0
Sinopsis/Rekap God of Study Episode 9
Iklan yang tersebar di internet dibuat oleh Anthony."Karena Guru Anthony, orang-orang tahu bahwa aku tidak ada di Amerika." kata Chan Doo kesal.
Chan Doo dan yang lainnya berjalan melewati setiap kelas. Tiba-tiba, di depan kelas terakhir yang mereka lewati, beberapa murud laki-laki iseng meledek mereka.
"Jadi kalian bintang sekarang?" tanya salah satu dari mereka, meledek. "Apa kalian punya kertas? Ayo kita minta tanda tangan mereka."
Baek Hyun kesal dan menendang murid-murid iseng itu hingga terjatuh. "Jika kalian berani menganggu kelasku sekali lagi, kalian akan mati ditanganku!" seru Baek Hyun, menarik kerah baju salah satu dari murid iseng.
Mereka mengangguk. Baek Hyun melepaskan dan berjalan melewati mereka. Hyun Jung dan yang lainnya mengikuti Baek Hyun.
"Iklan itu tidak ada hubungannya dengan pekerjaan kita di sekolah ini." kata Baek Hyun pada teman-temannya.
Telepon di ruang guru terus-menerus berdering. Para guru mengangkat dan menanggapi tiap telepon dengan kesal.
"Ini sangat memalukan!" teriak Jang Ma Ri pada Seok Ho.
"Sekolah ini sudah punya reputasi yang memalukan sebelumnya." kata Seok Ho tenang, tidak berekspresi apa-apa. "Direktur disini hanya peduli soal dirinya sendiri. Apa yang bisa lebih memalukan dari itu?"
Ma Ri menatap Seok Ho dengan kesal. "Apa?!"
Anak-anak murung karena menjadi bahan olok-olokan. Soo Jung menghibur mereka.
"Apakah begitu penting pemikiran orang lain?" tanya Soo Jung. "Biarkan saja mereka tertawa! Kita membalas mereka dengan belajar keras. Bagaimana? Bagaimana? Oke?"
Anak-anak diam.
"Oke." kata Baek Hyun.
Jadwal ujian tengah semester hari ini adalah Ilmu Pengetahuan pukul 9.10-10.00 dan Bahasa Inggris pukul 10.10-11.00.
"Sebelum ujian dimulai, jangan melihat buku cetak ataupun soal ujian." kata Seok Ho. "Jika kalian melihat buku cetak, itu akan membuat kalian semakin gugup dan membuat kepercayaan diri kalian hilang. Sebelum ujian, kalian hanya boleh membaca rumus matematika dan vocabulary Bahasa Inggris. Itu akan membuat kalian lebih tenang. Bermeditasilah untuk membuat kalian tenang."
Jang Ma Ri dan Guru Lee Eun Yoo masuk ke kelas khusus untuk membagikan soal ujian dan mengawasi kelas.
Anak-anak mengerjakan soal.
"Wah, mereka sangat serius." pikir Jang Ma Ri dalam hati.
Ketika mengerjakan soal, Baek Hyun teringat kata-kata Seok Ho. "Dapatkan nilai sempurna dan aku akan melakukan apapun yang kau minta. Jika kau ingin aku berlutut dihadapanmu ketika seisi sekolah melihat, aku akan melakukannya."
"Kang Seok Ho," Baek Hyun berpikir dalam hati. "Aku pasti akan membuatmu berlutut di hadapanku."
Stelah berpikir begitu, ia melihat soal ujian. "Apa ini?" pikirnya. "Aku pernah belajar ini." Ia mulai gelisah. Tiba-tiba, ia teringat hal yang pernah diajarkan Guru Jang Young Shik.
Kang Seok Ho meminta penjelasan tentang iklan yang tersebar ke internet pada Anthony.
"Apa maksud semua ini?" Seok Ho menunjukkan printout iklan. "Siapa yang memberimu izin untuk melakukan ini? Sejak kapan aku menjadi rekan bisnismu?"
Anthony tidak bisa menjawab.
"Sepuluh menit lagi." kata Guru Lee memberitahu anak-anak. "Periksa lagi jawaban kalian."
Anak-anak gelisah dan tidak tenang. Merasa bahwa semua yang mereka kerjakan tidak ada yang benar.
"Tenang, Gil Pul Ip." pikir Pul Ip menenangkan diri. Ia melihat lembar jawabannya. "Aduh, kenapa aku menandai yang ini?" pikirnya. Ia kemudian mengangkat tangan untuk meminta lembar jawaban yang baru pada Jang Ma Ri. Pul Ip bergegas membetulkan jawaban yang salah.
