Sinopsis Wild Romance Episode 10

Posted: Minggu, 08 April 2012 by khyunkhyun in Label:
0
Keheningan Yogi berra (saat pertandingan Yankees, tidak hanya tim lawan, tapi juga penonton ikut merasakan kebisingan, tapi juga ada saat hening Yogi Berra)


Eunjae berpamitan dengan sedih. Muyeol heran mengapa dia bertingkah seperti itu. Setelah Eunjae keluar dari rumah Muyeol, dia menangis sebenarnya tidak rela meninggalkan Muyeol.
Keesokan harinya Muyeol kaget mengapa direktur Jang yang datang, bukannya Eunjae.
Muyeol marah-marah ke manager Kim atas penggantian Eunjae dengan direktur Jang. Manager Kim beralasan bahwa insiden di karaoke itu sudah terlupakan oleh publik, sehingga tidak ada alasan Eunjae disamping Muyeol. Muyeol protes mengapa Eunjae berhenti tanpa persetujuannya. Manager Kim bertanya apa ada alasan khusus kenapa Eunjae tidak bisa digantikan? Muyeol tidak bisa menjawabnya.
Muyeol bertanya pada direktur Jang tentang Eunjae, dia pasti senang akan digantikan, begitu pikir Muyeol.
Direktur Jang menceritakan yang sebenarnya. Malam-malam Eunjae datang ke rumah direktur Jang (direktur Jang masih pake topi tidur nya, lho..) Eunjae meminta direktur Jang mengijinkannya untuk tidak mengawal Muyeol lagi. Direktur Jang awalnya menolak, karena Eunjae tidak memberitahukan alasannya. Tapi Eunjae mengancam akan mengundurkan diri kalau direktur menolaknya.
Eunjae duduk dengan sedih di kedai ayahnya, sementara ayah dan adiknya membersihkan kedai. Ayah dan adik Eunjae menyadari kesedihan Eunjae. Changho menebak mungkin Eunjae sudah kehilangan pekerjaannya makanya dia seperti itu. Ayahnnya menyuruh Changho menanyakan langsung pada Eunjae apa yang terjadi, tapi Changho menolak, takut diomelin sama Eunjae.
Tiba-tiba Eunjae menanyakan kabar percintaan ayahnya. Ayah Eunjae hanya ketawa-ketawa aja menanggapi pertanyaan anaknya itu. Eunaje bertanya apa ayahnya bahagia?. “Aku keberatan. Kau tidak boleh menikah lagi selama aku masih hidup.”kata Eunjae. Shocklah ayahnya Eunjae. “Äku hanya bercanda.” Eunjae menambahkan sambil ketawa.
Eunjae menanyakan seperti apa ahjumma yang berkencan dengan ayahnya? Kerja apa dia? Ayahnya berkata kalau bibi itu membuka toko kecil. Eunjae ingin ayahnya mengenalkan bibi itu kepadanya. Ayahnya berkata dia bisa melakukannya kapan saja. “Kenapa kau bertanya?”tanya ayahnya. “Tidak! Karena ayah sangat keren.“ Eunjae menyemangati ayahnya. Eunjae bener-bener stress tingkat tinggi, di sedih berat tapi wajahnya ketawa-ketawa.
Dongsu bertanya kenapa Muyeol marah sekali. Muyeol beralasan karena Eunjae membuat keputusan tanpa berkonsultasi dulu padanya. “Bukannya kau yang selalu mengoceh untuk menyuruhnya digantikan?”tanya Dongsu. “Bisbol adalah olahraga mental. Bagaimana aku bisa berkonsentrasi dengan lingkungan disekitarku yang terus berubah-ubah?” Muyeol beralasan. Dongsu meledek memangnya Muyeol tahu apa arti mental? Hwahaha..
“Dan si idiot itu, seberapa buruk hubungan kami pun, dia semestinya tidak pergi seperti itu.”kata Muyeol. Dongsu juga penasaran kenapa Eunjae diganti. Muyeol hanya tahu kalau itu sesuatu soal rotasi.
