Sinopsis Good Doctor Episode 3 part 1
Posted: Rabu, 21 Agustus 2013 by khyunkhyun in Label: Good Doctor
0
Melihat semua mata mengarah padanya, Yoon Seo langsung
membela diri. Tapi dr. Kim mengatakan kalau yang mencari gara-gara dan
mengambil pasiennya bukanlah Seo Yeon tapi seorang residen pria. Ia menatap
semua pria selain Do Han, “Jika itu residen pria dari bagian pediatric, berarti
itu salah satu dari kalian.”
Semua berpandang-pandangan heran sekaligus tak mengerti,
hingga terdengar suara terbata-bata, “Itu aku..”
Semua mata menatap Park Shi On yang berkata kalau dialah yang memberitahukan pada orang tua bayi
prematur itu kalau bayinya bisa hidup jika ditangani oleh bagian bedah anak,
“Dan saya memberitahukan pada mereka kalau dr. Kim Do Han yang akan melakukan
operasi.”
Dr. Kim menyindir Do Han yang telah mengajari Shi On dengan
baik, “Apa kau sekarang mencoba membela diri kalau residen ini bertindak
sendirian?” Do Han hanya terdiam, tapi Shi Onlah yang membela Do Han, “Saya
yang melakukannya, bukan Prof. Kim.”
Tapi ia seakan tak mendengar. Ia melemparkan sindiran dan
hinaan, tak hanya pada Do Han tapi juga ke seluruh residen yang ia katakana
mereka mencoba mengeruk uang dari pasien anak-anak, “Sebagai dokter, kalian
membujuk mereka?”
Semua diam, hanya Yoon Seo yang marah karena dr. Kim telah
merendahkan mereka. Dr. Kim membalas, “Kalau kau tak ingin direndahkan, maka
bertindaklah yang pantas.” Pada Do Han dr. Kim menyuruhnya untuk segera
membereskan hal ini, “Jika tidak kau akan mendapat konsekuensinya dari pihak
rumah sakit.”
Sepeninggal dr. Kim, Shi On dimarahi oleh Yoon Seo yang tak
habis mengerti kenapa Shi On merasa yakin bisa menyelamatkan bayi prematur yang
sudah jelas diagnosanya. Ia semakin marah karena mendengar alasan Shi On hanya
karena bagian HPB tak mau mengoperasinya, maka bagian bedah anaklah yang harus
melakukannya.
Tepat pada saat itulah kedua orang tua bayi prematur itu
datang untuk menemui Do Han. Do Han hanya bisa menghela nafas dan mengajak
mereka untuk masuk ke ruangannya. Ia menjelaskan kalau ia tak bisa menerima
anak mereka sebagai pasiennya, “Prof. Kim Jae Joon adalah salah satu dokter
terbaik di negara ini, dan diagnosa saya pasti akan sama dengannya.”
Ayah si bayi berkata kalau Shi On meyakinkan mereka kalau
dr. Kim mampu melakukannya. Yoon Seo menjelaskan kalau Shi On hanyalah residen
baru dan bisa membuat kesalahan karena perasaan simpatinya pada mereka. Sang
ibu hanya bisa menangis dan bertanya, “Kenapa Anda seperti ini? Bisa-bisanya
Anda mengambil harapan terakhir kami.”
Di luar, Shi On dimarahi habis-habisan oleh para residen.
Mereka kesal karena Shi On tak bisa membantu malah mengacaukan, “Aku tak peduli
kalau kau membodohi dirimu sendiri. Tapi kenapa kau membuat professor kami
kelihatan bodoh? Kau akan merusak departemen kami.”
Shi On hanya terdiam. Ia tetap diam saat ibu bayi itu keluar
dari ruangan Do Han dan menangis pedih karena Shi On melakukan hal ini padanya.