Hyun Jung panik dan mengibas-ngibas tangannya. Pensilnya mengenai kertas.
Baek Hyun pusing, masih terus mencoba mengingat hal yang pernah dipelajarinya.
Seok Ho dan Anthony berbincang.
"Kenapa kau menggunakan anak-anak sebagai bahan berbisnis?" tanya Seok Ho.
"Kau bertingkah seperti kau bersih saja." kata Anthony santai. "Kurasa kau tidak berada di posisi yang pantas mengatakan sesuatu padaku." Anthony santai, menyerang balik.
"Aku tidak melakukan seuatu hal yang memalukan." kata Seok Ho.
"Lalu, kenapa kau menerima uang dari ibu Hong Chan Doo?" tanya Seok Ho. "Kau pikir tidak ada yang tahu?"
Seok Ho bangkit dari duduknya, meledak marah. Soo Jung diam-diam melihat mereka dari pintu.
"Pergi!" kata Seok Ho. "Jangan pernah memperlihatkan wajahmu di sekolah ini lagi!"
"Baiklah, jika itu yang kau inginkan." kata Anthony. "Tapi, bagaimana dengan gaji mengajarku? Aku cukup mahal."
Seok Ho maju, hendak melakukan sesuatu pada Anthony, namun Soo Jung berteriak, "Pengacara Kang, tenanglah!" Ia berpaling pada Anthony. "Guru Anthony, mungkin akan lebih baik jika kita bicara lain waktu."
"Tentu." kata Anthony seraya berjalan pergi.
"Katakan permohonan maafmu pada anak-anak!" kata Seok Ho.
"Aku tidak mau melakukannya." kata Anthony.
Seok Ho sangat marah dan hendak mengejar Anthony. Soo Jung melarangnya. "Hitung sampai 100 dan tenangkan dirimu." kata Soo Jung.
Seok Ho keluar dari ruangan dan melihat anak-anak yang sedang mengerjakan ujian di ruang kelas khusus. Ia tersenyum.
Anak-anak lemas.
Guru Soo Jung datang dengan ceria. "Kalian mengerjakan soal dengan baik kan? Ayo kita periksa jawabannya." Soo Jung menyerahkan kunci jawaban pada mereka.
Anak-anak takut melihat jawabannya.
Dengan santai, Baek Hyun melihat kunci jawaban dan memeriksa jawabannya. Ia mendapat nilai 100 untuk Ilmu Pengetahuan dan Bahasa Inggris. Teman-temannya berseru senang sementara Baek Hyun sendiri sangat terkejut.
"Kau mendapat 100 di dua pelajaran?" tanya Soo Jung.
"Ya, kurasa begitu."
Di lain sisi, Chan Doo memeriksa jawabannya. "Aku salah 3 di Ilmu Pengetahuan dan salah 1 di Bahasa Inggris." katanya senang.
Pul Ip, Hyun Jung dan Bong Goo langsung duduk untuk memeriksa jawaban mereka.
"Aku salah 1 di Ilmu Pengetahuan dan untuk Bahasa Inggris... aku betul semua." kata Pul Ip, terharu.
"Aku salah 3 di Ilmu Pengetahuan dan salah 2 di Bahasa Inggris." kata Hyun Jung.
"Kalian semua hebat!" puji Soo Jung.
Soo Jung mencari Bong Goo. Chan Doo mengatakan bahwa Bong Goo pergi dan memeriksa jawabannya di toilet.
Seok Ho masuk ke ruangan kelas.Ia mengatakan pada mereka jangan terlalu senang karena masih ada 4 pelajaran lagi. "Setiap menit, setiap detik, sangat berharga. Jangan menyia-nyiakan waktu."
Baek Hyun bangkit dari duduknya dengan sikap angkuh. "Aku mau pulang. Aku tidak bisa menyia-nyiakan waktu mendengar celotehanmu." katanya.
Para guru mulai melengkapi bukti-bukti dan saksi-saksi untuk mengeluarkan Pengacara Kang dari sekolah itu. Sepertinya mereka juga akan bekerja sama dengan Anthony. Mereka bilang, Anthony akan hadir dalam rapat para guru dan orang tua murid beberapa hari lagi.
Bong Goo mendapatkan nilai yang buruk.
"Aku sudah berusaha semampuku." kata Bong Goo.
"Kau belum berusaha semampumu." bantah Seok Ho.