Dongsu menemukan sarung tangan baseball untuk Woyoung dan mengajak Woyoung bermain bisbol musim semi nanti. Woyoung tidak mau, “Äku takut..” Muyeol ikut nimbrung, “apa yang harus ditakutkan? Memangnya kau bukan laki-laki?”. Woyoung menjawab Muyoel dengan melet, adegan ini gak penting sebenernya, tapi lucu. Hihihi
Dongsu menanyakan tentang hubungan Muyeol dengan Jonghee. “Sudah sejauh mana hubungan kalian?”tanyanya. Dongsu bertanya bagaimana perkembangan hubungan Muyeol dengan Jonghee. Muyeol berkata hubungan mereka yang terakhir kali cukup membahayakan. Ketika Muyeol kissu dengan Jonghee, mereka hampir saja melewati batas. Untung ada Short kucingnya Jonghee yang mengeong-ngeong.
Dongsu melihat ada sesuatu yang mengganggu pikiran Muyeol. “Äku sangat menyukai Jonghee. Bersamanya sangat menyenangkan. Dan saat tidak melihatnnya, aku merindukannya. Tapi, saat kami bertemu, kami hanya membicarakan soal masa lalu kami. Memang menyenangkan, tapi saat kita diam, akan terasa sangat janggal.” Dongsu berpendapat kalau itu karena mereka telah berpisah selama bertahun-tahun.
Sooyung ke rumah Jonghee sambil membawa makanan. Sooyung melihat cincin Jonghee. Jonghee mengatakan kalau itu hanya aksesoris saja. Sooyung juga menyampaikan kalau ibunya ingin bertemu dengan Jonghee. Ibu Sooyung kaget saat diberitahu kalau Jonghee berhenti melukis. “Ïbumu pasti akan lebih kaget lagi kalau aku hidup seperti Oh Sooyung.” Jonghee berkomentar. Sooyung diam saja mendengar komentar Jonghee, Sooyung juga memandang Jonghee dengan pandangan aneh.
Sesampainya di rumah, Sooyung disambut oleh Dongsu yang langsung mengajaknya ke sebuah ruangan yang bisa dipakai Sooyung untuk melukis. Sooyung sekali lagi berkata kalau dia berhenti melukis bukan karena Dongsu. Dongsu tahu itu, tapi dia menyayangkan kalau Sooyung berhenti melakukan hal-hal yang dari dulu sudah dia lakukan.
Yeonyuk sedang bersiap-siap di ruang ganti, sampai dia melihat tas Dongah. Yeonyuk membukannya, mengambil dompetnya dan melihat kartu identitasnya.
Yeonyuk melihat Dongah yang kesulitan mengupas apel, kemudian membantunya. Mereka berbincang-bincang. Yeonyuk bertanya mengapa Dongah kerja di cafe itu, karena dia tidak seperti orang yang kekurangan uang. “Äku tidak kesulitan finansial. Orang tuaku meninggal dalam kecelakaan, mereka meninggalkan uang asuransi. Orang yang menabraknya juga memberikan kompensasi yang banyak. Jadi aku menjadi seorang yatim piatu tanpa kekhawatiran.” Yeonyuk berkata tidak memiliki orang tua lebih baik daripada memiliki orang tua yang menelantarkan anaknya.
Di coffee shop manager Kim menunggu Dongah dengan cemas. Apalagi ada orang yang tidak sengaja berkata kalau mereka melihat kecelakaan. Manager Kim semakin cemas, dia hampir akan menyusul Dongah tepat saat Dongah datang.
Dengan perasaan masih cemas manager Kim bertanya kenapa Dongah gak punya ponsel. Dengan santainya Dongah menjawab agar manager Kim mencemaskannya saat dia terlambat. Manager Kim menyuruh Dongah berhenti jadi mata-mata karena sepertinya tidak ada perkembangan. Tapi Dongah malah mengusulkan sebuah ide. Dia ingin menggunakan jebakan wanita. Dongah akan menggunakan pesonanya untuk menggoda Yeonyuk, karena sepertinya Yeonyuk menyukai Dongah. Manager Kim langsung menolak rencana itu mentah-mentah. Kenapa? Manager Kim berpikir sebentar, “Karena nona Dongah tidak cantik.” bwahahaha... bisa dibayangkan gimana rekasi Dongah. Akhirnya Dongah diam saja waktu di mobil dalam perjalanan pulang.
Manager Kim mencari-cari alasan biar bisa bertamu ke rumah Dongah. Akhirnya mereka minum teh bersama. Dongah bertanya bagaimana rasa tehnya, manager Kim menjawab baik-baik saja. Öh, syukurlah. Teh itu sudah kadaluarsa selama 3 bulan.” waduh..
Manager Kim jujur kalau dia mampir bukan untuk minum teh. “Äku datang untuk merayumu.” Dongah ketawa mendengarnya, aku juga. “Maukah kau berkencan denganku?”tanya manager Kim. Wuahh, mimpi Dongah terwujud. Dongah diam saja, lalu mencubit pipinya. Yakin kalau itu bukan mimpi., Dongah mengucapkan terima kasih pada manager Kim sambil membungkuk. “Sama-sama.”balas manager Kim. ini tandanya mereka jadian?? Pasangan ini pasangan yang aneh, hihihi. Tapi aku suka^^.
Eunjae di rumah melihat foto-foto keluarganya. Dongah dengan girang masuk ke kamarnya dan menceritakan apa yang dia bicarakan dengan manager Kim semalam. Dongah menyuruh Eunjae untuk ikut dengannya untuk bertemu wartawan Koh. Eunjae dengan kesel berkata bahwa dia sudah menyerah dengan wartawan Koh. Dongah tidak percaya Eunjae menyerah begitu saja.
Park Muyeol mulai melakukan kerja sosialnya. Di tempat itu juga sudah berkumpul para fans dan wartawan. Muyeol terganggu dengan fans yang datang, dia melirik ke direktur Jang yang diam saja melihat Muyeol dikerubuti fans. Kalau Eunjae pasti sudah menghalangi fans itu dan berkomentar pedes, pikirnya. Muyeol menelfon Eunjae, tapi Eunjae tidak menjawabnya.
Eunjae memandangi ponselnya, dan karpet rumahnya yang bergambar Park Muyeol sambil menguatkan hatinya. Eunjae juga mencuci karpet bergambar Muyeol itu sampai bersih. Eunjae akan menghapus nomer Muyeol dari ponselnya, tapi tidak jadi.
Eunjae pergi ke sebuah toko bunga. Bibi pemilik toko itu adalah ibu Eunjae, tapi sepertinya bibi itu belum menyadarinya. Eunjae memesan sebuah buket bunga krisan, bunga untuk pemakaman. Eunjae memesan dengan wajah ketus. Bibi baru menyadari kalau itu Eunjae setelah dia selesai membuat satu buket bunga. Ibu Eunjae bertanya bagaimana dia bisa tahu kalau ibunya ada di situ. Eunjae berkata kalau dia ingin menemukan sesuatu dia pasti bisa menemukannya. Sama dengan ibunya, kalau ia ingin menemukan seseorang dia pasti menemukannya.
Eunjae datang untuk melihat keadaan ibunya, juga mengabarkan kalau ayahnya sudah punya pacar. “Kau sakit hati, kan? Meskipun kau sudah mencampakannya, kau tidak rela dia diambil orang lain?” ibu Eunjae hanya diam saja, lalu bertanya apa yang sebenarnya ingin Eunjae katakan. Eunjae hanya berkata kalau dia tidak bisa memahami ibunya. Melihat wajah Eunaje yang pucat dan ingin menangis, ibu bertanya apa yanng mengganggu pikirannya? Eunjae memberikan uang untuk buketnya kemudian akan beranjak pergi saat ibunya berkata, “Meski aku tidak memahami situasimu, jangan jadikan aku sebagai alasanmu.” ibunya menyuruh Eunjae membawa bunganya. Eunjae berkata kalau bunga itu untuk bibi saja, karena ibunya sudah lama meninggal. Tapi meskipun begitu, baru sekarang hatinya merasa sedih.
Ibu Eunjae melihat kepergian Eunjae dengan sedih, lalu menelpon ayah Eunjae untuk membatalkan sesuatu. Ayah Eunjae kaget.

Eunjae menemui direktur Jang karena ada tugas menunggu Eunjae. Eunjae menanyakan kabar Muyeol. Direktur Jang berkata kalau Muyeol baik-baik saja. Eunjae memperingatkan kalau penguntit itu bisa bertindak tiba-tiba jadi direktur harus hati-hati.