Yoon Seo menyuruh ketiga juniornya untuk keliling melakukan
tugas harian. Sementara pada Shi On? Ia hanya bisa menghela nafas dan
meninggalkannya sendiri. Shi On tetap terdiam dan tampak .. bersalah?
Saya bisa memahami perasaan si ibu saat memandangi bayi
kecilnya yang terhubung selang-selang penunjang hidupnya. 9 tahun yang lalu,
keponakan saya lahir premature (32 minggu) dengan berat 1,1 kg (bayi si ibu
1,25 kg) dan harus tinggal di perina selama 3 bulan. Selama 3 bulan itu,
seluruh keluarga berdoa dan berharap agar keponakan kami kuat dan bisa melalui
waktu yang seharusnya ia habiskan di dalam kandungan ibunya. Untunglah
keponakan saya bisa melalui itu semua.
“Kau past menderita di sana. Sabar.. sabar sedikit lagi ya, Nak.." |
Jadi kecemasan ibu bayi itu pasti berkali-kali lipat
karena setelah melahirkan bayi yang ia
tunggu selama 7 tahun secara prematur dan buah hatinya harus segera dioperasi.
Shi On memandangi kedua orang tua itu dari luar ruang NICU.
Ia mendengar percakapan kedua orang tua bayi yang tak tahu harus bagaimana lagi
dan harus kemana lagi karena rumah sakit ini adalah rumah sakit Anak terbaik di negara mereka.
Si ibu masih ingin berusaha entah bagaimana caranya,
“Setelah semua yang kita lakukan untuk memiliki bayi ini. Sejak dia lahir, aku
bahkan belum pernah menyusuinya. Aku tak pernah memeluknya, mengganti popoknya.
Sekali saja.. Walau hanya sekali, aku ingin melakukannya.
Sang Ayah hanya bisa memeluk istrinya yang menangis
tersedu-sedu. Shi On memandangi kedua orang tua yang putus asa itu dan keluar
ruangan. Walau tatapan matanya kosong seperti biasa, namun kali ini nampak
kesedihan di dalamnya.
Do Han menemui dr. Kim. Ia meminta maaf dan berkata kalau ia
sudah mengembalikan pasien itu kembali. Tapi ia tak menjawab saat ditanya
mengapa ia tetap tinggal di bagian bedah anak, “Apakah karena direktur?”
Dr. Kim menawarkan Do Han untuk pindah ke bagian HPB dan
jika Do Han mau, ia bisa menjamin posisinya sebagai asisten professor. Do Han
tak menjawab, dan dengan sopan ia pamit pergi.
Yoon Seo melakukan tugas hariannya, salah satunya
mengunjungi NICU. Di sana ia melihat Shi On yang berdiri di samping bayi yang
tadi diperebutkan kedua departemen. Ia teringat kata-kata Do Han yang
mengatakan kalau Shi On hanya berpikir untuk menyembuhkan pasien dan itu bukan
berdasarkan keputusan atau keyakinan yang logis melainkan respon robotis yang sudah terlatih, “Sepanjang pengamatanku
selama dua hari ini, Park Shi On adalah robot. Robot yang deprogram hanya untuk
menyembuhkan pasien apapun yang terjadi.”
Yoon Seo tak melihat kalau Shi On sedang memandangi tangan
bayi yang bergerak-gerak. Tapi ia melihat Shi On yang dipanggil keluar oleh
residen HPB dan dibully di toilet. Mereka menyuruh Shi On untuk tak ikut
campur. Shi On mencoba menjelaskan kalau bayi itu harus segera dioperasi. Salah
satu residen kesal dan mengangkat tangannya untuk memukul Shi On. Shi On
refleks mengangkat bahunya untuk melindungi diri.
“Apa yang kalian lakukan? Apa kalian mencoba memerasnya? Apa
aku perlu beri kalian masing-masing 50 sen?” tanya Yoon Seo tajam.
Kedua residen itu gugup dan menjawab kalau mereka melakukan
ini karena Shi On masih tetap datang walaupun sudah diputuskan kalau pasien itu
adalah milik mereka. Jawaban itu malah membuat Yoon Seo membentak mereka,
“Terus kenapa? Apa ia tak boleh menjenguk? Apa kau tak boleh menjenguk pasien
lain di NICU kalau itu bukan pasienmu? Kalian pikir kalian itu siapa? Dia salah
satu orangku. Kalian mau mati?!”
Wihh… serem juga kalau Yoon Seo sudah keluar premannya.
Tanpa menunggu jawaban, Yoon Seo menyuruh Shi On untuk mengikutinya. Sementara
kedua residen itu hanya bisa menghela nafas lega.
Dr. Go akhirnya mendengar kabar perebutan bayi itu dari dr.
Kim. Mulanya ia marah karena dr. Kim tak memberitahunya sejak awal. Tapi ia
hanya bungkam seribu bahasa saat dr. Kim mengatakan kalau ia tak diberitahu
karena dr. Kim tahu tak ada gunanya memberitahu hal ini kepadanya. Dr. Kim
malah menyuruhnya untuk kembali ke rumah sakit cabang karena tak berguna dan
malah menyusahkan koleganya.
Ughh.. saya pikir dr. Kim ini dokter pintar dan berprinsip, tapi
ternyata dia adalah dokter pintar yang sombong dan suka menghina.
Yoon Seo mengajak Shi On ke kantin dan bertanya apa arti
dokter dan pasien menurutnya. Park Shi On pun menjawab lancar arti dokter dan
pasien dengan mengutip sumpah Hipokrates dan menurut dr. Choi. Yoon Seo mencoba bertanya lebih dalam lagi,
namun Shi On tetap menjawab lancar dengan kutipan lainnya.
Yoon Seo pun menghela nafas kecewa dan berkata kalau selama
ini ia selalu memandang Shi On dengan positif karena mengingatkannya saat ia
dulu masih bekerja dengan semangat tinggi. Dan ia bangga karena Shi On
bergabung dengan timnya. Tapi ia sekarang menyadari kalau Shi On tak punya
pemikiran sendiri saat bekerja, “Seorang dokter tanpa jiwa adalah seperti robot
di ruang operasi. Kau harus punya pemikiran dan keyakinan sendiri sebelum kau
merawat dan menyembuhkan pasien. Mengerti?”
Dr. Go memarahi Do Han yang tak memberitahukannya tentang
kasus ini dan menuding Do Han tak hormat padanya sebagai atasan, “Selain tak hormat padaku,
tapi kau juga tak hormat pada seluruh atasan dan penghuni rumah sakit! Kau juga
tak menghormati etika kedokteran.”
“Hal ini terjadi jika Anda tak menggunakan Heta Vizen,”
balas Do Han langsung. Dr. Go langsung terdiam mendengar kasus itu diungkit
lagi. Do Han yang tahu ia sudah menang bicara, pamit undur diri.
Dr. Go berpikir cepat, ia tahu wibawa sebagai atasan harus
dinomorsatukan daripada etika dasar kedokteran. Ia memanggil Do Han kembali dan
memintanya, “Aku tahu kau tak hormat padaku. Tapi bisakah kau berpura-pura
hormat setidaknya di rumah sakit ini?”
Ha. Dan Do Han literally roll his eyes mendengar permintaan
yang sangat individualistis ini. Ia pun menunduk hormat, dan kemudian tersenyum
sambil bertanya, “Seperti ini?” Tanpa menunggu jawaban, Do Han pun langsung
pergi, membuat dr. Go bertambah kesal.
Salah satu residen, Woo Il Kyu ternyata adalah kenalan baik dr. Go. Dr. Go menyuruh Il Kyu untuk melaporkan semua
tindakan Do Han dan Shi On jika mereka membuat masalah dan juga melakukan semua
yang ia perintahkan.