"Aku sudah berusaha lebih giat daripada sebelumnya." kata Bong Goo.
"Kau belum berusaha sampai kemampuan maksimalmu." bantah Seok Ho lagi. Ia menyerahkan kertas-kertas soal agar Bong Goo mengerjakannya. "Anggaplah bahwa hidupmu bergantung pada ujian besok."
Bong Goo pulang ke rumah. Di restorannya, ia memasukkan kepalanya kedalam freezer.
"Bong Goo! Bong Goo, apa yang kau lakukan?" tanya Ayahnya.
"Aku ingin belajar." kata Bong Goo, menangis. "Aku ingin belajar, tapi tidak bisa mengalahkan rasa kantukku."
Ayahnya memeluk Bong Goo.
Di rumah, Baek Hyun belajar. Neneknya menemani Baek Hyun dengan tidur disampingnya seraya bersenandung. Neneknya sangat senang karena Baek Hyun belajar dengan keras.
Seok Ho meminta Soo Jung untuk mengajar bahasa Inggris lagi. Namun baik Soo Jung maupun Guru Cha menolak.
Guru Cha mengatakan hubungan anak-anak dan Anthony sudah dekat. Seok Ho tidak boleh memutuskan ikatan mereka.
"Tapi dia memperalat anak-anak untuk bisnis." kata Seok Ho.
"Apa kau tidak tahu orang seperti apa dia saat kau pertama kali membawanya?" tanya Guru Cha. "Tidakkah kau tahu bahwa dia akan melakukan apapun untuk uang? Masalah seperti ini, kau harus menyelesaikannya. Bagaimana bisa kau berani memecat orang seperti dia?" Guru Cha pergi.
"Selesaikan masalah ini." kata Soo Jung, berjalan pergi mengikuti Guru Cha.
Saat Pul Ip sedang belajar, Hyun Jung mengirim sms dan meminta Pul Ip berkunjung ke rumahnya.
Pul Ip keluar dan meminta izin pada ibunya. Ibu Pul Ip sepertinya sedang membuat sebuah laporan (mungkin laporan keuangan). Saat itu bar milik ibunya sedang kosong dan pria yang menjadi teman kencan ibunya tidak datang karena takut pada Pul Ip.
Pul Ip merasa ada sesuatu yang terjadi pada ibunya.
Ayah Chan Doo masuk ke kamar putranya. Di kamar Chan Doo, ia melihat banyak kertas-kertas pelajaran ditempel di dinding dan di mejanya terdapat banyak buku.
Ayah Chan Doo menoleh dan melihat putranya sedang tidur dalam posisi yang aneh sambil memegang sebuah buku. Ia tersenyum.
Ketika ayah Chan Doo hendak berjalan mendekati putranya itu, ibu Chan Doo masuk.
"Chan Doo, kenapa kau tidur seperti itu?" tanya ibunya cemas. Ia membangunkan Chan Doo.
Chan Doo terkejut melihat ayahnya ada di dalam kamarnya.
"Anak bodoh, kenapa kau tidur dalam posisi seperti itu?" tanya ayahnya, pura-pura marah. "Dengan usaha yang seperti itu, apa yang bisa kau capai?" Ayah Chan Doo berjalan keluar kamar.
Chan Doo duduk di depan meja belajarnya untuk meneruskan belajar.
Anthony menari seorang diri. Ia teringat murid-muridnya di kelas khusus.
Tiba-tiba Seok Ho datang. Ia menunjukkan surat perjanjian agar Anthony mau berjanji mengajari anak-anak kelas khusus secara sukarela.
Anthony bingung.
"Jika kau merasa bersalah pada murid-murid kelas khusus, maka ajar mereka." kata Seok Ho. "Secara gratis. Ini kesempatan terakhirmu."
Pul Ip dan Hyun Jung belajar bersama di apartemen Hyun Jung.
Tiba-tiba sms masuk ke handphone Pul Ip. Dari Chan Doo. "Aku sangat mengantuk."
Pul Ip tertawa. Ia membalas. "Jika kau tidur, kau akan mati. Kita semua harus dapat nilai 100 besok."
"Jika aku dapat 100, apa yang akan kau berikan padaku sebagai hadiah?" tanya Chan Doo.
"Baik, aku akan memberimu hadiah." kata Pul Ip. "Tapi dapat 100 dulu."
Chan Doo menjadi semangat belajar. Ia menuliskan di dinding. "Ayo dapatkan hadiah dari Pul Ip!"
Bong Goo belajar, berusaha keras menahan rasa kantuknya dengan mengikat tali ke rambutnya.
Hari terakhir ujian tengah semester.
Setelah selesai ujian, mereka minum dan makan bersama di sebuah restoran.
Tinggal menunggu hasil ujian mereka di raport.
Walaupun tidak mendapatkan 100, Chan Doo tetap menagih hadiah pada Pul Ip.
Ia mengajak Pul Ip duduk di sebuah bangku tengah keramaian.
"Kau sedang memberikan hadiahmu sekarang." kata Chan Doo.
"Apa?" Pul Ip bertanya, bingung.
"Kau duduk di sebelahku." kata Chan Doo. "Ayo duduk di sini selama 1 jam." Chan Doo tersenyum.
Pul Ip duduk. Ia melihat kepada seorang gadis penjual bunga. "Jadi besok?" tanyanya pada diri sendiri. Ia memikirkan sesuatu dan meminta Chan Doo melakukan suatu hal bersamanya.
Ma Ri dan Soo Jung berniat menjenguk ayah Ma Ri, Jang Pil Gyu. Seok Ho ingin ikut bersama mereka.
Pil Gyu salah mengenali Seok Ho sebagai Dr. Kim. Namun Seok Ho berpura-pura menjadi Dr. Kim agar membuat perasaan Pil Gyu menjadi lebih baik.
"Dr. Kim adalah tunanganku." kata Ma Ri pada Seok Ho saat mereka sudah ada di luar kamar.
"Kau tidak perlu memberitahu aku." kata Seok Ho.
"Tidak, aku ingin memberitahumu." kata Ma Ri. "Ketika kami kehilangan perusahaan dan nasib keluarga kami menjadi buruh, ia memutuskan aku. Saat situasi keluargaku sedang buruk, ia menjauhiku. Aku menyembunyikan semua itu dari ayahku agar kesehatannya tidak semakin memburuk."
Soo Jung tidak sengaja mendengar percakapan mereka.
"Aku tahu kau bersembunyi di sana, Guru Han!" kata Ma Ri pada Soo Jung.
Saat hendak tidur, Baek Hyun tersenyum, membayangkan kalau ia mendapat nilai sempurna.
"Kau ingat janjimu, kan?" tanya Baek Hyun pada Seok Ho. "Kau akan berlutut jika aku mendapat nilai sempurna."
Baek Hyun menunjukkan raportnya. Nilainya sempurna.
"Kenapa kau tidak berlutut?" tanya Baek Hyun, menagih janji.
Tiba-tiba banyak murid Byung Moon berdatangan. "Cepat berlutut!" teriak mereka. "Berlutut! Berlutut! Berlutut!"
Seok Ho menarik napas dalam-dalam dan dengan pasrah, berlutut di hadapan Baek Hyun.
Keesokkan harinya raport anak-anak keluar. Seok melihat raport itu dengan seksama. Pul Ip, Bong Goo dan Chan Doo mendapat nilai yang sama dengan perkiraan. Nilai Hyun Jung naik 1 untuk Ilmu Pengetahuan.
Seok Ho manatap Baek Hyun. Baek Hyun tersenyum. "Ada apa dengan nilaimu?" tanyanya.
"Aku juga heran, karena itulah aku memeriksanya lagi." kata Soo Jung.
Baek Hyun maju untuk melihat nilainya. Matematika 82, Bahasa Inggris 86.
"Baek Hyun, kau pasti membuat kesalahan saat ujian." kata Soo Jung. "Sekeras apapun kau belajar, jika kau membuat kesalahan maka itu akan berdampak fatal."
Baek Hyun shock melihat raportnya. "Bisakah aku melihat lembar jawabanku?" tanyanya.
"Ya, ada di ruang sebelah." kata Soo Jung.
Ternyata Baek Hyun salah menandai beberapa nomor di lembar jawabannya. Misalnya, Baek Hyun tahu bahwa jawaban yang benar adalah A, tapi ia malah menandai C dilembar jawaban.
Baek Hyun sangat terpukul. Ia meremas lembar jawabannya dan melemparnya. Ia kemudian berjalan pergi, ingin melampiaskan semua kemarahan dan kekecewaannya.
Ujian tengah semester selesai. Kini saatnya menyiapkan untuk ujian akhir.
Seok Ho menunjukkan nilai yang menjadi target mereka. Bahasa Korea 85, Matematika 85, pelajaran yang lain 35. Total minimal 395.
"Untuk mencapai nilai tersebut, kalian harus belajar lebih keras." kata Seok Ho.
Pelajaran Guru Lee dimulai, namun Baek Hyun tidak juga muncul. Guru Lee mengajarkan bagaimana cara mereka menjawab pertanyaan.
Baek Hyun benar-benar terpukul. Ia berbaring di gym. Seok Ho mendekatinya dan menghiburnya. "Rasa ego yang tidak berguna, harga diri, keras kepala adalah emosi yang dimiliki manusia. Jika ia kehilangan salah satu emosi tersebut, maka ia tidak akan bisa melihat makanan di hadapannya saat ia kelaparan. Itu adalah sifat alami manusia." kata Seok Ho. "Yang harus kau tunjukkan adalah hasil, apakah kau akan sukses atau tidak. Apakah kau bisa melihat makanan itu di depanmu? Apakah kau ingin membiarkan dirimu terikat oleh harga diri? Kau bekerja keras dan menjadi rajin dalam hidupmu, jangan malu karena itu. Suatu saat nanti, mungkin kau akan membuatku berlutut di hadapanmu." kata Seok Ho.
"Jangan berkata seolah-olah kau mengerti segalanya!" teriak Baek Hyun.
Hari rapat para guru dan orang tua murid SMU Byung Moon. Di saat yang sama, murid-murid kelas khusus (kecuali Baek Hyun) sengaja mengumpulkan para guru karena ingin mengatakan sesuatu yang penting. Termasuk Anthony.
Ternyata mereka memberikan kejutan. "Selamat Hari Guru!" dan menyanyikan sebuah lagi untuk guru-guru mereka.
Soo Jung dan guru-guru yang lain sangat terharu. Anthony melihat dengan wajah tanpa ekspresi.
Bong Goo memberikan bunga pada Guru Cha. "Guru, terima kasih."
Pul Ip memberikan bunga pada Guru Soo Jung. "Guru, selamat."
Hyun Jung memberikan bunga pada Anthony. "Guru, aku mendapat hasil yang baik pada ujian. Terima kasih." Hati Anthony sepertinya sedikit meluluh.
Chan Doo memberikan bunga pada Guru Lee. "Guru, ajarkan kami metode rahasiamu selamanya."
Bong Goo memberikan bunga lagi pada Guru Jang Young Shik.
Pul Ip mencari Seok Ho untuk memberikan bunga, namun Seok Ho berjalan keluar dan melambaikan tangan, isyarat tidak ingin menerima bunga.
"Aku bukan gurumu." kata Seok Ho. "Bagus sekali, karena telah menyiapkan ini."
Seok Ho berjalan melewati tangga, melihat Baek Hyun sedang duduk di sana. "Berhentilah bergaya dan belajar, Hwang Baek Hyun!" katanya.
Ayah Chan Doo dan Ayah Bong Goo melihat raport anaknya, merasa terharu melihat keinginan anak-anaknya untuk belajar.
Pada rapat pertemuan para guru dan orang tua murid, Ayah Chan Doo dan Ayah Bong Goo mencari alasan agar tidak datang. Diam-diam Ma Ri senang mendengarnya. Anthony juga tidak datang.
Para guru dan murid-murid kelas khusus makan dan minum bersama untuk merayakan hari guru.
Anthony merasa sangat terharu dan hatinya tersentuh. Dalam perjalanan pulang, ia melihat bunga pemberian murid-murid kelas khusus dan tersenyum.
Baek Hyun frustasi dan tertekan. Ia menyendiri untuk berpikir dan melepaskan kemarahan serta kekecewaannya.
Hyun Jung mencoba menelepon Baek Hyun, namun ponsel Baek Hyun tidak aktif.
Baek Hyun menelepon Pul Ip dan ingin bertemu di taman.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Pul Ip.
"Apa kau mencemaskan aku?" Baek Hyun bertanya balik.
"Tentu saja aku cemas." jawab Pul Ip.
"Kenapa?" tanya Baek Hyun, tersenyum.
"Apa maksudmu 'kenapa'?" tanya Pul Ip. "Karena kau adalah temanku."
Pul Ip dan Baek Hyun menatap ke atas, melihat kelopak bunga berguguran.
Di saat yang sama, Hyun Jung sedang berjalan ke arah taman.
Baek Hyun menoleh ke arah Pul Ip dan mengambil kelopak bunga yang tersangkut ke rambut Pul Ip. Tiba-tiba ia mendekatkan kepalanya ke arah Pul Ip.
Hyun Jung terkejut.