Direktur Jang berkata pada Muyeol kalau Eunjae terkena flu. Muyeol bertanya pada direktur Jang sudah berapa lama dia mengenal Eunjae, direktur Jang berkata kalau dia mengajari Eunjae judo saat SMP. Direktur Jang bercerita ketika kelas 1 SMP Eunjae berkelahi dengan seorang anak laki-laki dari regu sepak bola. Karena anak laki-laki itu badannya lebih besar, maka Eunjae menggigit tangannya. Akhirnya, anak laki-laki itu yang menangis.
Eunjae sedang mengantarkan klien yaitu seorang wanita ketika Muyeol dan direktur Jang membicarakannya.
Kembali ke direktur Jang dan Muyeol. Muyeol juga menanyakan tentang orang yang Eunaje taksir. Direktur Jang heran kenapa Muyeol menanyakannya.
Eunjae mengantarkan wanita itu ke pengadilan. Mereka bertemu dengan seorang laki-laki.. sepertinya laki-laki itu suami si wanita. Mereka sepertinya akan melakukan persidangan. Gaya dan wajah laki-laki ini tengil banget, nyebelin. Si wanita sempat takut sama si laki-laki.
Dongsu melihat juniornya yang sedang latihan. Junior itu mengebaskan tangannya, kesakitan. Saat berpapasan di ruang ganti Dongsu menanyakan kondisi tangan si junior. Dongsu memberi saran jangan mengayunkan bat seperti itu, itu akan membuat pergelangan tangan sakit, kau perlu memperbaikinya. Di depan Dongsu junior itu mengiyakan, tapi dibelakangnya nggrundel. Dia ngomel ke teman-temannya kalo Dongsu tuh bukan lagi sunbae (senior) nya, masih mau sok menggurui. “Kalau aku jadi dia lebih baik jadi pengemis. Terlalu malu untuk tetap tinggal di sini.“ junior-junior yang lain hanya diam saja.
Ternyata Dongsu mendengar semuanya, dia ingin mendatangi junior itu. Tapi Muyeol keburu datang. Dongsu akhirnya pergi dengan Muyeol.
Manager Kim dan Dongah membicarakan tentang syarat-syarat perkencanan mereka. Pertama, karena ponsel memancarkan gelombang elektromagnetik yang dapat merusak kesehatan, maka gak usah pakai ponsel. Syarat kedua, panggilan sayang, manager Kim menolak melakukan itu. Dongah tidak mau, itu harus dilakukan. “Ïtu benar-benar tidak boleh dicoret.” manager Kim pasrah.
Yunyeok melihat Dongah dijemput dengan mobil bagus ketika dia pulang tadi. Dan ternyata dia juga mengikuti mereka sampai depan rrumah. Yeonyuk tahu siapa yang ada di mobil itu.
Fans Muyeol berfoto dan menciumi foto Muyeol. Muyeol geli melihat kelakuan mereka, dia menoleh sambil berbicara apa kau juga memeluk foto Song Dongyul dan menciumnya? Muyeol terbiasa ada Eunjae di dekatnya. Song Dongyul itu pemain favoritnya Eunjae.
Muyeol bertanya pada direktur Jang apa kegiatan Eunjae. Direktur Jang berkata Eunjae agak sibuk, tapi sekarang mungkin sudah selesai.
Eunjae menunggu kliennya di pengadilan, kemudian mengantarnya sampai mobil. Tiba-tiba mobil klien Eunjae dicegat oleh laki-laki (suami klien). Eunjae menghampiri mereka. Eunjae memiting tangan si laki-laki, menyeretnya menepi agar mobil si wanita bisa jalan lagi.
Si laki-laki marah. “Beraninya kau menyentuhku. Akan kutuntut kau.” Eunjae tidak takut dengan ancaman orang itu. “Dasar gembel. Siapa kau mencampuri urusan kami. Tunggu, ada hubungan apa kau dengan istriku?” Eunjae makin emosi karena laki-laki ini malah mencurigai wanita. Si laki-laki menarik kerah baju Eunjae dan akan memukulnya.
Muyeol datang dan menarik orang itu. Sekarang Muyeol yang menarik kerah tu orang. “Äpa yang mau kau lakukan dengan tanganmu?”. Dengan ketakutan laki-laki itu menjawab, “Tidak, wanita jalang itu...” Muyeol makin naik darah, “Wanita jalang? Siapa kau berani-beraninya bicara begitu padanya? Kau mau mati?”. Orang itu ketakutan setengah mati. Muyeol jadi emosi tingkat tinggi, gak terima Eunjae dikatain seperti itu.
Sekarang gantian Eunjae yang diomelin Muyeol. Kenapa Eunjae tidak membalasnya, biasanya kalau Muyeol yang mengatainya, Eunjae pasti membalas. “Kau yang selalu memanggilku idiot.” Muyeol ngomel-ngomel, “Hanya aku yang boleh mengganggumu, yang lain tidak boleh. Bikin jengkel saja.” Muyeol tidak tahan untuk ngacak-ngacak rambut Eunjae, seperti yang dia biasa lakukan. Eunjae gak mau rambutnya diacak-acak. Tapi Muyeol tetap maksa, ngerangkul lalu mengacak-acak rambut Eunjae.
Muyeol bertanya kenapa Eunjae tidak menjawab telponnya. Eunjae ngeles, dia tidak pernah tidak menjawab telpon. Muyeol lalu mengajak Eunjae makan malam bersama. Eunjae dengan terpaksa menurut.
Awalnya Eunjae merasa tidak nyaman bersama Muyeol, tapi Muyeol berkata dia menjadikan Eunjae tamunya. Jadi Eunjae duduk terpisah denga direktur Jang.
Bibi pembantu Muyeol berpapasan dengan Jonghee di lift. Jonghee menanyakan Muyeol. Bibi melihat cincin yang ada di jari Jonghee.
Muyeol menyuruh Eunjae makan yang banyak karena Eunjae baru sembuh dari sakit. “Lihatkan, aku memikirkanmu yang tak pernah memikirkanku sedikitpun.”keluh Muyeol. Eunjae bertanya kenapa Muyeol datang. Muyeol menjawab hanya ingin melihat Eunjae. Eunjae tidak percaya. “Beri aku alasan. Kenapa tiba-tiba kau bersikap dingin padaku?”tanya Muyeol.

Jonghee sedang beberes rumah, lalu melepaskan kucingnya agar main di luar rumahnya.
Kembali ke Eunjae dan Muyeol. “Kita memang tidak dekat, tapi setidaknya masih ada yang namanya perasaan.” Eunjae diam saja. Muyeol benar-benar heran dengan tingkah Eunjae yang aneh.
“Memangnya ada pengawal yang mendaki gunung untuk mencari kliennya? Kita punya ikatan. Katakan yang sejujurnya, kau suka aku kan?” Muyeol berkata. Eunjae masih diam saja. Äku juga menyukaimu.”. Eunjae tidak percaya. “Ya. Pada awalnya aku berfikir kau itu aneh. Tapi lama-lama kau terlihat imut. Jadi mulai sekarang sepertinya menyenangkan punya adik sepertimu. Jadi katakan dengan jujur, kau marah padaku kan? Anggap saja aku sebagai oppa-mu (oppa=kakak laki-laki).”
Eunjae marah, “Äku tidak butuh oppa sepertimu. Aku tidak mau kau menjadi oppa ku.” Muyeol bingung apa salahnya. “Kau selalu berfikir kau sangat sempurna. Aku tidak butuh oppa yang tidak sopan. Kau hanya memikirkan dirimu sendiri.” Muyeol memotong kalimat Eunjae, tapi Eunjae tetap bicara, “Kita sudah berakhir, jadi mari kita akhiri semuanya dengan benar.” Muyeol ikutan kesal. “Hei, lupakan saja. Aku juga tak menginginkanmu. Lupakan saja kata-kataku. Aku tak ingin bertemu denganmu, apalagi menjadikanmu adikku. Kau pikir kau bisa membuat orang-orang melakukan semua keinginanmu?” Muyeol akhirnya bangun dan pergi.
Setelah Jonghee selesai beberes, dia memanggil kucingnya. Tapi ternyata kucingnya tidak ada. Dia turun ke bawah bertanya pada pengawas apartemen. Akhirnya Jonghee dan pengawas apartemen mencari kucing Jonghee ke taman di luar apartemen, tapi tidak juga ditemukan.
Jonghee kembali ke kamarnya, di depan pintu dia menemukan sebuah kotak.
Muyeol masih marah dengan Eunjae. “Kau memang seorang idiot.” Eunjae berkata ini buang-buang wakttu saja. Direktur Jang menegur Eunjae karena sikapnya. “Musuh yang mulai duluan..”kata Eunjae. Muyeol tersinggung dia dipanggil musuh. “Äpa, kau bukan klienku lagi”
“Aku bukan pesuruhmu lagi.”kata Eunjae hampir menangis. Muyeol menyuruh Eunjae agar jangan sampai dia melihat Eunjae lagi. Eunjae setuju. Kemudian Muyeol menerima telepon dari Jonghee. Eunjae tambah sedih. Di telepon Jonghee tidak mengatakan apapun. Muyeol panik.
Jonghee shock. Dia terduduk di dekat pintu rumahnya. Telpon masih tersambung dengan Muyeol. Muyeol tahu ada yang tidak beres. Dia menyuruh Jonghee tenang sementara dia jalan pulang.
Jonghee berteriak histeris. Muyeol dan semua orang di dalam mobil mendengarnya. Tetangga Jonghee juga keluar melihat apa yang terjadi. Jonghee masih berteriak histeris. Orang-orang semakin banyak yang mendekat. Salah satu dari mereka membuka box yang ada di sebelah Jonghee. Orang itu juga kaget melihat isi kotak itu.
Seseorang sudah mencelakai Short. Sepertinya orang yang sama yang bertanggung jawab atas apa yang menimpa Muyeol. Orang itu membuka sarung tangan yang kotor oleh noda darah. Di atas meja ada cutter yang juga kotor oleh darah.
Jonghee masih ketakutan.. Muyeol datang tepat waktu. Dia membawa Jonghee masuk dan membaringkannya di kamarnya. Jonghee gelisah terus-terusan sambil menggigit tangannya. Muyeol menenangkan Jonghee dan menarik tangan Jonghee agar dia tidak menyakiti dirinya sendiri.
Eunjae melihatnya, antara cemburu dan kasihan melihat Jonghee.
Direktur Jang membuka kotak itu. Kotak itu memang berisi Short yang sudah mati.
Muyeol masih menenangkan Jonghee yang masih meronta-ronta. Muyeol merelakan tangannya untuk digigit oleh Jonghee. Eunjae melihatnya, kemudian beranjak pergi.
Polisi datang memeriksa.
Muyeol menjaga Jonghee semalaman. Dia marah pada orang yang melakukan itu semua kepada Jonghee.
Eunjae juga terbangun semalaman. Berbaring pun tidak bisa tidur.
Manager Kim mencari informasi kepada pengawas apartemen. Dongsu dan Soyoung menunggu dengan cemas. Manager Kim memberi tahu mereka bahwa tidak ada rekaman CCTV di koridor, jadi mereka tidak bisa melihat siapa yang meninggalkan kotak kucing itu. Dan polisi juga tidak bisa berbuat banyak soal ini.
Muyeol meminta jadwal hari itu ditunda, tapi manager Kim berkata tidak bisa.
Eunjae sedang tidur ketika Muyeol telepon ingin berbiccara dengannya dan dia sudah ada di depan rumah Eunjae. Eunjae panik, rambutnya masih berantakan. Wajahnya juga masih berantakan. Dia menyuruh Muyeol menunggu sementara dia bebenah (cuci muka, nyari baju yang pantes dan sedikt dandan mengompres matanya yang bengkak. Repot banget..).
Eunjae menyuruh Muyeol masuk. Muyeol heran melihat rumah Eunjae yang semuanya biru. Eunjae juga menyembunyikan karpet bergambar Muyeol.
Eunjae bertanya bagaimana keadaan Jonghee. Muyeol berkata kalau dia cemas sekali.
“Kenapa kau kemari? Bukannya kau bilang tak mau melihatku lagi?”tanya Eunjae. Eunjae akan menerima jawaban sekaligus permintaan yang amat gak masuk akal buat Eunjae.
“Kau, jadilah pengawal Jonghee!”pinta Muyeol.

Related Posts by Categories

0 komentar: