang.
Staff Hope berdiskusi tentang situasi perceraian selama makan siang bersama Soju. Mereka memutuskan kalau mereka harus ikut campur. Go Ki dan So Ju bertengkar siapa yang seharusnya berbicara dengan Eun Jae. Kelihatannya keduanya takut dengan Eun Jae.
 

Tapi keduanya lebih takut lagi pada Prof Jo yang datang karena ditelpon Soju dan merengut ketika mendengar pasangan itu masih meneruskan rencana mereka untuk bercerai. Ia pun pergi ke Hope untuk mengungkapkan pemikirannya.
 

Hyung  Woo dan Eun Jae duduk, mereka mempersiapkan diri untuk kejadian yang terburuk, tapi mereka kaget ketika Prof Jo bertanya dengan tenang apakah mereka tetap akan meneruskan proses perceraian mereka sampai akhir. Eun Jae berkata kalau ia meminta maaf. Prof Jo hanya mengangguk dan berkata kalau ia akan memulai proses itu, jadi semuanya akan berakhir dengan cepat dan tenang.
 

Hyung Woo merengut pada Prof Jo karena ia berpikir kalau prof ada dipihaknya. Iapun menghambur keluar dengan marah. Prof Jo menemukannya diluar dan memukul kepalanya karena menjadi orang yang bodoh dan memberitahukan padanya rencananya yang sebenarnya. Ia akan membuat sidang mereka menjadi lama supaya mereka bisa berdamai. Ia memperingatkan Hyung Woo agar tidak membiarkannya sampai ke pengadilan. Hyung Woo pun memeluknya dengan penuh rasa terimakasih.
Sementara Eun Jae mengerjakan kasus suami yang berselingkuh, Hyung Woo mengambil kasus baru. Ia bertindak sebagai pembela umum seorang remaja. Remaja itu ketahuan mencuri sepeda motor.
Ia tidak menghujaninya dengan pertanyaan dan malah meminta saran untuk situasi yang dihadapinya, khususnya apa yang menyebabkan seorang anak tidak mau menemui ibunya. Remaja itu berkata kalau ibu itu pasti menelantarkan putrinya.
Hyung Woo bertanya-tanya bagaimana hal itu bisa terjadi, tapi gadis itu berkata kalau tidak semua ibu seperti ibu yang ada dalam dongeng. Kelihatannya ini persis seprti hidupnya, ia bergumam, “Bagaimana ia bisa meninggalkan putrinya untuk pria itu? Itu bukan seorang ibu. Itu orang asing.”
Dari kata-kata gadis itu ia sudah mengerti apa yang terjadi. Ia pun mulai mencari ibu gadis itu. Kenapa ia tetap tidak mengerti kalau istrinya mengalami hal yang sama?
 

Ia memikirkan kata-kata gadis itu dan pendirian Eun Jae kalau hubungannya dengan ibu sudah tidak dapat diperbaiki lagi. Ia melihat ke atas dan tersadar kalau ia telah tiba di apartemennya, bukan di rumah ibunya.
Ia bertanya-tanya apakah Eun Jae ada dirumah dan naik keatas. Tapi ia kembali turun, menggerutu karena Eun Jae mengganti password pintunya lagi.
 

Eun Jae minum-minum dan mendesah kalau Hyung woo membuat semuanya menjadi susah dalam proses perceraian mereka. Tae young hanya memberitahunya apapun keputusannya, walaupun itu salah, ia akan ada disampingnya dan menghiburnya.
Eun Jae tersenyum dan berkata dengan sedih kalau kata-kata itu yang selalu diharapkannya dari Hyung Woo.
 

