0
Park Hae Young memasuki rumah Lee Seol. Lee Seol dengan bangga mempersembahkan kamar terbaik dari rumahnya pada Park Hae Young. "Jenis type kamar apa yang sedang kau cari?" tanya Lee Seol ramah.
Park Hae Young menatapnya.
Kemudian Lee Seol memandu Park Hae Young untuk memilih kamarnya. Lee Seol menawarkan kamar yang terbaik, yang terdapat di lantai atas untuk Park Hae Young, "Ini adalah Royal Grand Executive Presidential Suite. Apa kau menyukainya?" tanya Lee Seol.
Whatz? Royal Grand Executive Presidential Suite? Mana bisa kamar sesederhana itu dinamakan Royal Grand Executive Presidential Suite. Haha.. Seperti biasa Lee Seol selalu berlebihan saat berbicara.
"Bagaimana?" tanya Lee Seol.
Karena Park Hae Young diam saja, maka Lee Seol menyimpulkan kalau Park Hae Young tidak menyukai kamar itu. "Baiklah. Kamar selanjutnya adalah Royal Deluxe Ambassadorr. Bagaimana?"
"Tidak. Aku di sini saja." jawab Park Hae Young.
Kemudian mereka kembali turun.
"Normalnya, biaya sewa sebesar 150 dolar per malam. Karena kau akan tinggal selama 2 hari, maka aku akan memberikan harga hanya 295 dolar." ucap Lee Seol.
Lee Seol berbicara dengan logat resmi, "Anda harus membayar tunai di awal transaksi." ucapnya seraya menengadahkan tangan pada Park Hae Young.
Park Hae Young membuka dompetnya kemudian mengeluarkan kartu kredit.
"Oh, baru saja 5 menit sebelum kau datang, mesin penghitung kartu kredit kami rusak." jawab Lee Seol.
Kemudian Park Hae Young mengambil checknya sebesar 1000 dolar. "Ada kembalian 705 dolar?"
"Ah.. Kali ini aku ingat nomor rekeningku. Aku akan membantumu dengan pembayaran tunai." Lee Seol menyerahkan nomor rekeningnya. "Selamat menjalankan transaksi tunai dengan bank.. Sekian dariku." ucap Lee Seol seraya pergi berlari meninggalkan Park Hae Young yang masih memperhatikannya.
Park Hae Young masih menganggap kalau Lee Seol adalah anak dari kakeknya, maka dari itu kakeknya menyuruh Park Hae Young untuk mencari Lee Seol. "Ah, dia benar-benar mirip sekali dengan kakek." ucap Park Hae Young. Ia berjalan mengitari rumah, untuk melihat-lihat.
Tanpa sengaja Park Hae Young melihat foto keluarga Lee Seol. Di foto itu, Lee Seol berfoto bersama ibu dan kakaknya. Park Hae Young melihat foto ibu Lee Seol dengan saksama, kemudian ia menggeleng "Aigoo. Dia benar-benar bukan tipe kakekku."
Kemudian Park Hae Young pergi melihat-lihat kamar yang lain. Ia menelpon ayah Yoon Joo untuk menginformasikan kalau ia sudah bertemu dengan Lee Seol.
"Bagaimana keadaan kakek? Ya, aku sudah menemukannya. Tapi, aku tidak bisa tinggal seperti ini. Ya, dia memang sangat manis sekali dan terlalu berlebihan. Dia adalah orang yang dengan jelas-jelas berbohong dengan nama aslinya dan dia sengaja datang ke museum untuk mendekatiku." ucap Park Hae Young seraya memperhatikan Lee Seol yang tengah memakan kimchi.
"Apa maksudmu.?" tanya Ayah Yoon Joo tidak mengerti.
"Jangan menungguku. Aku akan terlebih dulu mengawasinya, kalau aku mau aku akan membawanya ke rumah." jawab Park Hae Young.
"Mengertilah, dia adalah orang yang sangat dicari oleh Kakekmu. Kakekmu menunggunya selama hidupnya." ucap Ayah Yoon Joo. "Kau harus lebih kuat dari pada saat ini."
Pagi harinya..
Lee Seol memasak daging panggang. Lee Seol ingin agar Park Hae Young yang ada di kamarnya mencium wangi daging panggang yang baru saja dibuat oleh Lee Seol. Lee Seol menyebarkan wangi itu ke sekitar kamar Park Hae Young. Ia meniup-niup daging panggang agar wanginya sampai ke kamar Park Hae Young. Tak lama kemudian Park Hae Young keluar dari kamarnya. Dan Lee Seol cepat-cepat kembali ke meja makan, kembali bersikap wajar.
Lee Seol masih terus memanggang, kemudian ia memuji masakannya sendiri, "Hmm.. Good Smeell." ucapnya.
Park Hae Young menuruni tangga. Melihat Park Hae Young yang sudah berpakaian rapi, Lee Seol bertanya, "Apa kau akan pergi ke suatu tempat?"
"Aku akan keluar untuk sarapan. Apa di sini ada market terdekat?" tanya Park Hae Young.
"Ah.. Market ada di dekat Jalan Tol. Itu memakan waktu sekitar satu setengah jam. Percayalah padaku, lebih dekat Seol ketimbang market itu."
"Benarkah?" tanya Park Hae Young seraya memegangi perutnya.
Lee Seol menghampiri Park Hae Young dan menatapnya dengan iba. "Owh.. Bagaimana ini? Aku tidak menyiapkan hal yang istimewa hanya seperti ini, tapi paling tidak kau bisa mencicipinya." Lee Seol menawarkan sarapan buatannya.
"Benarkah?" ucap Park Hae Young, ia sedikit menutupi egonya agar bisa mendapatkan sarapan. Hahaa.
Park Hae Young duduk, lalu dengan sigap, Lee Seol melayani Park Hae Young.
"Makanan biasa 30 dolar. Makanan resmi 50 dolar." ucap Lee Seol seraya menyiapkan piring dan menaruh daging. "Ah, tentu saja, di situasi seperti ini, orang-orang pasti akan memilih makanan normal." ujarnya.
"Berikan aku makanan biasa." jawab Park Hae Young. Park Hae Young memilih makanan biasa agar Lee Seol mendapatkan sedikit bayaran.
"Ah, kau ini. Di situasi seperti ini, orang-orang akan lebih memilih makanan formal." ucap Lee Seol seraya memamerkan daging buatannya.
Di museum, Yoon Joo tengah diwawancarai oleh salah satu majalah terkemuka.
"Bagaimana perasaanmu tentang boomingnya berita mengenai penemuan yang kau pamerkan kemarin?" tanya pewawancara.
"Aku sangat senang. Karena masyarakat korea ternyata memiliki minat yang besar terhadap Korea." jawab Yoon Joo seraya tersenyum.
"Aku dengar bahwa kau adalah perempuan yang terpilih untuk menjadi perempuan nomor satu di korea."
"Ah, sebenarnya itu bukan prioritas utama. Tapi, entah kenapa, saat aku memikirkannya aku merasa sangat senang. Banyak keraguan yang datang dari pernyataan itu. Aku tau ada banyak keraguan diluar sana. Banyak dari mereka yang berpikir bahwa aku terpilih bukan karena kemampuanku tapi karena penampilanku." ucap Yoon Joo seraya tertawa.
Pewawancara pun tertawa. "Sepertinya seperti itu."
"Bagaimana pertama kali kau mengawali pencarianmu terhadap benda-benda kuno?"
Pertanyaan pewawancara itu membuat Yoon Joo flashback mengenang masa lalunya bersama Prof. Nam Jung Woo.
"Itu adalah kisah cinta pertamaku."
Yoon Joo menceritakan masa-masannya saat bersama prof. Nam Jung Woo. "Saat itu, kami kebetulan melihat catatan bahwa Kaisar Soon Jon memiliki anak yang sengaja ia sembunyikan. Dan anak itu juga telah berjuang untuk kemerdekaan Korea. Hal itu membuat aku sangat ingin mengetahuinya. Kami pergi ke tempat-tempat bersejarah. Ke museum, tempat persembahyangan dan lain-lain hanya untuk mengkonfirmasi kebenaran. Semakin dekat, kami harus melakukan semua pekerjaan yang ada sebagai syarat agar kami bisa menemukan kebenaran hal itu. Tapi, pada akhirnya yang hanya kami dapatkan adalah sebuah replika palsu. Dan akhirnya, saat ini aku bisa menemukan tulisan tangan Kaisar Soon Jo."Pewawancara menanyakan hal lainnya, "Mungkin ini cukup pribadi dan akan sulit untuk dijawab. Aku dengar bahwa wali yang menjaga dari benda bersejarah itu tidak memberikan padamu secara gratis. Kau harus mengeluarkan jumlah yang sangat banyak untuk bisa mendapatkannya. Benarkah?"
Ditengah wawancara Prof. Nam Jung Woo datang menghampiri Yoon Joo. Ia memperhatikan Yoon Joo dari samping. Yoon Joo menyadari kedatangan Prof. Nam Jung Woo. Ia mengakhiri wawancara itu. "Tidak ada jumlah yang pasti yang harus aku keluarkan. Biarlah itu menjadi sebuah rahasia. Aku harap kau mengerti." ucap Yoon Joo pada pewawancara.
Yoon Joo dan Prof. Nam Jung Woo berbicara serius. Yoon Joo meminta maaf pada prof. Prof. Nam Jung Woo meminta alasan kenapa Yoon Joo melakukan hal itu. Kenapa Yoon Joo harus mempublikasikan benda itu di depan umum, padahal Prof. Nam Jung Woo juga memiliki peran penting dalam penemuan benda itu. Yoon Joo berbohong, ia berkata bahwa Kakek Park Hae Young (Direktur) meminta dirinya dan ayahnya untuk melakukan hal itu, jadi mereka tidak bisa berbuat apa-apa.
Di pihak pemerintah yang menentang adanya pembentukan kembali keluarga kerajaan tengah ribut. Mereka ribut karena ternyata Kakek Park Hae Young tengah melakukan pembicaraan tersembunyi dengan presiden. Ketua pihak pemerintah yang kontra itu meminta asistennya untuk mengetahui apa saja yang dibicarakan antara presiden dan Kakek Park Hae Young.
Kakek Park Hae Young bertemu dengan presiden. Mereka berbicara di ruang tertutup. Presiden menanyakan bagaimana perkembangan pembentukan keluarga kerajaan yang mereka rencanakan. Kakek Park Hae Young mengatakan bahwa ia telah mengatasinya.
Di rumah Lee Seol (sekaligus penginapan yang ditempati oleh Park Hae Young). Karena keran air panas tidak menyala, Park Hae Young berteriak, ia menjerit. Hahaa.. Kemudian, Park Hae Young pergi menemui Lee Seol yang ada di dapur.
Dari dapur, Lee Seol penasaran, kenapa Park Hae Young berteriak. Ia menengok-nengok untuk mengetahui ada masalah apa pada Park Hae Young. Saat Park Hae Young menghampiri Lee Seol, Lee Seol terkejut karena Park Hae Young tidak menutupi badannya. Park Hae Young hanya menutupi daerah terlarangnya dengan handuk.. Lee Seol membelakangi Park Hae Young.
"Hey, kenapa air panas tidak menyala?" tanya Park Hae Young yang kedinginan.
Lee Seol yang tadinya membelakangi Park Hae Young, langsung berbalik dan berbicara "Kau harus membayar 5 dolar terlebih dulu sebelum menggunakan air panas." ucap Lee Seol seraya menutupi matanya dengan tomat dan bawang bombay agar tidak melihat Park Hae Young yang setengah telanjang.
"Hey, kau.."
"Kau masih punya hutang 5 dolar, jadi aku tidak menyalakan pemanas air. Oh, ya. Aku akan pergi keluar, jadi pastikan kau menutup dan mengunci pintu. Apa kau ingin dibelikan sesuatu? Seperti sup pasta kacang merah mungkin?" tanya Lee Seol.
"Sudahlah, nyalakan saja.." kata-kata Park Hae Young terhenti, ia menyadari sesuatu. "Apa? Sup pasta kacang merah? Kau bilang disekitar sini tidak ada market."
"Memang tidak ada market. Aku akan pergi ke warung."
"Apa?"
"Seharusnya tadi pagi kau tanya, di sini ada warung atau tidak. Begitu." jawab Lee Seol. "Apa kau ingin pergi denganku? Warung itu dekat, mungkin hanya butuh waktu 5 menit untuk sampai ke sana."
"Apa?"
Di kamarnya Park Hae Young tidak bisa tidur, ia gelisah. Kemudian tanpa sengaja, Park Hae Young mendengar suara film yang sedang diputar. Park Hae Young keluar rumah, dan mendapati Lee Seol tengah menonton theater buatannya sendiri di halaman depan. Park Hae Young berjalan ke arah Lee Seol, ia berjalan dengan membelakangi proyektor.
Melihat hal itu Lee Seol langsung protes, "Hey, apa yang kau lakukan, kau membelakanginya. Sini duduk." ajak Lee Seol.
Park Hae Young tersenyum lalu duduk di sebelah Lee Seol. "Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Park Hae Young heran, ia mengambil toples popcorn milik Lee Seol.
"Hanya ada satu theater yang sangat menakjubkan di dunia. Theater buatan Lee Seol yang cute." ucap Lee Seol seraya tersenyum.
"Aish. Intonasimu jelek sekali." jawab Park Hae Young, seraya mengunyah popcorn.
Lee Seol tidak rela popcornnya dimakan begitu saja oleh Park Hae Young "Keluarkan, keluarkan popcornku yang sudah kau makan."
Park Hae Young tidak menjawab, ia malah memasukkan banyak popcorn ke mulut Lee Seol agar Lee Seol tidak berbicara lagi.
Dan, mereka menonton bersama..
Saat di tengah film, karena film di putar di atas tembok yang berjendela, tiba-tiba jendela di tembok itu terbuka. Park Hae Young dan Lee Seol tertawa melihat hal itu.
"Kenapa bisa begitu?" tanya Lee Seol seraya tersenyum. "Tunggu sebentar." Lee Seol berjalan ke arah tembok dan menutup jendela yang terbuka. Lalu Lee Seol kembali duduk di samping Park Hae Young.
Mereka kembali menikmati film yang tengah diputar. Park Hae Young penasaran, ia memberanikan diri untuk menanyakan tentang identitas Lee Seol. Park Hae Young berkata perlahan, "Apa kau punya saudara di kota ini?"
"Apa?" Lee Seol berpikir. "Mm. Bagaimana ya?Aku tinggal di sini sejak usiaku 6 tahun. Sepertinya, bisa dibilang begitu." Lee Seol menyeruput minuman hangatnya.
"Memang sebelumnya kau tinggal dimana?" tanya Park Hae Young.
"Di sini dan di sana."Aku pernah tinggal selama 7 bulan di panti asuhan."
Park Hae Young menatap penasaran ke arah Lee Seol.
"Aku anak adopsi." ucap Lee Seol dengan tersenyum. "Saat aku sampai di tempat ini, aku tidak menangis ataupun tertawa, aku hanya tidur di pangkuan ibuku." Lee Seol tersenyum.
Park Hae Young mengangguk mengerti. Ia mulai merasa kasihan pada Lee Seol, "Apa kau ingat tentang keluarga kandungmu?" tanya Park Hae Young.
Lee Seol melihat ke arah Park Hae Young, ia curiga, kenapa Park Hae Young menanyakan hal itu, "Bagaimana kalau ia? Apa kau akan mencarikan mereka untukku?"
"Huh?"
Lee Seol tertawa, "Sudahlah, tidak perlu khawatir. Aku tidak itu apakah itu sebuah memory yang nyata, atau hanya impianku yang selalu aku impikan atau khayalan yang aku buat. Aku tidak ingat. Yang pasti, hal yang sangat aku ingat sekali. Dan aku tidak pernah melupakannya adalah ucapan itu."
Park Hae Young berkata, "Mungkin aku bisa menemukan mereka."
Lee Seol menatap Park Hae Young.
"Ah, aku seorang diplomat, mungkin aku bisa menemukan mereka untukmu." jawab Park Hae Young.
"Mereka hanya bilang bahwa mereka akan segera kembali." ucap Lee Seol.
"Siapa?"
"Ayahku. Ayahku bilang -Aku akan kembali. Ayah akan kembali untukmu.- Tapi, sepertinya, ia akan kembali dalam waktu yang sangat lama,"
Park Hae Young bertanya lagi. "Apa yang akan kau lakukan saat orang tua kandungmu datang mencarimu ke sini?"
Lee Seol menjawab dengan ringan, "Aku akan melihat warisan mereka. Berapa bagianku di warisan itu."
Park Hae Young menghela nafas mendengar jawaban Lee Seol, hahaa..
"Aku juga akan mengecek, aku punya saudara berapa di keluarga itu. Agar aku juga bisa memperhitungkan, jumlah warisanku."
"Bagaimana bisa, kau memikirkan hal itu." ucap Park Hae Young seraya tersenyum.
Lee Seol pun ikut tersenyum. "Senyumku sangat cantik kan?" ucapnya.
"Aku selalu tersenyum seperti ini saat aku merindukan ayahku. Dan saat aku bertemu dengannya aku akan tersenyum manis ke arahnya."
Kemudian, handphone Lee Seol berdering, ia mendapat panggilan dari seniornya. Seniornya meminta agar Lee Seol, menyewakan penginapannya untuk Prof. Nam Joong Woo. Karena prof akan menginap beberapa waktu untuk kepentingan penelitian.
Penginapan Lee Seol ternyata dekat dengan objek yang akan diteliti oleh Prof. Tapi, karena mungkin prof. akan merasa sangat canggung bila mengetahui Lee Seol pemilik penginapan itu, maka Senior menyuruh Lee Seol untuk mengatakan pada Prof, bahwa kedatangan prof di tempat Lee Seol hanya kebetulan saja.
Mengetahui bahwa prof akan datang dan menginap di tempatnya, Lee Seol senang bukan kepalang. Di pagi hari, ia menyiapkan segalanya, semua usahanya itu agar Prof merasa senang tinggal di tempat Lee Seol. Lee Seol memberikan hiasan di gapura rumahnya, ia membereskan meja taman, mengelap kaca, mendandani anjingnya, menyapu, mengepel dan kemudian Lee Seol berkata, "Apa semua ini begitu sulit? Tapi, pada akhirnya ini adalah takdir." Lee Seol terbahak mendengar kata-katanya sendiri.
Agar hubungannya dengan prof Nam Joong Woo berjalan lancar, Lee Seol memohon pada Park Hae Young untuk pindah kamar, "Aku mohon padamu, pelanggan." ungkapnya dengan nada resmi.
"Yah, kenapa aku harus pindah dari kamar yang sudah aku tempati?" tanya Park Hae Young tidak terima harus pindah kamar tanpa alasan yang jelas.
"Kau tau, kamarku tepat di depan situ. Jadi, nantinya secara alami kami bisa langsung saling bertemu, menyapa dan lalaalaa.."
"Lalalaa?"
"Itu yang aku bilang." Lee Seol kesal. "Kenapa kau tidak mau pindah. Itu permintaan yang mudah."
"Yah, sebenarnya siapa yang akan datang? Seorang pria?" tanya Park Hae Young.
"Proffesor bukan orang yang pantas mendengar kata-kata kasarmu itu. Baiklah, kalau kau tidak mau pindah, kau tidak akan dapat makan." ancam Lee Seol.
Kemudian, dari luar terdengar suara mobil yang terparkir. Lee Seol panik, "Omo.. Sepertinya dia sudah datang.." Lee Seol merapikan bajunya. "Yah, kau. Selama aku mengganti pakaian, kau gantikan aku sebentar untuk menyambutnya. Dan ingat. kau harus baik dan ramah. Okey??" pinta Lee Seol, ia juga sedikit memaksa. Lee Seol segera berlari kencang ke kamarnya untuk berganti pakaian.
"Hey, Yah! Kenapa aku harus melakukan itu!" Park Hae Young tidak rela dirinya disuruh seperti itu.
Park Hae Young kemudian terpikir untuk mengerjai Lee Seol. Haha.. Park Hae Young akan balas dendam, kemarin Lee Seol sudah berkata seenaknya tentang Yoon Joo, sekarang giliran Park Hae Young yang akan melakukan hal itu pada profesor Nam Joong Woo.
Prof. Nam Joong Woo dan temannya turun dari mobil, kemudian Prof. melihat tulisan di gapura, ia tersenyum. Park Hae Young keluar rumah, Prof. Nam Joong Woo kira Park Hae Young adalah pemilik dari penginapan.
"Aku yang memesan penyewaan kamar untuk hari ini. Mungkin pemilik rumah sewa ini?" tanya Prof dengan ramah.
"Bukan." jawab Park Hae Young dengan jutek. (?)
"Kalau begitu, apa ada pelayan di sekitar sini?" tanya Prof.
"Dia sedang ganti pakaian, katanya Prof Nam Joong Woo akan datang. Kalau begitu, siapa diantara kalian yang bernama Nam Joong Woo?" tanya Park Hae Young dengan tidak ramah.
"Aku" jawab Prof Nam Joong Woo.
"Sepertinya, dia hanya melihatmu hanya dari tampilan luarmu saja." ucap Park Hae Young.
"Apa maksudmu?" tanya prof.
Park Hae Young bergumam pada dirinya sendiri, "Bukankah seharusnya profesor mengajar di sekolah, kenapa dia datang ke tempat seperti ini?"
Tak lama kemudian, dengan hebohnya, Lee Seol datang menghampiri Prof Nam Joong Woo. "Oh, proffesor!! Oh My Goodness. Oh My Goodness.. Betapa sempitnya dunia ini. Aku sangat senang sekali melihat kau di sini."
"Lee Seol, kenapa kau ada di sini?" tanya proffesor Nam Joon Woo heran.
"Ah, ini rumahku. Bukankah ini sebuah takdir?" ucap Lee Seol seraya tersenyum lebar.
Park Hae Young hanya melihat aneh pada tingkah Lee Seol yang tertawa girang.
"Dan siapa orang ini?" tanya Proffesor.
Park Hae Young akan memulai mengerjai Lee Seol, ia merapikan dirinya.
"Oh, bukan dia sangat baik dan..." Lee Seol berpikir. "dan.."
Belum sempat meneruskan ucapannya, Park Hae Young langsung memeluknya. "Ah, dia adalah pacarku. Kami tinggal satu rumah sekarang." ucap Park Hae Young seraya mencium pipi Lee Seol.
"Omo.." Lee Seul terkejut. Ia mencoba melepas pelukan Park Hae Young, tapi Lee Seol kesulitan. "Oh, proffesor bukan-bukan., bukan seperti itu."
Profesor Nam Joong Woo tersenyum melihat hal itu, "Kau sedang berkencan. Maafkan aku. Aku tidak tahu hal ini. Selamat Lee Seol."
"Oh, jangan mengucapkan selamat padaku proffesor." ucap Lee Seol yang mencoba mengklarifikasi perkataan Park Hae Young.
Park Hae Young tidak peduli pada Lee Seol yang menolak pelukannya, tapi Park Hae Young semakin kuat saat merangkul pundak Lee Seol. "Ah,, aku yang akan memandumu. Kau akan tinggal di ruangan Royal Grand Executive Presidential Suite. Dan ruangan yang ada di depanmu adalah ruangan kami berdua. Silakan merasa nyaman di penyewaan ini, jangan sungkan, kalau kau memerlukan sesuatu kau bisa mengerjakannya sendiri. Dan jangan lupa, kau tidak boleh mengetok pintu kamar kami." ucap Park Hae Young.
Park Hae Young menarik rangkulannya pada Lee Seol, sehingga wajah mereka berdua mendekat pada wajah Prof. "Dan, harga sewa semalam adalah 150 dolar. Dan satu lagi, kau perlu tambahan dana 5 dolar untuk menggunakan air panas. Ayo kita masuk.." Park Hae Young memaksa Lee Seol untuk masuk ke dalam rumah. Lee Seol memberontak, ia mengeluh memanggil-manggil nama Prof. Nam Joong Woo. Prof. malah tersenyum melihat tingkah mereka.
Park Hae Young menarik-narik Lee Seol untuk masuk ke dalam rumah. Sesampainya di dalam rumah, Park Hae Young langsung melepaskan rangkulannya, ia membenarkan jasnya seraya melihat reaksi prof dari balik jendela.
Lee Seol yang tidak rela diperlakukan seperti itu langsung memukul-mukul punggung Park Hae Young. Park Hae Young kesakitan. "Hey.. hey.. kau.."
"Apa maksudmu? Tinggal bersama? Huh?" ucap Lee Seol menghentikan pukulannya.
"Kau tidak ingat?" Park Hae Young mempraktekan cara Lee Seol, saat Lee Seol mencoba membuat Yoon Joo cemburu. "=Aku tau semuanya tentang oppa. Oppa sangat possesive.= Apa kau tidak ingat kejadian itu saat dimuseum?" ucap Park Hae Young, ia mengubah suaranya menjadi suara wanita. haha..
"Aigoo.. Kau tau, aku melakukan hal itu, karena aku ingin yang terbaik untukmu." ucap Lee Seol membela diri. Melihat Park Hae Young yang tidak mau mendengar penjelasan Lee Seol, akhirnya Lee Seol mengakui, "Baiklah. Aku akan jujur. Sebenarnya aku tidak menyukai direktur."
"Bukankah semua wanita seperti itu? Selalu membenci wanita lain yang lebih cantik dan populer dari diri mereka." jawab Park Hae Young.
"Hey, dia tidak populer. Dia hanya memperhatikan dirinya saja. Dia tahu segalanya tapi berpura-pura tidak mengetahui apapun. Dia berpura-pura menjadi lugu untuk menarik pria agar jatuh cinta padanya." ucap Lee Seol.
"Bahkan Yoon Joo pun tidak tau kata "berpura-pura" di Seol ini ada." jawab Park Hae Young tidak mempercayai ucapan Lee Seol.
"Baiklah, kalau begitu, kita damai." kata Lee Seol. "Angkat buah-buahan itu dan segera ikuti aku." Lee Seol memerintah Park Hae Young, Lee Seol tidak peduli reaksi Park Hae Young yang menolak hal itu. "Kalau kau tidak mau, kau tidak akan mendapat makan." Lee Seol berjalan cepat keluar ruangan, untuk kembali menemui proffesor.
"Hey, apa ini yang disebut damai." protes Park Hae Young. "Aigoo..Dia selalu mengancamku dengan makanan.
Kemudian handphone Park Hae Young berdering, panggilan dari kakeknya. "Hallo. Kakek bagaimana kesehatanmu. Iya. Aku sedang bersamanya. Dia tidak sakit, bahkan terlalu aktif. Dia sepertinya tumbuh dewasa dengan baik." ucap Park Hae Young.
"Melegakan sekali." ucap Kakek.
"Aku tidak tau, kapan akan membawanya ke rumah. Aku tidak memiliki alasan yang jelas, kenapa aku harus mengajaknya untuk bertemu denganmu."
"Yang dapat aku katakan adalah semua ini kesalahanku." jawab kakek. "Kau tau, tidak ada yang paling buruk bagi seorang pria tua sepertiku selain menunggu."
"Baiklah." ucap Park Hae Young menutup teleponnya.
Lee Seol membawakan kopi untuk Profesor Nam Jung Woo dan temannya. Lee Seol membawa 3 gelas, untuk prof, teman profesor dan satu gelas lagi untuk dirinya. Tapi di pertengahan jalan, Park Hae Young sengaja mengambil kopi milik Lee Seol.. Haha..
"Terimakasih." ucap Park Hae Young tanpa rasa bersalah.
Lee Seol menyerahkan kopi itu pada prof dan temannya. Mereka tengah membicarakan barang peninggalan sejarah. Lee Seol melihat foto dokumenter di buku prof. "Apa itu?" tanya Lee Seol pada profesor.
"Oh, selama mata kuliahku kau pasti hanya memperhatikan wajahku. Aku sudah mengajari kalian tentang ini. Ini adalah tas milik ratu Myenseong." jawab Prof.
"Ow," Lee Seol tertawa. "Sepertinya aku mengenali tas ini, ada satu dirumahku yang seperti ini."
Teman Prof tertawa mendengar ocehan Lee Seol, "Benarkah? Haha.. Dia memang mahasiswa yang menarik. Kau tau, tas ini hanya ada di dalam sejarah. Kalaupun kau punya di rumahmu, aku berjanji akan memasukkan namamu ke buku sejarah."
"Benarkah?" tanya Lee Seol. Semuanya tertawa. Kecuali Park Hae Young.
Teman prof. tiba-tiba menyinggung tentang Yoon Joo pada proffesor. "Aku tidak menyangka Yoon Joo bisa sangat berani seperti itu dengan mempublikasikan tulisan tangan Soon Jong. Sangat mengagumkan. Lebih baik kau cepat-cepat menikahinya, sebelum ia bertambah populer."
"Kau berbicara yang tidak-tidak." jawab Prof, karena permasalahan saat itu dengan Yoon Joo, proffesor jadi tidak menyukai kalau ada yang menyebut nama Yoon Joo.
Nah, terbongkarlah semua. Park Hae Young diam-diam mendengar pembicaraan itu, ia jadi mengetahui semuanya. Park Hae Young menatap sinis ke arah profesor Nam Jung Woo. Sedangkan Lee Seol panik, beberapa kali ia menengok ke arah Park Hae Young kemudian melihat lagi ke arah profesor. Lee Seol panik.
Prof Nam Jung Woo menyadari kalau Park Hae Young sedang melihat sinis ke arahnya. Profesor bertanya heran, "Apa ada yang ingin kau katakan?"
Karena takut terjadi perang dunia ke 3 dan ke 4, Lee Seol segera mengalihkan pembicaraan, "Oh, benar proffesor. Aku lupa mematikan gas di dalam. Aku akan pergi ke dalam dulu untuk mematikan gas." ucap Lee Seol, ia kemudian berjalan ke arah Park Hae Young.
"Ayo masuk ke dalam. Cepat.." pinta Lee Seol. "Cepat.."
Park Hae Young terus menatap ke arah profesor. Dengan tenaganya, Lee Seol mendorong-dorong Park Hae Young agar ia masuk ke dalam.
Di dalam rumah, Park Hae Young meminta penjelasan pada Lee Seol tentang hal yang baru saja di dengarnya.
"Apa Yoon Joo yang mereka bicarakan adalah Yoon Joo yang aku kenal?" tanya Park Hae Young.
"Oh, apa nama direktur itu Yoon Joo? Aku baru menyadarinya." Kilah Lee Seol.
"Kau sudah mengetahui semua ini dari awal. Katakan padaku siapa orang itu. Siapa yang harus menikahi Yoon Joo." Park Hae Young berkata dengan nada memaksa.
Lee Seol mencoba menghindar, "Apa kau ingin makan sup kacang merah? Aku akan membuatkannya untukmu." Lee Seol berjalan menjauhi Park Hae Young, tapi Park Hae Young sudah terlebih dulu memegang kencang lengan Lee Seol. "Apa kau ingin mengalihkan pembicaraan?"
"Baiklah.. Baiklah.." ucap Lee Seol seraya melepaskan tangan Park Hae Young dari lengannya.
"Kali ini kita akan membuat kesepakatan dan kita akan bergabung menjadi satu team. Begini, sebagaimana rumor yang sudah tersebar, kalau cinta pertama profesor Nam Jung Woo adalah direktur dari museum Hae Young. Dan ternyata itu bukan hanya sekedar rumor, itu benar-benar terjadi. Yoon Joo adalah cinta pertama proffesor. Apa kau masih punya keberanian untuk mengalahkan cinta pertamanya?" ucap Lee Seol menjelaskan hal yang sebenarnya.
"Kenapa aku harus mengalahkannya?" tanya Park Hae Young tidak mau tersaingi.
"Hey, kau itu sudah kalah dengan cucu dari perusahaan Dae Han. Mengerti?" ucap Lee Seol. "Oke, bagaimanapun juga kau harus membantuku. Kalau seorang pria sudah jealous, maka darahnya akan naik ke ubun-ubun. Aku akan tetap berusaha mendapatkan proffesor dan pergi ke mesir." ucap Lee Seol dengan berlebihan dan kesungguhan. haha.
"Apa?"
Lee Seol mengajak Park Hae Young untuk mengintip apa yang sedang di lakukan oleh prof dan temannya. Mereka mengamati lewat pintu.
Kemudian mereka kembali masuk ke dalam.
"Hey, ayo, cepat pegang tanganku.." Lee Seol menaruh tangan Park Hae Young di lengannya.
"Kenapa? Saat aku memegang tanganmu kau akan menjerit=proffesor tolong aku proffessor..=' tebak Park Hae Young. haha.. Park Hae Young selalu niruin gaya Lee Seol.
"Binggo! Kenapa kau bisa tau hal itu." tanya Lee Seol heran.
"Sudahlah.. Ayoo.." Park Hae Young menarik tangan Lee Seol, mereka menuju ke lantai atas, tepatnya ke kamar Lee Seol.
"Hey, ada apa ini?" tanya Lee Seol.
"Ini kamarmu bukan? cepat rapikan barang-barangmu." suruh Park Hae Young.
"Ah, kau ingin bersikap tidak bertanggung jawab.."
"Kita akan pergi ke Seol.."
"Aish kita sudah sepakat untuk melakukan perdama--.."
"Aku pikir kau bibiku." ucap Park Hae Young dengan cepat.
Lee Seol tidak mengerti apa yang baru saja Park Hae Young katakan. "Apa? Bibi apa?"
"Kau tidak tau maksud dari kata bibi? Kau anak dari kakekku." jawab Park Hae Young.
Lee Seol percaya tidak percaya, mendengar perkataan Park Hae Young. Dan Lee Seol tertawa, ia kira Park Hae Young sedang membual.
"Ini sangat konyol bukan?" tanya Park Hae Young. "Aku juga berpikiran sama, tidak lebih dari 48 jam aku tau kalau adalah bibimu."
"Maksudmu, aku adalah bibi dari seorang diplomat yang selalu menggunakan mobil mewah, yang membeli cincin mahal dan dia lebih tua dariku. Apa buktinya? Hei, kalaupun keluarga biologisku mencari, ia akan membawa bukti. Misalnya foto keluarga, surat kelahiran dan mereka akan mengatakan =apa kau ingat ini, apa kau tau ini= bukan malah mengirimkan keponakan yang bahkan umurnya lebih tua dariku." ujar Lee Seol.
"Kalaupun kakekku ingin melakukannya, tapi ia tidak bisa. Ia sedang sakit." Park Hae Young memberikan alasan yang benar.
"Whoaa.." Lee Seol memundurkan badannya. "Aku sudah tau ini akan terjadi. Apa dia mencariku karena dia membutuhkan jantung atau ginjal untuk didonorkan?" tanya Lee Seol.. Haha..
"Hey.. Hey.. Kenapa kau berpikir seperti itu." ucap Park Hae Young.
Lee Seol mendekatkan wajahnya pada Park Hae Young, "Hey, kenapa kau memanggilku hey. Kau bilang aku ini adalah bibimu. Tunggu, apa dia kaya? Aku paling tidak suka menjadi seorang anak yang juga sekaligus tulang punggung keluarga. Kau tau, aku sudah sangat menderita saat ini. Aku harus pergi kuliah dan kerja paruh waktu. Kalau aku harus menambahkan satu orang lagi yang harus aku biayai, maka hidupku akan bertambah sulit."
"Lihat aku, apa aku terlihat seperti orang miskin. Ini bukan joke, cepat bereskan barang-barangmu."
Lee Seol dan Park Hae Young menemui profesor Nam Jung Woo. Park Hae Young berkata sinis pada profesor, "Aku akan meminta bantuanmu, ini menyangkut kehidupan Lee Seol jadi kami harus pergi. Dan aku minta padamu untuk menjaga tempat ini sementara waktu."
Lee Seol kesal mendengar Park Hae Young mengatakan salam perpisahan yang tidak sopan seperti itu. "Ini adalah urusanku jadi biarkan aku sendiri yang mengatasinya." ucap Lee Seol pada Park Hae Young.
Lee Seol tersenyum pada prof kemudian ia mengatakan, "Proffesor, seperti yang sudah dia katakan, bahwa ada hal yang penting yang harus aku selesaikan, jadi aku harus pergi."
Karena tidak sabar, maka Park Hae Young langsung menarik tangan Lee Seol dan berjalan cepat menuju mobil. "Apa kau ingin mengucapkan salam perpisahan itu seharian penuh."
Lee Seol berusaha untuk tetap memberikan salam, ia membungkuk.
"Kau tidak perlu seperti itu, karena nantinya, dia yang akan lebih menghormatimu." ucap Park Hae Young.
Di perjalanan, Lee Seol penasaran tentang sesuatu hal, ia langsung menanyakannya pada Park Hae Young yang sedang serius mengemudi, "Sebenarnya apa pekerjaannya?" tanya Lee Seol. "Kakekmu."
"Kakekmu?" Park Hae Young mengulang kata-kata Lee Seol, kemudian Park Hae Young tersenyum. "Well. dia membuat seperti itu." Park Hae Young menunjuk ke sebuah handphone canggih.
"Oah.. Jadi dia mempunya perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan cover handphone." ucap Lee Seol dengan polos.
Park Hae Young tersenyum mendengar hal itu. Aish, kakek Park Hae Young bukan buat cover handphonenya, tapi handphone itu sendiri.
"Apa kau sudah membuang kartu namaku?" tanya Park Hae Young.
"Belum." Lee Seol mengambil kartu nama Park Hae Young di dalam tas.
"Baca namaku."
"Park Hae Young"
"Dan apa nama museum yang kita datangi."
"Hae Young museum." Mendengar ucapannya sendiri, Lee Seol terkejut. "Ja.. Ja. Jadi, cucu dari perusahaan Dae Han adalah kau.."
"Ya. kakekku memberikan nama untuk museum itu, dari nama belakangku."
Lee Seol benar-benar terkejut mendengarnya.
Di pintu gerbang, saat mobil hendak masuk ke rumah besar milik Park Hae Young, lagi-lagi Lee Seol terkagum-kagum.. Mereka sampai di rumah. Beberapa pelayan dan kakek dan juga Ayah Yoon Joo menunggu kedatangan mereka.
Seorang asisten membuka pintu mobil Lee Seol. Kakek melihat Lee Seol, ia sangat bahagia. Kakek berusaha untuk berdiri, walau kesusahan ia tetap berusaha berdiri.
Lee Seol cemas, "Tidak usah, kau duduk saja."
Kakek malah berlutut dan memegang erat tangan Lee Seol, kakek berkata, "Yang mulia.." panggilnya.
Jelas sekali, bukan hanya Lee Seol yang terkaget-kaget mendengar hal itu, tapi juga Park Hae Young.
Kakek menangis, "Yang Mulia, tidak ada yang aku inginkan selain kematian, aku sudah melakukan dosa, Princess.."
"Tidak boleh ada orang lain yang masuk." ucap Ayah Yoon Joo.
"Apa aku orang lain?" tanya Park Hae Young kesal. "Sebenarnya ada apa? Kenapa bibiku berubah menjadi Princess?" Park Hae Young benar-benar tidak mengerti tentang keadaan yang sebenarnya terjadi. Ayah Yoon Joo juga tetap keukeuh (?) tidak memberitahukan apa yang sudah terjadi.
Di dalam ruangan, Lee Seol melihat ke sekeliling ruangan. Ruangan besar itu benar-benar membuatnya terkesima.
Saat hendak duduk, Lee Seol mempersilakan agar kakek duduk terlebih dulu. "Silakan duduk."
"Silakan duduk yang mulia."
"Ah, tidak. Kau dulu saja."
"Silakan duduk yang mulia." ucap kakek lagi.
Kemudian setelah mereka berdua duduk, kakek membuka sebuah kotak. Kotak itu berisi semua benda-benda berharga dari kerajaan kekaisaran Soon Jong. Kakek mengeluarkan sebuah foto dan menunjukkannya pada Lee Seol.
"Apa kau mengenal siapa ini?" tanyan kakek.
"Bukankah itu kaisar Soon Jong."
"Benar sekali. Aku sangat senang kau mengenalnya. Baiklah aku akan mulai menceritakan sebuah kisah lama padamu."
Flashback ke masa kekaisaran Soon Jong beberapa tahun yang lampau. Saat itu Kakek masih sangat kecil, dan ayah kakek adalah orang kepercayaan Raja Soon Jong. Raja Soon Jong memberikan selembar tulisan tangannya (Di sana tertulis Lee Young) dan benda lain pada ayah kakek. Kaisar Soon Jong memang menyembunyikan anak pertamanya, hal itu dilakukan karena ia tidak ingin terjadi hal yang tidak baik pada anaknya itu. Kaisar Soon Jong hanya ingin kemerdekaan Joseon, kelak saat Kaisar Soon Jong mati, maka penerusnya adalah anaknya sendiri.
Kembali ke kehidupan saat ini.
Kakek berkata, "Ayahku menyembunyikanku dari masyarakat dan mengirimkan uang yang telah disiapkan oleh kaisar Soon Jong untuk Shanghai Provisionally Goverment. Tapi, aku saat itu yang bodoh, sebelum kemerdekaan aku malah melarikan diri dengan segala hal yang tersisa. Itulah kisahnya, Prince Lee Young adalah kakek dari yang mulia. Prince Lee Young harus melakukan banyak hal yang sangat berat. Demi, masyarakat korea, aku meminta maafmu Yang Mulia."
"Secara sederhana, jadi kau ingin mengatakan kalau aku adalah cicit dari Kaisar Soon Jong." ucap Lee Seol mencoba menyederhanakan cerita kakek yang berbelit.
"Apa kau sangat terkejut?" tanya kakek.
"Tentu saja. Aku benar-benar terkejut. Saat aku kecil, mimpiku adalah ingin menjadi seorang Princess."
"Itu bukan hanya mimpi tapi kenyataan. Saat aku kecil, Kaisar Soon Jong sangat baik, aku sering bermain-main di pangkuannya." ucap kakek
"Whoaa. benar-benar sangat mengejutkan. Tapi, bagaimana cara membuktikan kalau aku adalah seorang Princess? Aku tidak memiliki tanda lahir dibadanku?"
Kakek mengeluarkan foto lain. "Apa kau mengenalinya?"
"Tidak."
"Benarkah kau tidak mengenalinya."
"Maafkan aku, aku sama sekali tidak ingat masa-masa kecilku dulu."
"Ingatlah kembali Yang Mulia."
"Tidak mau."
"Ingatlah kembali. Kau harus mengingatnya." pinta Kakek dengan paksa.
"Seharusnya, kenangan itu yang datang ke pikiranku. hanya saat aku berumur 5 tahun yang aku ingat." Lee Seol mengingat-ingat sesuatu. "Menangis keras di gang. Ah, anak kecil mana yang tidak pernah menangis di gang. Ikatan rambut merah Strawaberi. Ah, semua anak juga pernah memilkinya. Rumah... Helikopter.. Ah, aku tidak ingat lagi. Aku bahkan tidak bisa mendeskripsikan apa semua itu benar-benar kenangan atau hanya mimpi atau bahkan hanya fantasi yang aku buat." keluh Lee Seol.
Kakek kembali mengeluarkan sesuatu dari kotak itu. "Sebaiknya kau membukanya."
Perlahan Lee Seol membuka benda yang diberikan kakek, isinya adalah sebuah ikat rambut strawberry warna merah jambu. Seperti yang disebutkan oleh Lee Seol tadi, Lee Seol mengingat tentang ikat rambut itu.
Kakek tersenyum dan berkata pada foto yang dipegangnya. "Yang Mulia, aku sudah menemukan Princess."
Dengan ragu Lee Seol bertanya, "Maksudmu itu adalah ayahku?"
"Kau sama sekali tidak mengenalinya?"
"Tidak. Lalu dimana ia sekarang?" tanya Lee Seol.
Kakek diam tidak menjawab.
"Dimana dia? Kalau aku bertemu dengannya mungkin, ia akan mengenaliku."
"Maafkan aku, aku sudah melakukan tindakan yang salah pada Yang Mulia. Yang Mulia tidak hidup lama di dunia ini." jawab Kakek dengan menyesal.
Lee Seol terkejut mendengarnya, sudah sangat lama ia menunggu ayahnya tapi ternyata ayah Lee Seol sudah lama mati.
Lee Seol yang tidak menerima apa yang ia dengar, segera berjalan cepat keluar ruangan. Lee Seol tidak memperhatikan panggilan kakek.
Di luar, Park Hae Young menunggu dengan gelisah. Lee Seol berlari melewati Park Hae Young. Tapi kemudian Park Hae Young segera mencegatnya.
"Apa pembicaraanmu dengan kakek sudah selesai? Apa yang ia katakan padamu?" tanya Park Hae Young.
"Ayahku sudah meninggal dan aku adalah seorang Princess. Apa itu masuk akal." Lee Seol menahan tangisnya. "Kakekmu sakit kan? Ia pasti salah." ucap Lee Seol seraya berlari meninggalkan Park Hae Young.
Park Hae Young tertegun, kemudian Park Hae Young menyusul Lee Seol dengan mobilnya.
"Masuklah." ucap Park Hae Young setelah turun dari mobil.
Lee Seol menangis. Ia tidak terima kalau ayahnya sudah tidak ada. "Itu bukan ayahku. Ayahku berjanji akan segera kembali." tangisnya semakin keras. "Dia tidak boleh meninggalkanku. Dia tidak boleh mati begitu saja.."
Park Hae Young memeluk Lee Seol, berharap tangis Lee Seol segera mereda.
Park Hae Young mengantar Seol ke rumah Dan-ah (kakak Lee Seol.) Lee Seol akan membuka pintu dengan kode tapi kemudian ia teringat kalau Dan-ah sudah mengganti kode itu. Dan-ah sengaja mengganti kode pintu rumah agar Lee Seol tidak bisa masuk ke rumah. "Ah, aku benar-benar akan gila." keluh Lee Seol.
Lee Seol duduk di depan pintu, ia menelungkupkan tangan dan wajahnya.
Park Hae Young bertanya "Kau bahkan tidak memiliki kunci rumahmu sendiri."
"Dia sudah mengganti kodenya." Lee Seol berkata, "Ah, kalau aku menelponnya, pasti akan langsung di-reject."
"Apa kau memiliki hubungan yang tidak baik dengannya."
"Saudara memang seperti itu, selalu bertengkar." jawab Lee Seol.
"Apa dia adalah saudara kandung dari orang tuamu?" tanya Park Hae Young.
"Bukan, dia juga anak adopsi ibu, sama sepertiku. Umurnya sama denganku. Kami sebaya, walaupun begitu, ibu berkata bahwa diantara kami harus ada seorang kakak dan adik. Ibu menyuruh kami untuk -suit-gunting-kertas-batu- dan aku kalah." jawab Lee Seol.
"Pulanglah." suruh Lee Seol pada Park Hae Young. "Aku sudah tidak punya tempat untuk pulang."
"Baiklah. ikut aku." ajak Park Hae Young seraya menarik tangan Lee Seol.
Park Hae Young mengajak Lee Seol untuk ke rumahnya. Park Hae Young menyambut Lee Seol dengan ramah.
"Copot sepatumu disitu." ucap Park Hae Young.
Lee Seol melakukan hal yang disuruh Park Hae Young.
"Masuklah."
"Apa ini rumahmu?" tanya Lee Seol.
"Kau tidak lihat? orang-orang didepan tadi memberi hormat padaku?" jawab Park Hae Young.
Park Hae Young menunjukkan kamar tamu pada Lee Seol.
"Ini kamar tamu. Dan sebelah sana adalah kamar mandi."
"Terima kasih." ucap Lee Seol.
"Ah, tidak, tidak, tidak.. Ini adalah salah satu pelayanan kami. Dan ini adalah kamar Royal Grand Executive Presidential Suite." Park Hae Young menirukan seperti yang pernah dilakukan Lee Seol padanya. Berharap agar Lee Seol kembali tersenyum, tapi ternyata tidak. Lee Seol masih memikirkan kejadian tadi.
"Aku akan ke kamar mandi terlebih dulu." ucap Lee Seol, ia menaruh tasnya di sofa kemudian berjalan ke kamar mandi.
"Dan, biaya air panas 5 dolar." kata Park Hae Young.
Di kamar mandi, tepat di depan kaca, Lee Seol berkata pada dirinya sendiri. "Ayahku belum mati. Ia akan kembali untukku."
Park Hae Young menyediakan makan malam untuk Lee Seol. Saat tengah makan, ternyata Yoon Joo akan berkunjung ke rumah Park Hae Young. Parahnya, haaha.. Yoon Joo sudah ada di depan rumah Park Hae Young.
Mau tidak mau Park Hae Young harus menyembunyikan Lee Seol. Ia memaksa Lee Seol untuk bersembunyi di dalam kamar. Terpaksa Lee Seol makan di dalam kamar.
Yoon Joo membunyikan bel, dengan gugup Park Hae Young membuka pintu. Ia mencoba bersikap wajar. Yoon Joo datang untuk menanyakan mengenai hal yang berkaitan dengan Lee Seol.
Lee Seol sedang asyik makan di dalam kamar, tiba-tiba perutnya terasa sakit. Haha.. *sumpah ngakak total* Lee Seol harus ke kamar mandi saat itu juga.. Lee Seol mencoba memberitahukan Park Hae Young, kalau dirinya harus ke kamar mandi. Lee Seol juga menyuruh, agar Park Hae Young mengajak Yoon Joo untuk segera pulang.
Terpaksa, dengan gugup Park Hae Young menyuruh Yoon Joo pulang. Belum sempat Yoon Joo keluar dari rumah, di pintu ia melihat sepatu Lee Seol.
Dari kamar, karena sudah tidak tahan Lee Seol menjerit, "Aaah.. Perutku." ucapnya seraya berlari ke luar kamar. Alhasil Yoon Joo mengetahui keberadaan Lee Seol di rumah Park Hae Young.