Il Kyu sepertinya enggan melakukannya tapi dr. Go memaksa dengan
mengungkit jasanya, yang kelihatannya sih Il Kyu bisa menjadi residen
bedah
anak karena dr. Go.
Chae Kyung tiba di restoran dan senyumnya terkembang saat
melihat Do Han sedang duduk menunggunya. Tapi senyumnya hilang saat melihat
siapa yang ada di depan Do Han. Presdir Lee yang juga ibu tirinya. Setelah
duduk ia langsung berkata kalau ia tak jadi makan jika ibu tirinya itu menyuruh
mereka untuk segera menikah.
Presdir Lee hanya tersenyum dan berkata kalau ia tak
mengatakan hal itu (agar Chae Kyung bisa makan. Haha..) tapi kedatangannya yang
tak diundang ini untuk menawarkan agar mereka berdua pergi ke Amerika; Do Han
menjadi dokter di Boston dan Chae Kyung bisa membuka cabang rumah sakit mereka
di sana.
Do Han menolak dengan halus dengan mengatakan kalau belum
ada yang bisa menggantikannya di posisinya sekarang. Presdir Lee menjawab kalau
ia dan Direktur Choi/dr. Choi akan memikirkan solusi itu.
Tapi Chae Kyung tak sesopan Do Han. Tanpa basa-basi ia
berkata kalau ia dapat membaca jalan pikiran ibu tirinya, “Presdir, Anda
menawarkan kami pergi ke Amerika agar kami akhirnya menikah dan Anda bisa
menyingkirkan Manajer Perencanaan.”
Dan Manajer itu adalah dirinya. Do Han mencoba menenangkan
suasana dengan mengatakan kalau itu bukan niat Presdir Lee sebenarnya, begitu
pula Presdir Lee. Tapi Chae Kyung dengan keras menjawab kalau ia tak marah
karena ibu tirinya menyuruhnya untuk segera menikah, “Aku marah karena Anda
mencoba untuk terus mengatur hidupku.”
Chae Kyung pun pergi dan Do Han buru-buru mengejarnya. Walau
Chae Kyung tak menganggap Presdir Lee sebagai ibu tirinya, Do Han meminta Chae
Kyung untuk setidaknya menghormatinya sebagai orang yang lebih tua. Chae Kyung
menjawab kalau itulah hal yang terbaik pada ibu tirinya yang bisa ia lakukan.
Do Han menghela nafas, dan kemudian bertanya apakah mereka
sebaiknya menikah? Chae Kyung tertawa kecil dan berkata kalau ia tak suka
dilamar seperti ini, “Aku mau jika Oppa benar-benar ingin menikah. Tapi jika
kita tak menikah, itu pun tak masalah untukku.”
“Benarkah?” tanya Do Han ragu.
Kabar perselisihan dr. Kim dengan Do Han rupanya sudah
menyebar, dan dua suster penggosip pun juga membicarakannya dan bertanya-tanya
kapan mereka mengalami hari yang tenang setelah kedatangan Shi On. Dan Perawan
Jo muncul untuk memarahi mereka yang menggosip kalau Shi On menyebabkan semua
masalah, “Di rumah sakit mana yang bedah anaknya tak ada masalah? Dimana-mana ada
tsunami dan badai. Kalian pergi beberes sana!”
Ha.. saya suka Perawat Jo. Dia adalah fans nomor 1-nya Shi
On. Ia bahkan tak suka melihat residen sejawat Shi On yang ‘menyeret’ Shi On kembali ke bagian bedah anak. Ia protes
karena Shi On harusnya berjaga di UGD.
Tapi menurut kedua residen itu, mereka diperintahkan oleh Do
Han karena Do Han tak ingin dr. Park jaga di UGD. Mereka tambah stres saat mendengar
rengekan seorang pasien yang tak mau makan. Mereka pun menyuruh Shi On untuk
pergi mengunjungi pasien itu.
Shi On pun masuk ke kamar Seo Joon, pasien anak itu, dan mendapat
hadiah lemparan bantal. Seo Joon merengek ingin minta pizza. Ibu Seo Joon tak
memperbolehkan karena itu adalah perintah dokter. Shi On pun memberitahu Seo
Joon kalau ia tak boleh makan makanan dari tepung karena perutnya belum bisa
mencerna dengan baik.
Tapi Seo Joon berteriak, menangis sambil menutup telinganya.
Tak sengaja pandangan Shi On tertumbuk pada robot-robotan yang terpajang di
dinding. Ia pun mengambil boneka itu dan bertanya-tanya pada Seo Joon, membuat
Seo Joon menghentikan teriakannya dan menjawab pertanyaan Shi On dengan
bersemangat.
Perawat Jo dan ibu Seo Joon tersenyum melihat Shi On bisa
mengalihkan tangisan Seo Joon. Seo Joon pun kagum pada Shi On yang, walaupun
dokter, tapi hafal dengan seri robot miliknya. Shi On minta ijin untuk meminjam
robot itu untuk sehari saja. Tentu saja Seo Joon tak mau.
Saya pikir ketertarikan Shi On hanya karena ia ingin
membujuk Seo Joon untuk mau makan. Tapi tidak. Ia sungguh-sungguh ingin
meminjamnya. Seperti anak-anak yang berebut mainan, Shi On tetap memaksa Seo
Joon untuk meminjamkannya, tak peduli kalau Seo Joon sudah mulai menangis lagi.
Perawat Jo meminta Shi On untuk kembali membujuknya agar mau
makan saja. Tapi Shi On seolah tak mendengar. Ia bahkan mengancam akan
merusakkan robot itu jika Seo Joon tak meminjamkan robotnya.
Dan sialnya, Shi On menarik bagian robot itu terlalu keras
hingga terlepas. Seo Joon kembali menangis dan semakin keras saat Shi On,
saking kagetnya, menjatuhkan bagian robot yang terlepas. Buru-buru Shi On
mencoba memasangnya kembali, tapi eh.. bagian lainnya malah terlepas. Waduh..
makin keraslah tangisan Seo Joon.
Di ruangan Direktur Lee, tim Jahat membicarakan masalah Shi
On yang mengambil pasien HPB dan menyesal masalah itu tak jadi panjang,
sehingga mereka bisa menggunakan kesempatan itu untuk menendang Shi On dan dr.
Choi sekaligus.
Tapi Wapresdir Kang memiliki ide lain. Setelah yakin atas
jawaban dr. Go yang mengatakan kalau pasien bayi itu memang tak tertolong lagi,
ia menggunakan analogi bisbol untuk mengemukakan idenya, “Kita harus membiarkan
mereka menghancurkan diri mereka sendiri. Dan cara terbaik melakukannya adalah
dengan membuat mereka melakukan satu kesalahan yang fatal.”
Dan Wapresdir Kang pun bertanya pada dr. Go apakah dr. Go
punya orang yang bisa mereka percayai?
Ibu Seo Joon rupanya memberitahu keadaan yang baru saja ia
alami pada ibu-ibu yang anaknya dirawat di sana. Mereka pun mempertanyakan
latar belakang pendidikan Shi On yang bukan dari universitas besar melainkan
universitas di kota kecil.
Ibu Seung Ho mencoba membela Shi On kalau karena
jasa Shi On-lah anaknya bisa dioperasi. Tapi ibu lain mengingatkan kalau yang
mengoperasi Seung Ho bukanlah Shi On melainkan Do Han.
Ibu-ibu yang anaknya dibawah pengawasan Shi On, langsung
pergi ke meja perawat dan meminta agar anak mereka dipindahkan ke dokter lain.
Perawat Jo mencoba meyakinkan para ibu itu kalau Park Shi On adalah dokter yang
hebat. Tapi ibu-ibu itu bersikeras, “Dia baru tahun pertama menjadi residen,
memang dia sehebat apa? Dan kudengar ia
tidak normal.”
Tepat pada saat
itulah, Shi On muncul dan mendengar kata-kata itu. Ia nampak terluka
mendengarnya dan iapun segera pergi. Suster Jung, Perawat Jo dan In Hee hanya
dapat memandangi kepergiannya dengan penuh simpati.
Shi On duduk termenung di taman. Dr. Choi kebetulan melihat
dan menyapanya. Masih tertunduk, Shi On mengatakan kalau ia merasa kalau semua
orang kembali membencinya, “Tapi aku tak sedih karena aku sudah terbiasa.”
Shi On ingin bertanya tentang kata-kata Yoon Seo yaitu robot
di ruang operasi, tapi ia kemudian memutuskan untuk tak menanyakannya pada dr.
Choi. Ia malah pamit untuk bekerja kembali.
Di dalam ia bertemu dengan Jin Wook yang mencoba membesarkan
hatinya. Jin Wook berkata wajar kalau Shi On melakukan kesalahan di tahun
pertama, “Tegakkanlah badanmu. Kesalahan yang kau lakukan hari ini memang besar,
jangan kau lakukan lagi.”
Tiba-tiba salah satu pasien anak muncul dan memanggil mereka. Dengan
panik, ia berkali-kali memanggil nama In Hye dan segera pergi. Mereka pun
segera mengikuti anak itu. Di ruangan, mereka melihat In Hye berteriak-teriak
kesakitan sambil memegang matanya.
Jin Wook mendekati In Hye, akan memeriksa, tapi ia melihat
salah satu pasien mengedipkan matanya dan melirik ke Shi On. Ia pun tersenyum
mengerti dan menyuruh Shi On untuk memeriksa In Hye.
Shi On pun mendekati In Hye dan meminta In Hye untuk
melepaskan tangannya. In Hye pun membuka matanya dan melompatlah kedua matanya
keluar, “Selamat datang di bagian Bedah Anak!”
Sontak Shi On langsung mundur ke belakang. Saat itulah ia baru
menyadari kalau mata melompat itu berasal dari kacamata yang dipakai In Hye.
Semua tertawa melihat guyonan itu, tapi tidak dengan Shi On, “Apakah itu lucu? Bagiku
sama sekali tak lucu. Kalian mengolok-olokku.”
Anak-anak itu hanya bisa terdiam. Jin Wook menenangkan
mereka, dan berkata kalau Shi On hanya salah paham. Ia akan pergi menyusul Shi
On namun berhenti saat melihat seorang gadis masuk ke dalam ruangan In Hye.
Mereka bertukar sapa dan kelihatan sekali Jin Wook malu-malu
dan canggung menghadapi gadis itu yang tak lain adalah kakak In Hye.
Sepertinya In Hye adalah gadis yang usil. Sebelumnya ia
pernah ingin mencabuti brewok Perawat Jo, dan barusan ia memberikan ‘sambutan
selamat datang’ pada Shi On. Jadi saat In Hye tersenyum melihat Jin Wook yang
malu-malu di depan kakaknya -kelihatan banget kalau naksir-, yakinlah In Hye pasti tak akan tinggal diam.
Di ruangan, Shi On mengemasi barang-barangnya dan membungkuk
hormat pada Yoon Seo. Belum sempat Yoon Seo membalas sapaan Shi On, Shi On
sudah pergi.
Dr. Choi mengajak Do Han untuk minum-minum di luar. Saat
mereka sama-sama hampir mabuk, dr. Choi mengucapkan maaf dan terima kasihnya
karena Do Han tak mengusir Shi On keluar dari bedah anak.
Mendengar hal itu, Do
Han berkata, “Profesor, kata ‘terima kasih’ dan ‘maaf’ Anda malah membuatku
marah sekarang.”
“Anda akan memarahiku jika kami melakukan sedikit saja kesalahan
pada pasien,” kata Do Han dan meminta agar dr. Choi jujur padanya, “Mengapa
Anda sangat membela Park Shi On padahal ia melakukan semua yang Anda benci?”
Do Han percaya kalau dr. Choi masih orang yang tak pernah
pilih kasih. Tapi bagi dr. Choi, Shi On memang anak yang, “Kau selalu menjadi
yang terbaik, tapi Shi On selau yang terburuk. Jika di awal ia sama seperti
anak-anak lainnya, Shi On mungkin dapat menjadi yang terbaik, sama sepertimu.”
Do Han ingin menyela tapi dr. Choi mengatakan apa
keinginannya, “Aku ingin memperbaiki hidupnya walau hanya sedikit saja.”
“Kenapa Anda ingin melakukannya?” tanya Do Han dengan nada
tinggi.
“Karena aku adalah seorang dokter,” jawab dr. Choi pelan, “Menyembuhkan
hidup seseorang. Itulah keinginan yang ingin aku penuhi sebelum aku mati.”
Sepulang dari rumah sakit, Shi On berhenti di sebuah toko
elektronik. Dan lagi-lagi ia menonton TV 3D. Dan kenangan pada kakaknya kembali
muncul.
Ia teringat saat kakaknya membuatkan kaleidoskop dari
berbagai kertas warna. Si kakak berkata kalau di dalamnya semuanya tampak 3
dimensi, “Jadi kalau temanmu menyombongkan kaleidoskopnya lagi, tunjukkan
kaleidoskop ini. Sekarang apa yang kau lihat?”
Shi On terkesima saat memutar-mutar kaleidoskop. Tangannya
membuka tutup, menirukan pola-pola indah yang dilihat di dalamnya. Kakaknya
bertanya apa yang ia lihat di dalam dan Shi On pun menyebut, “Kupu-kupu. Harimau..
katak.. kadal.. jangkrik...”
Si kakak mengacungkan jempolnya, memuji adiknya yang hebat
bisa melihat semua itu, “Adikku memang jenius.” Ia pun mengacak-acak rambut
adiknya dengan sayang.
Shi On termangu mengingat kenangan itu. Ia pun memakai
kacamata 3D-nya dan menontonnya kembali.
Komentar :
Walau Shi On pintar, tapi saya masih belum bisa percaya dia
bisa menjadi dokter yang baik. Entah bagaimana dia melalui masa PTT-nya. Kenalan
saya bercerita pengalamannya bekerja di puskesmas di Solo, ia melayani 200
pasien per hari setelah lebaran ini. Berarti dia harus melakukan kontak mata
dengan 200 orang.
Hal itu sangat sulit jika Shi On yang melakukan. Kasus
savant syndrome biasanya bekerja di bidang yang tak banyak get in touch dengan
orang banyak, seperti seni, penelitian, matematika dan yang lainnya. Jadi bisa
dimengerti keberatan para ibu dan para dokter.
Tapi apakah Shi On tak bisa menjadi dokter? Saya rasa
kuncinya ada di dr. Kim Do Han. Dan dr. Choi sepertinya tahu akan hal itu.
Sedikit latar belakang tentang Kim Do Han. Yang kita tahu,
ia mengunjungi rumah abu dimana ada foto remaja di dalamnya. Adiknya kah? Walau
kecil kemungkinannya, kok saya merasa remaja itu mungkiiinn.. mungkin mirip
dengan Shi On. Autis walau tanpa savant syndrome. Atau remaja itu memliki
handicapped lainnya.
Namun dari sikap Do Han di rumah abu dan sengaja menutupi
dari Chae Kyung kalau ia berziarah, sepertinya perlakuan Do Han pada remaja itu
berbeda 180 derajat jika dibandingkan dengan kakak Shi On.
Dan mungkinkah drama ini sebenarnya ingin menceritakan tentang
menyadarkan Do Han bagaimana menjadi seorang Good Doctor?