Hyung Woo duduk diluar dan menunggu Eun Jae pulang. Ia melihat Eun Jae turun dari mobil bersama Tae Young. Hyung Woo langsung bertanya siapa orang itu dan Eun Jae dengan tenang memperkenalkan Tae Young sebagai dongsaengnya (teman yang lebih muda).
Tae Young menguatkan dirinya pada pertemuan pertama yang canggung itu. Hyung Woo merespon kalau ada banyak jenis dongsaeng. Tapi Eun Jae mengabaikannya dan menyuruh Tae Young pulang. Hyung Woo tidak mau membiarkannya pergi begitu saja dan berkeras untuk memperkenalkan dirinya. Ia mengeluarkan tangannya untuk berjabat tangan.
Mereka pun berjabat tangan dan Tae Young memperkenalkan dirinya sebagai Lee Tae Young. Merekapun mulai meremas tangan masing-masing.
 

Eun Jae akhirnya harus memisahkan mereka dan Tae Young mengucapkan selamat tinggal padanya, dan ia akan bertemu dengannya lain kali. Hyung Woo bereaksi berlebihan, “Akan ada….lain kali?” Tae Young berpaling pada Eun Jae dan tersenyum padanya dengan manis dan dengan tangan dilengannya, ia berkata kalau ia akan pergi.
 

Mata Hyung Woo membesar dan setelah Tae Young pergi, ia menarik Eun Jae mendekat. Tapi Eun Jae melepaskan dirinya dan memberitahunya untuk tidak berpikir yang aneh-aneh. Hyung Woo ingin tahu bagaimana sebenarnya hubungan mereka.
Dengan samar-samar, Eun Jae hanya berkata kalau hubungan mereka rumit, tapi tidak ada sesuatu yang harus membuatnya salah paham. Hyung Woo berkata kalau ini membuatnya frustasi.
 

Hyung Woo mengikuti Eun Jae naik ke apartemen mereka sambil terus berteriak padanya. Eun Jae bertanya kenapa ia datang. Hyung Woo memberitaahunya kalau ia merindukannya dan ingin menghiburnya tentang masalah ibunya. Eun Jae menyahut, “Aku sudah dihibur. Oleh orang lain!”
Merasa putus asa, Hyung Woo berkata kalau mereka benar-benar bertentangan satu sama lain dan dalam kemarahannya, ia menyesal kalau hari yang seperti ini membuatnya ingin menceraikannya dan Eun Jae hanya mendorongnya untuk menceraikannya saja.
Hyung Woo belum siap untuk melakukannya, jadi ia berbalik dan pergi, mengomel padanya atas semua kekacauan yang dibuatnya saat ia melangkah pergi.
 

Ia pulang kerumah ibu dan lebih banyak mengeluh daripada biasanya tentang hal-hal yang ada disekelilingnya, yang membuat ibu menjadi tidak sabar. Ia pergi menemui ibu Eun Jae hari berikutnya dan mereka berdua setuju untuk berdamai dan bahkan kembali berbicara dalm bahasa banmal.
 

Ibu Hyung Woo memintanya untuk menelpon Eun Jae dan memohon padanya untuk membawa putranya pulang, sehingga ia akan meninggalkannya sendiri dan berhenti mengomel. Ia bersimpati pada ibu Eun Jae, bertanya-tanya betapa berat rasanya harus mempunyai hubungan yang demikian tegang dengan putrinya.
Ketegangan meningkat di kantor Hope, Hyung Woo menolak kasus seorang wakil konggres yang bisa membuat mereka mendapatkan banyak uang. Hal itu membuat Eun Jae mengumumkan kalau kantor itu miliknya, karena ia berinvestasi lebih banyak didalamnya.
 

Para staff memutuskan kalau mereka tidak bisa berdiam diri saja dan berniat membicarakan pada pasangan itu saat makan siang. Tapi makan siang itu malah jadi ajang perdebatan bagaimana memanggang samgyupsal yang baik dan mereka dipaksa pergi oleh Eun Jae dan Hyung Woo yang berteriak karena malu.
 

Ibu Eun Jae menelpon Hyung Woo dan memintanya untuk pergi kencan berdua dengannya. Ibu dengan gembira membelikannya makan malam yang mahal dan meminta pergi ke noraebang, dimana mereka bernyanyi mengeluarkan semua perasaan mereka. Hyung Woo berjalan sambil bergandengan tangan dengan ibu. Ibu terlihat sangat bahagia.
Ketika mereka tiba dirumah ibu, ibu memberitahunya untuk tidak datang lagi. Ia berkata kalau ia membuat Eun Jae kesepian, jadi ia harus menyelesaikan semuanya dan kembali ke rumah (dan tidak membuat semuanya jadi susah untuk ibunya) dan selalu berada disisi Eun Jae.
Hyung Woo mencoba menolak, tapi ibu hanya menatapnya wajahnya untuk yang terakhir kali dan ia pun mengucapkan selamat tinggal. Semua itu membuat Hyung Woo menjadi tidak tahan.
 

Ia masuk ke kantor Eun Jae dan bertanya dengan marah apakah ia senang sekarang karena ia sudah mendapatkan apa yang diinginkannya dan memberitahunya kalau ibunya tidak mau menemuinya lagi. Hyung Woo: “Ada orang yang tidak bisa bertemu dengan keluarganya walaupun mereka sangat menginginkannya.”
Eun Jae: “Ada keluarga yang dipaksa untuk tinggal bersama walaupun mereka tidak menginginkannya!”
Hyung Woo terlihat terluka saat ia bertanya, “Keluarga yang kau paksa hidup bersama sekarang itu aku?” Ia bertanya-tanya pada dirinya apakah ada artinya hidup seperti ini.
 

Eun Jae pergi ke pengadilan untuk kasus suami yang berselingkuh dan suami itu akhirnya menyerah dan mau bercerai. Ibu mertuanya berdiri dan mengaku kalau menantunya tidak pernah berselingkuh, karena ia selalu berada disamping istrinya yang koma selama 7 tahun. Ia ingin menantunya melanjutkan hidupnya lagi. Ia tahu hanya perceraianlah jalannya.
Ia memeluk ibu mertuanya yang berkata padanya bahwa ia menganggapnya putranya sendiri dan ini pasti yang diinginkan putrinya untuknya. Kejadian itu menggerakkan hati Eun Jae yang shock karena ia salah menilai menantu bibi Woo Shik dan juga hubungannya dengan ibu mertuanya yang menyuruhnya bercerai untuk kebaikannya.
 

Ia duduk diluar kantor pengadilan memikirkan masalahnya sendiri dan kemudian pergi menemui Hyung Woo untuk memroses perceraiannya sendiri. Mereka duduk dengan Prof. Jo sebagai hakimnya yang menolak untuk meninggalkan ruangan ketika seorang psikolog dan neurolog akan menanyai mereka berhubungan dengan perceraian ini.
 

Eun Jae berkata kalau perbedaan antara mereka berdua semakin membesar ketika mereka menikah. Tapi ia kemudian menambahkan dengan penuh airmata kalau baru hari ini ia tersadar….
Eun Jae: “Bahwa ada masalah yang lebih besar: Aku tidak tahu bagaimana mencintai. Andaikata aku tahu bagaimana mencintai dengan benar, maka semuanya akan menjadi lebih baik. Aku tidak pernah, sekalipun mencintai suamiku dengan benar.”
Eun Jae mulai membuka hatinya, hanya saja Hyung Woo menangkapnya dengan cara yang berbeda. Seharusnya ia mendengar “Aku tidak pernah mencintai dengan benar” tapi ia malah mendengar “Aku tidak pernah benar-benar mencintainya.”
 

Hyung Woo berterimakasih padanya dengan pahit karena telah mengajarinya sesuatu yang ia tidak tahu. Eun Jae berusaha menjelaskan padanya kalau ia mengaku kalau ia melakukan kesalahan dan mencoba untuk menyelesaikan masalah mereka.
Hyung Woo menuduhnya bersandiwara untuk mendapatkan lebih banyak simpati dalam perceraian ini dan berteriak kalau mediasi ini tidak berhasil, “Ayo, ke pengadilan!”

Related Posts by Categories

0 komentar: